Aku keluar dari kamar mandi, rambut ku masih basah. Aku duduk di tepi kasur mengambil handphone dan melihat notif line masuk, dari Darren. Ku kira dia tadi cuma bercanda. Aku membuka chat dari Darren,
Darren : Gue udah di rumah nih.
Mela : oalah.
Darren: gak tidur?
Mela : gak ngantuk
Darren: tapi gue ngantuk
Mela : Bukan urusan gue, wekk hehe
Darren: wkwk gue tidur dulu byee
Mela : byeAku menekan sekali tombol on/off di handphone ku meletakannya di sampingku lalu menjatuhkan diri ke kasur.
Aku baru kenal Darren, tapi kita udah kayak udah kenal bertahun tahun. Dia asik, unik.. Dia juga anak yang baik. Aku tersenyum, menggulingkan gulingkan badanku di kasur.
Aku membayangkan tidur di pundak Darren. Sesekali aku menepuk kedua pipiku dengan tangan agar pikiran ku tidak terlalu jauh dan berubah menjadi sebuah khayalan.
Aku berdiri dari tempat tidur, mengambil sisir di atas meja lalu berdiri di depan kaca yang tertempel di pintu lemari setinggi badanku.
Sambil menyisir rambut,senyum terlukis di wajahku mengingat kejadian tadi. Menyenangkan. Aku melihat mukaku di kaca sudah memerah. Aku menepuk kedua pipiku dengan tangan kemudian membanting tubuh lagi ke kasur.
" Mel, mama masuk ya. " Suara mama dari depan pintu kamarku.
" Iya " Aku menjawab. Mama membuka pintu kamar ku kemudian duduk di tepi kasur. Aku bangun dari posisi tidur dan duduk di sebelah mama.
" Kenapa ma? " Tanya ku penasaran.
" Mama tadi lihat kamu pulang naik mobil, siapa dia? " Tanya mama. Aku terdiam sebentar kemudian tersenyum kecil.
" Temen ma " Jawabku.
" Temen kok senyum senyum. Kamu masih waras kan Mel? " Pertanyaan mama membuat senyuman ku berubah menjadi wajah datar yang menatap mama.
" Gak ma, Mela gila. " Jawabku dengan wajah datar.
" Serius Mel. " Jawab mama sambil memukul pelan telapak tanganku yang ada di atas pahaku.
" Waras lah maa, pertanyaan mama gak berfaedah. " Jelasku. Mama tersenyum kecil melihatku.
"Hmm Mel "
" Kenapa lagi ma? " Tanya ku.
Wajah mama berubah menjadi suram. Melihat wajah mama, aku langsung ingin tahu apa yang akan mama katakan.
" Hmm.. Mel. Besok pagi, papa di rumah. " Jawab mama.
Mendengar hal itu aku langsung mengubah posisiku menjadi tidur, memeluk guling dan menutup tubuhku dengan selimut.
" Bawa selingkuhannya gak? " Tanya ku dari dalam selimut.
Mama hanya terdiam, aku mendengar mama mulai menangis. Aku membuka selimut dari wajahku dan memeluk mama.
" Mama sekarang mending ke rumah tante. Mela gapapa kok di rumah sama bu Sri. " Mama balik memelukku.
Aku tahu bila papa pulang, apalagi jika membawa selingkuhannya bisa membahayakan mama. Karena papa benci dengan mama dan lebih memilih istri barunya. " Mending mama beres beres sekarang. " Pinta ku.
"Ta-tapi, papa di rumah agak lama. Tiga hari, kamu gapapa? " Tanya mama melepas pelukannya.
" Mela 3 hari besok kan lomba, gak di rumah. " Jelasku.
Mama mengangguk. Aku mengajak mama kembali ke kamarnya dan membereskan barang untuk di bawa ke rumah tante Lidia.
Setiap papa pulang, mama akan menginap di rumah adiknya mencari perlindungan. Karena, dulu waktu mama tahu bahwa papa selingkuh, papa jadi jahat sama mama. Papa bahkan dengan bangganya membawa istri barunya pulang ke rumah dan memaksaku untuk memanggil istri barunya dengan sebutan "mama".
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...