Aku membuka mataku, headset yang terpasang di telinga aku lepas. Aku menggosok gosok mata, aku baru saja bangun dari tidur. Aku merasa bersandar pada sesuatu, aku melirik ke kanan.
"Oh, Darren" Aku bersandar lagi pada pundak Darren lalu menutup mataku lagi. Tak lama, aku membuka mataku lagi, aku kaget. Ternyata dari tadi aku tidur di pundak Darren.
Aku ingin berteriak tapi untung saja aku bisa menahannya, aku yakin pipiku merah saat ini. Untung saja Darren masih tidur, jadi dia gak bisa liat pipi merah ku sekarang.
Aku menepuk nepuk kedua pipiku dengan tangan, menggosok gosok mataku, melihat Darren masih tertidur, aku melepas headset dari telinganya. Melihat jam di handphoneku, sudah pukul 3 sore. Aku juga melihat notif SMS dari mama untuk menyuruhku segera pulang. Aku berdiri dari ayunan lalu menelfon mama.
"Ma, Mela sebentar lagi pulang. Ini masih sama temen Mela "
"Siapa? Netta? "
" Bukan ma"
" Siapa? Cowok ya? "
Aku melihat ke arah Darren yang sudah bangun sedang menggosok gosok matanya.
" Iya ma, bentar lagi Mela pulang "
" Awas kalau kamu aneh aneh ya! Cepat pulang! "
" Iya maa" Aku menutup telfon lalu berbalik arah duduk di samping Darren yang masih duduk di ayunan. Darren melihatku, tersenyum. Aku balas senyum "hmm, pulang yuk. Nyokap udah nyari nih ".
Darren melihat jam di ponselnya, dia mengangguk " Oke, nyokap gue juga udah ngirim 33 SMS ke gue ". Kita berdiri dari ayunan, membawa tas masing masing dan berjalan meninggalkan ayunan mawar tadi.
Kami berjalan di atas jembatan kayu yang di kelilingi macam macam bunga. Angin di sini sejuk, banyak kupu kupu yang berterbangan di sekitar bunga. Juga banyak lebah yang sedang hinggap di bunga matahari.
Aku belum pernah ke sini, wajar sih.. Ini juga bukan tempat wisata. Ini kebun bibi Darren, bibinya memang merawat baik taman ini. Bunga bunga di sini tumbuh subur.
" Mel " Panggil Darren.
" Iya? " Aku menoleh ke arah Darren.
" Dari semua bunga di sini, lu suka yang mana? " Tanya Darren.
Pertanyaan Darren ini membuat ku bingung, buat apa dia tanya kayak gitu? Dia mau kasih bunga? Jangan ngayal deh Mel.
"Hmm.. " Aku melihat ke sekitar, berfikir sejenak " Mawar mungkin " Jawabku.
Darren tersenyum lalu memberhentikan langkahnya dan bersandar pada pagar jembatan. Aku yang baru sadar bila Darren berhenti berjalan saat jarak ku dan dia lumayan jauh.
Aku menoleh kebelakang melihat Darren yang mengayunan tangannya ke atas mengisyaratkan untuk aku datang ke tempatnya.
Aku berjalan ke arah Darren, lalu bersandar di pagar jembatan sebelah Darren. Darren hanya terdiam, melihat ke sekitar "Lihat itu Mel" Darren menunjuk sesuatu.
Mataku mengikuti jari telunjuknya dan melihat papan bertulisan "Tunas mawar". Aku tidak mengerti maksud Darren apa.
" Kenapa? " Tanyaku kepada Darren.
" Ke sana yuk " Darren melihat ke arahku. Aku mengangguk, kemudian Darren menarik tanganku ke arah papan tadi.
Setelah sampai di tempat papan tadi berada, aku melihat tanaman hijau berukuran kecil. Sesuai tulisan di papan tadi, pasti ini Tunas mawar.
Aku masih tidak mengerti maksud Darren, aku hanya mengikuti Darren berjalan mengelilingi Tunas mawar ini. Tangan ku yang tadinya di gandeng lalu di lepaskanya. Darren masuk ke dalam rumah kaca, dia seperti sedang berbicara dengan seseorang yang bermacak petani.
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...