Tempat istimewa

20 3 0
                                    

" Dari... " Aku mengeluarkan handphone ku dari tas, menatap SMS yang masuk tadi lalu aku masukan ke dalam tas lagi. Aku hanya terdiam melihat jalanan luar.

" Kenapa Mel? Dari siapa? "Tanya Darren sambil menyetir mobilnya menepi.

Kami berhenti sebentar di pinggir jalan. Darren menatapku " Kok diem Mel? Gue salah ngomong? " Tanya Darren.

Aku hanya terdiam, melihat Darren sekilas, aku merasakan ada air yang jatuh dari mataku. " Mel? Kok lu nangis? Kenapa Mel? "

Darren mulai panik melihatku menangis. Aku mengusap air mata yang jatuh ke pipiku kemudian mengeluarkan handphone ku dari tas lalu membuka SMS yang masuk tadi.

"Hmm, ini.. Dia.." Jawabku dengan suara pelan sambil menghapus air mata yang jatuh ke pipiku.

" Dia kenapa? Dia bilang apa? " Tanya Darren dengan nada lembut. Aku menarik nafas lalu membuangnya.

"Dia.. Bilang gini.. " Aku diam sesaat, "gini... SELAMAT ANDA MENDAPATKAN BONUS KUOTA 3GB JIKA MENGISI KUOTA SEBESAR 1GB!! " Aku berteriak membaca SMS tadi lalu tertawa.

Darren memasang wajahnya datar, tanpa ekspresi. Aku melihatnya sambil tertawa, rasanya puas sekali. Darren hanya diam menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil, Darren tersenyum kecil kemudian tertawa.

" Mampus, siapa suruh bohongin orang? Emang cuma lu yang bisa? Gue juga bisa " Ledekku ke Darren, Darren hanya tertawa kecil kemudian melanjutkan perjalanan.

"Boleh boleh, hebat lu Mel, gue sampai panik. Emang dodol lu " Darren tertawa kecil.

"Eh, gue manusia ya.. Bukan dodol " Kami berdua tertawa di dalam mobil.

Rasanya sangat menyenangkan pada awalnya aku pikir Darren akan marah jika aku balas membohongi dia, ternyata tidak. Dia asik juga.

" Akting lu keren banget Mel " Darren menggelengkan kepalanya.

"Biasa, calon artis" Aku tertawa kecil sambil mengibaskan rambut.

" Amin " Aku dan Darren saling melihat, kami tidak sengaja mengatakannya bersama.

Kami diam sebentar kemudian tertawa lagi.

" Sudah sampai, yuk turun " Ajak Darren sambil melepas sabuk pengamanya lalu mengambil tasnya.

Aku ikut keluar dari mobil mengikuti Darren. Aku melihat taman bunga yang sangat luas, banyak macam macam bunga di tempat ini.

" Bagus ya? Sini ikut gue " Darren menarik tanganku.

Secara tidak langsung dia menggandeng tanganku. Wahh, senangnya hatiku.

Kami duduk di ayunan berwarna putih di kelilingi bunga mawar. Udara di sini sangat sejuk. Bau mawar di sini juga sedap. Di tambah angin sepoi sepoi yang lewat, bisa tidur kalau kelamaan disini.

" Gue biasa manggil tempat ini ayunan mawar. Kebun bunga ini punya bibi gue. Gue kalau lagi banyak pikiran suka kesini, kalau disini jadi keinget sama mama " Jelas Darren sambil mengayunkan ayunan dengan kakinya.

" Emang mama lu kenapa? " Tanya ku dengan santai lalu menyandarkan diri di sandaran ayunan.

" Waktu gue umur 12 tahun, nyokap meninggal. Gue juga gatau kenapa, kata bokap gue sih sakit. Tapi sampai sekarang gue gak pernah lihat surat riwayat sakit milik nyokap. Dan sekarang, bokap menikah lagi." Jelas Darren lalu menyandarkan tubuhnya di saudaran ayunan.

" Sorry, gue gatau " Aku kaget mendengar penjelasan Darren tadi.

" Santai aja, dulu gue sama nyokap ke sini. Nyokap suka banget sama bunga mawar. Gue dulu di ajarin bikin flower crown sama nyokap di sini. Atau nyokap suka nyanyiin gue lagu waktu gue nangis di sini " Jelas Darren, dia menarik sudut bibirnya kemudian melihat ke arahku.

" Ooh " Aku tersenyum melihat Darren, gatau harus jawab apa.

Darren mengambil handphone dari tasnya, memasangnya dengan headset lalu memasang salah satu ujung headset di telinga ku dan satu lagi di telinganya.

Darren membuka aplikasi musik di handphonenya lalu menyetel lagu. Aku tidak asing dengan lagu ini.

" Black Bird? " Tanyaku. Darren mengangguk. Dia menutup matanya lalu mengayunkan ayunan dengan kakinya. Aku ikut menutup mataku menikmati angin sepoi sepoi yang lewat.

" Lu boleh kok kapan aja kesini. Nyokap dulu pernah bilang ke gue, kalau gue pernah ngajak orang ke sini, brarti tempat ini juga milik orang itu. Katanya, berbagi itu indah " Jelas Darren lalu tersenyum dia tetap menurut matanya dan menyandarkan tubuhnya.

" Emang lu belum pernah ngajak siapapun ke sini? " Tanyaku.

" Pernah, adik perempuan gue. Dua tahun yang lalu dia nyusul nyokap karena sakit. Dan lu sengaja gue ajak kesini karena muka lu hampir mirip adik gue. Apalagi mata lu, coklat sama kayak adik gue " Darren membuka matanya melihat ke arah ku lalu tersenyum.

Aku terdiam gatau harus bilang apa. Padahal aku dan Darren baru aja kenal, tapi dia udah cerita banyak kepada ku.

" Gue percaya lu orang baik, jadi gue cerita ini ke lu. Netta juga tahu kok tentang masalah gue, tapi dia gatau tentang tempat ini, bagiku tempat ini istimewa " Jelas Darren sambil tersenyum kemudian menutup matanya lagi dan menyandarkan tubuhnya lagi.

Aku hanya tersenyum melihat Darren. Dia baik, asik... Dia mirip kak Jun.

" Lu mirip kakak gue, sama kayak adik lu, kakak gue udah gak ada. Dia kecelakaan satu tahun lalu " Aku menutup mataku dan bersandar pada sandaran ayunan.

Darren membuka matanya lalu menatapku.
"Hmm, gue gak bermaksud.. Mel, sorry" Darren berdiri dari posisi bersandarnya.

" Gapapa " Jawabku.

Kami berdua menikmati hawa sejuk di sana. Di iringi lagu black bird yang aku dengar dari headset, rasanya nyaman.

MoodBoster [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang