Sudah 3 minggu Mela tinggal di rumah tantenya, bersama mamanya. Tapi hanya untuk sementara. Mela memutuskan untuk keluar dari rumah dan menetap sebentar di rumah tantenya bersama mama. Mela sudah tidak betah lagi berada di rumah.
Sebenarnya, mama dan Mela akan menduga hal ini akan terjadi. Mereka telah menyiapkan semuanya. Bahkan mama Mela telah membeli rumah minimalis baru di suatu perumahan untuk tempat tinggalnya dan Mela.
Hari ini, Mela dan mamanya akan pindah ke rumah yang sudah mereka siapkan dari dulu. Rumahnya minimalis namum nyaman, terdapat taman kecil di depan rumah. Walau rumah ini tidak bertingkat seperti rumah lamanya, tapi rumah yang sekarang jauh lebih damai dan nyaman. Dengan bantuan dari saudara mama Mela, juga bantuan dari kakek Mela, rumah ini bisa terbeli berserta perabotan lengkap di dalamnya. Karena keluarga dari mama Mela sangat mengerti keadaan, bahkan uang pembelian rumah berserta isinya tidak perlu di ganti.
Pindahan ini, Mela di bantu teman temannya, tentu saja. Netta, Sofia, Lena, Roy, Prince dan Darren. Teman teman Mela, atau bisa di bilang sahabat sahabat Mela mengerti bagaimana keadaan Mela sekarang, maka mereka memutuskan untuk membantu Mela walau hanya sedikit. Hanya membantu pindahan, tapi bantuan kecil itu sangat berati bagi Mela dan mamanya.
Menggunakan mobil box milik keluarga Darren ( biasa orang kaya) pindahan Mela menjadi agak ringan. Karena tidak perlu membayar transport untuk membawa barang barang yang baru saja di beli oleh kakek Mela.
Mama Mela, atau biasa di panggil Maya, adalah seorang desainer baju dan pemilik butik. Keluarga Maya memiliki perusahaan fashion yang sudah lumayan besar. Karena Maya adalah kakak paling tua dari ketiga adiknya, Maya di beri hak untuk menerima seluruh saham perusahaan dan melanjutkan perusahaan fashion milik keluarga mereka. Pada awalnya, Maya menerima tawaran itu, tapi seiring waktu, Maya mengembalikan saham perusahaan kepada ayahnya dan sekarang di pegang 50% saham oleh adik Maya. Sisanya masih di pegang oleh ayah Maya. Maya melakukan itu bukan tanpa alasan. Tapi Maya mau membangun sendiri perusahaan fashion miliknya. Dari awal membuka toko pakaian biasa, hingga sekarang memiliki butik yang sudah lumayan terkenal di kotanya. Tapi hasil dari butik itu saja belum cukup untuk membeli rumah berserta perabotan yang baru. Maka, ayah Maya lah yang mengurus semua itu.
" Satu.. Dua.. Tiga " Roy menghitung untuk mengangkat meja dari mobil box menuju rumah Maya dengan bantuan Prince.
" Hati hati nak " Kata Maya saat melihat teman teman Mela membantu pindahan.
" Tenang te, mereka sudah biasa angkat angkat " Sahut Sofia yang baru saja meletakan kotak kardus berisi buku buku milik Mela di atas meja.
" Yaa kali, emang lu pikir gue kuli? " Roy membalas Sofia.
Sofia tertawa kecil " Maybe " Dia mengangkat kedua bahunya lalu berjalan keluar untuk mengangkat kardus yang lainya.
" Darren.. "
Mendengar panggilan itu, Darren menoleh ke belakang. Arah sumber suara.
Darren menunjukan senyuman hangatnya,
" Kenapa te? " Tanya Darren pada Maya yang baru saja memanggilnya.Maya tersenyum " Hmm, berasa totalnya? " Tanya Maya.
Darren tampak kebingungan dengan pertanyaan Maya,
" Maaf, total apa ya te? " Tanya Darren." Biaya pengiriman " Jawab Maya dengan senyum tipis di wajahnya. Karena dia juga takut jika mendengar biaya pengiriman yang terlalu mahal.
Darren menunjukan senyumnya lagi
" Gak usah te, saya ikhlas bantu kok. Itung itung bantu teman te " Jawab Darren.
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...