" Ren.. " Mela memberhentikan langkahnya saat perjalanan menuju mobil Darren di parkiran rumah sakit. Darren yang berada di depan Mela membalikan tubuhnya. Mela tampak sedang fokus pada HP di tanganya.
" Kenapa Mel? " Tanya Darren. Dia mendatangi Mela dan ikut memperhatikan layar ponsel Mela.
" Mama, mama udah baca chat gue. Sekarang mengetik " Jawab Mela.
" Bagus dong " Kata Darren. " Brarti mamamu baik baik aja, gak usah khawatir lagi " Darren menggengam tangan Mela lalu menariknya ke depan pintu mobil, lalu di bukanya pintu itu. " Silahkan masuk nyonya " Goda Darren.
Mela tersenyum geli " Makasih pak " Balas Mela lalu masuk ke dalam mobil. Tak lama, mobil sudah keluar dari area rumah sakit.
Mela sedang menunggu pesan dari mamanya. Sudah 10 menit perjalanan dan pesan dari mamanya masih menandakan mengetik pesan. Ada sesuatu yang aneh, tak biasanya mama Mela mengetik selama itu. Bahkan semua orang juga tidak mungkin mengetik selama itu. Kecuali kalau orang tersebut sedang membuat artikel.. Tapi itu tidak mungkin.
Sambil menyetir, Darren beberapa kali memperhatikan Mela yang menunggu pesan dari mamanya.
" Kamu nunggu jawaban dari mamamu? " Tanya Darren sambil tetap fokus menyetir di jalanan." Iya, tapi kok dari tadi masih mengetik ya? Lama banget. Gue jadi khawatir " Jawab Mela yang masih memperhatikan layar ponselnya.
" Masa? Emang ada orang yang ngetik selama itu? " Tanya Darren.
" Gatau gue, ada yang aneh " Mela menggaruk garuk kepalanya bingung.
Setelah itu, Darren hanya diam saja. Dia tidak tahu harus menjawab apa, dia takut bila jawabanya malah membuat Mela makin khwatir. Sudah 10 menit berlalu, kini mereka sudah dekat dengan rumah Mela, tinggal satu belokan lagi meraka sampai." Mel, udah mau sampai nih " Kata Darren.
Mela yang dari tadi memperhatikan ponselnya beralih ke luar jendela " Oh iya " Mela memasukan ponselnya ke dalam tas. Mela memperhatikan lagi jalanan luar. Dari kejauhan, Mela melihat ada mobil yang terparkir di depan rumahnya. Jelas bukan mobil mamanya. Mobil itu berwarna silver, Mela seperti sudah tidak asing lagi dengan Mobil itu. " Ren.. Stop mobilnya " Minta Mela.
Darren bingung " Kenapa Mel? Ini sudah hampir di depan rumahmu " Tak lama, mobil Darren sudah terparkir tidak jauh dari rumah Mela.
" Udah sampai, kenapa Mel? " Tanya Darren." Mobil itu, milik siapa? Kok rasanya gue gak asing ya? " Tanya Mela. Darren memperhatikan mobil silver yang terparkir di depan rumah Mela. " Gue curiga " Mela membuka pintu mobil " Ren, jangan pergi dulu.. Gue mau cek di dalem rumah ada siapa " Minta Mela. Darren mengangguk mengerti, kemudian Mela keluar dari mobil dan pergi menuju rumahnya.
Di dalam rumah sepi, tapi Mela sempat melihat sepatu pantofel laki laki di depan rumah. Di sofa ruang tamu, Mela juga melihat jas hitam tergeletak berantakan. Mela memasuki rumahnya perlahan lahan, di dalam hatinya antara takut, curiga dan penasaran tercampur jadi satu.
Ada yang menepuk punggung Mela dari belakang, membuatnya terkejut. Ternyata itu bibi, pembantu rumah tangga Mela.
" Non, sssttt " Kata bibi sambil menempelkan jari telunjuk di bibirnya. Mela bingung, kenapa bibi menyuruhnya untuk diam. " Non, jangan pulang dulu.. Ada bapak... " Jelas bibi. Mela tampak terkejut, seharusnya papa sudah pulang kemarin atau mungkin pagi ini. Tapi kenapa masih ada di sini?" Belum pulang? Kenapa? " Tanya Mela penasaran dengan nada pelan.
" Ada nyonya tiri " Jawab Bibi. Bibi memanggil selingkuhan papa dengan sebutan itu untuk sindiran. Karena Bibi juga tidak senang dengan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...