Aku membaringkan diri di kasur menatap langit langit kamar. Aku teringat tentang laki laki misterius yang aku temui di taman sekolah tadi. Dia ganteng, baik, tapi menyebalkan.
***
"Namaku... " Laki laki itu semakin lama semakin menyebalkan. Di tanya nama aja lama banget.
" Mau tau banget ya? " Dia menatap ku sambil tersenyum lalu tertawa kecil.
" Di tanya nama aja susah banget lu!" Jawab ku kesal.
" Lain kali gue kasih tau kalau kita ketemu lagi, oke? " Dia tersenyum dan menyipitkan matanya. Kemudian dia berdiri membawa gitarnya meninggalkan taman sekolah.
***
Udah ah, gak udah di bayangin males banget. Entah kenapa aku penasaran, padahal gak ada gunanya juga sih aku tau siapa namanya. Aku bangkit dari tempat tidur bergegas mandi karena sudah malam.
" Mell!!! Pagiii " Teriak Netta dari arah belakang.
Aku melihat Netta yang sedang berlari ke arahku.
" Brisik banget lu pagi pagi "" Ya elah, gue lagi semangat! Besok kita udah berangkat buat lomba " Netta tampak bahagia sekali.
Tidak seperti aku, malas sekali. Mengingat besok sudah berangkat dan aku satu bus dengan Stefan. Menyebalkan.
" Mel? Kok diem? " Tanya Netta sambil memetikan jari di depan mukaku." Ah, gapapa. Udah yuk kantin... Eh jangan ke taman sekolah aja. " Aku menarik tangan Netta ke arah tama sekolah yang tidak jauh dari gerbang sekolah.
Kami duduk di ayunan taman sekolah, tempat paling nyaman. Dengan angin sepoi sepoi suasana yang tenang di tambah lagi ayunan pelan dari ayunan yang kami duduki. Tak lama setelah duduk, Netta yang duduk di sampingku telah tidur lelap. Dasar kebo.
Aku mengambil headset yang ada di dalam tas lalu menyetel lagu dari handphoneku. Aku memejamkan mata dan menyandarkan tubuh ku di ayunan. Karena hari ini terakhir latihan, dan semua guru guru mengadakan rapat persiapan untuk lomba besok, semua siswa kelas 11 di pulangkan lebih awal. Jam 9 pagi.
Maka dari itu, aku tidak takut jika ikut ketiduran sama seperti Netta, sudah tidak ada latihan lagi. Aku mulai mengantuk dan memutuskan untuk tidur sebentar, suasana di sini sangat mendukung untuk tidur.
Alunan lagu dari yang dari tadi bernyanyi di telingaku berhenti, terasa bahwa headset ku terlepas.
" Apaan sih " Batin ku, karena ada yang melepas salah satu headset ku. Aku membuka mata dan melihat seseorang di depan ku.Pandanganku agak silau karena efek matahari. Aku menggosok gosok mata ku lalu melihat orang itu.
"Lo?! Ngap- " Stefan menutup mulutku takut membuat Netta terbangun." Jangan berisik nanti Netta bangun. Ikut gue " Stefan menarik tangan ku, aku berusaha melepas tarikan Stefan, tapi terlalu kuat dan membuat tubuhku ikut terbawa tarikan Stefan.
Stefan menggeret ku ke parkiran dekat taman sekolah. Dia menyandarkan tubuh ku pada tembok lalu melepaskan tanganya dari mulutku.
" Apaan sih lo?! " Aku membentak kesal pada Stefan. Karena aku malas di dekatnya, aku langsung pergi meninggalkanya." Mel, sini dulu bentar " Stefan menarik tanganku kemudian mendorongku ke arah tembok. " Gue mau minta maaf, gue tau gue salah. " Jelas Stefan sambil tetap menggenggam erat tangan ku.
Aku melihat Stefan dengan tatapan kesal " Gue maafin, sekarang lepasin gue " Aku berusaha melepas genggaman tangan Stefan, tapi semakin gue berusaha melepaskan tangan ku, semakin erat genggaman Stefan.
" Awww sakit bego! " Teriaku kesakitan karena genggaman tangan Stefan semakin erat dan jarinya menggunakan cincin besi.
Stefan mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia menarik salah satu sudut bibirnnya kemudian melihat ke arahku dengan tatapan emosi.
" Maafin gue dulu " Stefan menatap ku dengan matanya yang membuka lebar. Saat melihat matanya, hati ku berkata " Colok aja Mel! " Tapi bila aku melakukannya tidak bisa merubah keadaan." Kok diem? Jawab dong beb " Tanya Stefan dengan muka sok melasnya. Genggaman tangan Stefan semakin erat jika aku tidak menjawab pertanyaannya.
" Gue udah maafin lu! Lepasin gak?! Atau gue laporin lu ke BK?! " Ancamku, tapi itu sia sia. Stefan tidak mempan dengan ancaman ku, yang ada dia mengeratkan genggaman tangannya.
" Aahh " Aku berteriak kesakitan karena genggaman tangan Stefan yang semakin kuat. Aku berusaha sekuat tenaga melepaskan genggamanya. Tapi terlalu kuat, aku menutup mata menahan rasa sakit sambil berusaha melepas genggaman tangannya.
Akhirnya genggaman tangan ku lepas, aku membuka mata lalu melihat cowok misterius yang aku temui di taman kemarin memegang tangan Stefan. Sepertinya Stefan tidak suka dengan kedatangan laki laki misterius itu, Stefan membalikan badan lalu memukul pipi laki laki itu yang membuatnya terjatuh ke tanah.
Aku terkejut dengan apa yang baru saja aku lihat. Aku ketakutan, aku berusaha mencari orang di sekitar sini. Dan aku melihat Netta berdiri agak jauh di belakang Stefan, sepertinya Netta datang dengan laki laki misterius itu.
Aku berlari menuju Netta namun gagal, Stefan menarik tanganku dan mendorong ku ke tembok.
" Mau kemana beb? Kita belum selesai biacaranya. Bisa di lanjutin? Maaf tadi ada pahlawan kesiangan yang menggangu. " Stefan menatapku dengan wajah tanpa dosa dan menggengam kedua pergelangan tangan ku dengan kuat." Aahh sakit! Lepasin stef! " Aku berteriak karena kesakitan.
" Gak akan sampai kamu mau ma-" Laki laki misterius itu menarik tangan Stefan dari tangan ku dan membuat tanganku terluka karena tergores cincin besi Stefan.
Laki laki mendorong Stefan jauh dari ku. Aku takut, hanya bisa menahan rasa perih di tanganku, aku melihat Netta yang sedang ketakutan, aku berlari menuju ke atas Netta namun, gagal lagi. Stefan menarik ku dan mendudukan ku di tanah.
Laki laki misterius itu menarik Stefan dari depan ku dan mendorongnya hingga terkena tembok. Aku berdiri berlari menghampiri Netta.
" Mel, kamu gapapa? " Tanya Netta.
Air mataku mulai jatuh." Gapapa Net " Jawabku pelan. Netta mengusap air mata di mataku lalu memelukku.
" Jangan takut Mel " Netta melepaskan pelukannya lalu mengusap air mataku.
" Net, dia siapa? Kok bisa kalian tau gue di sini? " Aku bertanya pada Netta sambil memegangi tangan ku yang terluka.
" Jadi gini Mel, wak-" Omongan Netta terputus karena suara pukulan keras dari Stefan ke laki laki misterius itu.
" Stefan!! Lu gilaa!! " Refleks aku langsung berteriak. Laki laki misterius itu mendorong tubuh Stefan hingga terjatuh. Karena mulai banyak orang yang melihat, Stefan berdiri dan berlari meninggalkan tempat parkir.Laki laki misterius itu berjalan ke arah ku " Lu gapapa? " Tanya laki laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Ficção Adolescente[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...