Aneh

23 3 0
                                    

"Semua siswa harap membawa barangnya masing masing lalu keluar dari bus. Setelah itu kalian bisa mencari tempat berteduh" Teriak Mrs. Herman. Semua siswa membawa barang mereka masing masing lalu keluar dari bus, sesuai perintah dari Mrs. Herman. Setelah keluar dari Bus, aku mengambil koper yang ada di bagasi lalu mencari tempat berteduh. Suasana di sini panas, tapi juga sejuk mungkin karena ini di daerah pegunungan. Aku menarik koper ku menuju bawah pohon untuk berteduh karena tempat duduk yang di sediakan sudah penuh. Aku duduk di salah satu batang pohon yang di potong dan mungkin itu memang sengaja di buat menjadi tempat duduk. Tidak ada sinyal disini, namanya juga daerah pegunungan, wajar sih. Aku menutup mata lalu bersandar pada batang pohon, angin sepoi sepoi yang lewat seakan berkata "Tidur aja, enak loh Mel". Tapi, jika aku tertidur di tempat ini, bisa jadi bahan tertawaan oleh teman teman. Aku membuka mata...
" Aaahhhh!! " Aku berteriak ketakutan, dan berdiri di atas batang pohon yang aku duduki tadi. "Darren!! Sumpah ya lo! " Teriaku melihat Darren yang sekarang sedang memegang belalang di tanganya. Semua siswa melihat ke arahku, mungkin karena teriakanku tadi yang terlalu merdu.
" Lu takut sama belalang? " Tanya Darren tertawa kecil sambil memainkan belalang di tanganya.
" Gak, gue geli aja. Jijik tau gak? " Jawab ku kesal sambil menghentakan kaki.
" Lucu loh, mau megang? " Tanya Darren lalu menyodorkan belalang ke arahku.
" Iihh Darren! Jauhin belalangnya! Jijik tau! Lucu darimana coba " Jawabku kesal karena Darren semakin mendekatkan belalang yang ada di tanganya itu padaku.
" Lucu loh, gak gigit kok " Darren mendekatkan belalangnya padaku.
" Lu gila ya?! "Jawabku berteriak. Darren tertawa puas, dia melepaskan belalang yang ada di tanganya membiarkan belalang itu bebas kembali di alam. Kemudian dia menyodorkan tangannya padaku.
" Darren!! Jauhin" Teriaku ketakutan karena Darren menyodorkan tanganya.
" Udah gak ada belalangnya. Gila lu teriak teriak sendiri " Jawab Darren. Aku melihat ke arah tangan Darren, memang benar sudah tidak ada, aku mengangguk pelan. " Mau turun gak? " Tanya Darren. Aku memegang erat tangan Darren lalu perlahan turun dari batang pohon tadi.
" Makasih " Jawabku agak jutek.
" Marah mbak? Kan belalangnya udah gak ada " Darren menyenggol pelan lenganku.
" Ish, lu sih resek! " Jawabku kesal. Darren tertawa kecil.
" Para siswa harap segera memasuki Villa masing masing. Setelah itu, kalian bisa pergi ke food place untuk makan siang. Kalian bisa melihat peta tempat ini di buku panduan kalian. Terimakasih " Perintah guru. Semua siswa segera membawa barangnya masing masing lalu pergi ke Villa mereka masing masing. Bersama dengan Netta, kami mencari villa yang sudah di tentukan untuk kita tidur nanti.
" Mel, buku panduannya gak jelas " Keluh Netta yang dari tadi membolak balik buku panduan di tanganya.
" Jelas kok,lu kali gak bisa baca peta " Jawabku. Netta membolak balik buku panduan yang berisi peta di tanganya. Dan sesekali membandingkannya dengan miliku.
" Gak jelas Mel " Keluh Netta lagi. Aku melihat ke arah peta yang ada di tangan Netta lalu menghembuskan nafas.
" Bego deh, peta lu kebalik " Jawabku lalu membalik peta di tangan Netta.
" Oh iya ya! Bego juga gue " Jawab Netta sambil tertawa kecil. Aku hanya menggeleng gelengkan kepala melihat sikap lucu sahabatku. " Mel, villa kita udah deket nih.. Tinggal belok kiri udah sampai " Kata Netta sambil melihat peta di tanganya.
" Udah sampai " Jawabku. Netta yang masih berjalan lurus sambil melihat peta di tanganya melewatiku yang sudah berdiri di depan Villa.
Aku hanya melihat Netta sambil tertawa kecil, aku membiarkannya agar dia bisa sadar sendiri. Tak lama, Netta membalikan badanya lalu berjalan ke arahku dengan muka kesal.
" Lu kok gak bilang sih kalau ini Villa nya? " Tanya Netta kesal.
" Gue udah bilang tadi, lu aja yang gak denger " Jawabku lalu membuka pintu Villa dengan kunci yang sudah tergantung di pintu itu. Kami berdua masuk, Villa ini kecil. Saat pertama kali masuk, yang aku lihat 2 kasur susun di sisi kanan dan kiri tembok, satu lemari, satu sofa dan satu TV yang di letakan di atas meja kayu. Pintu kamar mandi berada di antara 2 kasur susun, jadi bentuk villa ini lebih ke arah memanjang. Aku meletakan koper di dekat kasur lalu membanting badan di atas sofa " Ahh enaknya ".
" Emang bisa di makan? Kok enak? " Sahut Netta. Aku hanya melihatnya sekilas lalu memutar kedua bola mataku.
" Serah lu Net " Jawabku. Netta naik ke atas salah satu kasur susun.
" Mel! Gue bobok sini ya! " Kata Netta sambil memeluk guling yang ada di kasur itu.
" Serah lu, mau tidur di kamar mandi juga gapapa " Jawabku sambil tersenyum kecil.
" Ih Mela mah jahat, benci deh. Huh! " Jawab Netta dengan nada agak lebay.
" Jijik banget lu! " Jawabku sambil tertawa. Aku berjalan menuju kasur yang ada di bawah Netta dan ku putuskan untuk tidur di situ. Malas memilih kasur di atas, malas naik lebih tepatnya.
Ada suara pintu terbuka, 2 orang cewek masuk membawa kopernya. Mereka berdua senyum ke arahku dan segera aku sambut mereka.
" Welcome " Sapaku.
" Hello, gue Sofia " Sapa balik salah satu cewek berambut pendek se pundak yang bergaya tomboi.
" Pamela, panggil Mela. Dia Netta " Aku memperkenalkan diriku dan Netta.
" Lena " Sapa anak perempuan yang satu lagi. Dia cantik, berambut panjang hitam lurus, berponi depan dan tampil feminim. Aku tersenyum ke arah mereka berdua.
" Udah milih kasur? " Tanya Sofia sambil menggeret kopernya masuk dan matanya melihat ke arah sekitar.
" Udah! Ini kasur gue, yang di bawah milik Mela! " Jawab Netta bersemangat.
" Semangat banget, hahaha " Jawab Sofia lalu naik ke kasur susun yang lainya. " Gue tidur sini ya Len! " Kata Sofia sambil menepuk nepuk kasur. Lena mengangguk kemudian menggeret kopernya ke sebelah lemari lalu membanting tubuhnya di kasur bawah Sofia. Aku mengkunci pintu lalu membanting tubuhku di kasur yang sudah aku pilih tadi. Kaki semua sekarang sibuk dengan Handphone masing masing karena tidak tahu mau berbicara apa.
Tok tok tok.
Suara ketokan pintu, Lena langsung bangkit dari posisi tidurnya dan membuka pintu.
" Eh Roy " Kata Lena.
" Royy!! " Teriak Sofia lalu dengan segera menuruni tangga kasur dan berlari ke arah Roy yang ada di depan pintu.
" Halo beb " Sapa Roy pada Sofia. Sofia yang bergaya tomboi itu mulai tersenyum manja dan terlihat imut.
" Kenapa lu kesini? Kok lu tau gue di villa ini? " Tanya Lena penasaran.
" Depan Villa lu, villa gue " Jawab Roy sambil menunjuk Villa miliknya. Lena membentuk mulutnya seperti huruf "o" Tanda mengerti. " Mel " Panggil Roy. Aku melihat ke arah Roy
" Apa? " Tanyaku.
" Di cari Darren tuh " Jawab Roy sambil tersenyum.
" Ngapain? " Tanyaku penasaran.
" Gatau, ngajak makan siang bareng maybe " Jawab Roy lalu menggerakan pupil matanya ke arah kanan seperti memberi isyarat. Aku berdiri dari tempat tidur lalu keluar Villa. Saat di luar villa aku tidak melihat apa apa, tidak ada orang sama sekali.
" Gak ad-" Saat ingin memutar tubuh, tiba tiba ada yang menutup mataku dengan tangan. " Sapa sih? Resek banget " Aku melepaskan tangan seseorang yang menutup mataku tadi dan saat membuka mata yang aku lihat di depan mata adalah cacing tanah.
" Suprise " Kata seseorang di belakangku yang sangat familiar suaranya.
" Iihhh!!! Lucuuu " Teriaku kemudian membalikan badan. " Darren? " Aku kaget, ternyata Darren yang menutup mataku tadi.
" Lu gak takut sama cacing? " Tanya Darren heran.
" Gak lah, ngapain takut. Ini lucu " Jawabku sambil mengambil cacing dari tangan Darren.
" Gila nih cewek " Jawab Darren yang melihatku memainkan cacing di tanganku.
" Ngomong apa lu tadi? " Tanya ku agak membentak.
" Lu. Gila " Jawab Darren. Aku hanya melihatnya kemudian memutar kedua bola mataku dan lanjut bermain dengan cacing yang ada di tanganku.
" Ajaib nih cewek " Sahut Roy dengan muka heran.
" Iih jijik " Ucap Sofia. Ternyata penampilan tomboi Sofia bisa jijik sama cacing.
" Gak waras emang dia " Sahut Netta yang tiba tiba datang. " Dia sama ular aja berani " Tambah Netta. Semua melihat ke arah Netta heran kemudian melihat ke arahku.
" Ular? " Tanya Lena.
" Lucu loh " Jawabku santai lalu melepas cacing yang ada di tanganku ke tanah.
" Gak waras nih cewek " Sahut Darren.
" Apaan sih lu? " Jawab ku kesal kemudian masuk ke dalam villa untuk cuci tangan.
" Mell! " Teriak Darren dari luar villa.
" Apaan sih?? " Jawabku dari dalam kamar mandi. Aku segera keluar dari kamar mandi dan mendatangi Darren. Di teras villa, mereka sudah duduk di lantai teras villa sedangkan Sofia dan Roy bertengger di pagar villa.
" Duduk sini " Minta Darren sambil menepuk nepuk lantai di sebelahnya.
" Ngapain? " Tanya ku kesal.
" Ya elah mbak, jutek amat. Nurut napa " Darren menarik tanganku akhirnya aku duduk di sebelahnya. Dia mengambil kotak putih yang ada di sebelahnya lalu membukanya. Isinya obat obatan. Aku tidak mengerti maksud Darren apa. Darren menarik tangan kiriku dan meletakan nya di atas kakinya.
" Ngapain sih? " Tanya ku sambil menarik tangan kiriku.
" Nurut aja " Darren menarik kembali tangan kiriku kemudian meletakannya di atas kakinya.
" Calon dokter beraksi " Sahut Roy sambil tersenyum, Sofia yang di sebelahnya menyenggol pelan lengan Roy kemudian ikut tersenyum. Aku melihat sekitar, mencoba mengerti apa yang akan di lakukan Darren. Setelah lama berfikir dan melihat Darren yang sedang sibuk dengan kotak obatnya, aku mulai sadar. Langsung aku menarik tangan kiriku. Belum sempat tertarik, Darren duluan yang menarik tanganku dan meletakannya di atas kakinya.
" Gak mau " Jawabku.
" Biar cepet sembuh " Jawab Darren.
" Perih Ren " Jawabku lagi. Darren hanya melihatku sekilas kemudian kembali ke kotak obatnya. Aku mencoba berfikir, mencari alasan.
"Hmmm lu belum cuci tangan kan? Habis Pehang cacing jorok " Kataku.
" Udah, waktu lu cuci tangan, gue juga " Jawab Darren. Aku hanya terdiam memikirkan lagi alasan yang bisa di keluarkan.
" Gak usah mikir alesan, nurut aja. Darren udah baik mau ngobati luka lu " Sahut Netta yang ada di depanku. Aku menghembuskan nafas berat. Memang benar apa yang di katakan Netta, mau bagaimana lagi? Aku menurut saja. Darren melepas perban yang ada di tanganku perlahan kemudian memuci luka ku dengan kapas yang sudah di basahi dengan cairan yang aku tidak tahu namanya.
" Perih Ren " Kataku.
" Tapi udah gak seperih dulu kan? " Tanya Darren, aku mengangguk.
" Bentar lagi sembuh " Jawabnya sambil tersenyum. Darren mengambil kapas bersih kemudian meneteskannya dengan obat yang aku juga tidak tahu namanya. Darren menepuk nepuk pelan kapas tadi di lukaku. Perih, beberapa kali aku berusaha menarik tanganku tapi di tahan oleh genggaman erat tangan Darren. Terpaksa aku menahan rasa perihnya. Darren mengambil hansaplast lalu menempelkannya di lukaku.
" Udah " Kata Darren sambil tersenyum.
" Makasih " Jawabku tersenyum pada Darren.
" Uuuh so sweet deh " Sahut Sofia.
" Udah yuk makan siang " Ajak Darren. Kami semua berdiri, aku mengkunci pintu villa sedangkan Darren mengembalikan kotak obat tadi di villa nya lalu mengunci pintu villa. Kemudian kami berjalan bersama menuju foodplace yang jaraknya tidak jauh dari Villa.

MoodBoster [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang