Kemarin adalah hari yang buruk. Pertama karena sikap Stefan yang membuatku naik darah, kedua aku putus dengan Stefan. Dan dua hal itu berujung pada kekacauan yang membuatku malu dan di panggil BK. Sungguh menyebalkan.
Aku harap, hari ini menjadi hari yang tenang tenang saja. Aku berjalan di lorong menuju ruang tari. Sendirian, dan setiap aku lewat ada beberapa orang yang berbisik bisik di belakangku, aku yakin mereka berbisik tentang kejadian di kantin kemarin. Menyebalkan.
Di ruang tari sudah ada beberapa anak, tapi yang aku kenal hanya Joy dan kak Nanda. Aku ingin menyapa Joy, tapi karena kejadian kemarin, aku sungkan mau menyapanya, karena pertengkaran ku dengan Stefan membuat muka Joy terhiasi luka dan dia juga terlibat ikut di ruang BK. Untung saja kami semua hanya di beri peringatan, tanpa hukuman.
"Pagi Kak Nandaa" Sapa ku ke kak Nanda yang sedang sibuk dengan laptopnya.
" Pagi juga Mel " Kak Nanda juga membalas dengan senyuman khasnya. Untung aja gak meleleh.
" Pagi! " Ada yang memukul kedua pundaku dari belakang, ternyata itu Netta. Tunggu, kok bisa Netta masuk ruang tari? Bukannya dia ikut Voly ya?
" Kok lu bisa disini? " Tanya ku pada Netta yang sekarang duduk di sebelahku.
" Bisalah, gue punya kaki" Jawab Netta singkat. Netta jarang menjawab singkat seperti ini, biasanya sekali Netta di ajak bicara jawabannya jika di tulis bisa menjadi sebuah buku setebal KBBI.
Mungkin Netta lagi ada masalah? " Lu kenapa? Kok dengaren jawabanya singkat? Biasanya lu kayak keran bocor " Tanyaku ke Netta penasaran.
" Wahh lu ya Mel, gue lagi tobat biar lu gak hina suara cempreng gue. Nyebelin lu Mel! Gue ini lag-" Aku menempelkan jari telunjukku di bibir Netta kemudian aku olehkan di lengan baju Netta.
"Iyaa deh percaya " Wajah Netta datar saat melihatku mengoleskan jari telunjukku di bajunya.
" Apaan sih Mel? Jorok tau! Walaupun itu bekas mulut gue sendiri, tapi tetap aja jorok tau! " Terkadang aku merindukan suara kicauan merdu dari Netta. Hehehe.
" Gue cuma main main aja, latihan Voli baru di mulai jam 8,karena nganggur gue main ke sini" Jelas Netta singkat.
Dari tempat aku duduk, Joy melihat ke arah kita lalu mulai mendekat ke arah tempat aku dan Netta duduk.
" Eh ada piring pecah, pagi! Halo Mel, pagi " Sapa Joy yang lalu duduk di depan kami.
" Wahhh lu kok jahat sih? Manggil gue piring pecah? Emang suara ku separah apa Ha? " Jawab Netta kesal karena sapaan Joy.
Aku hanya bisa tersenyum, menurutku Joy memang suka menjaili Netta. Joy memindahkan duduknya di samping ku kemudian menyandarkan diri di tembok.
" Gue udah maafin Stefan kok. Gue gak marah sama lu, tenang aja " Kalimat Joy tadi membuat perasaan ku tenang dan bisa tersenyum lega.
Kami bertiga saling bertukar cerita saat itu, Joy yang selalu usil ke Netta membuat ku tertawa, serasa bahwa aku tidak tertimpa masalah apapun. Saat kak Nanda mau memulai latihan dengan doa, Netta kembali ke lapangan walaupun masih tersisa 20 menit lagi.
Saat latihan, aku dan Joy sangat akrab, seperti kami sudah mengenalnya lama. Aku menikmati saat saat bercanda dengan Joy tapi entah kenapa sikap Joy aneh ke aku. Dia perhatian.
Awalnya aku kira dia perhatian karena aku temanya, tapi setelah lewat 1 minggu. Joy semakin perhatian, bahkan dia pernah menawari ingin mengantarku pulang walaupun sudah ku tolak berkali kali, setiap pulang sekolah pertanyaanya sama " Mel, pulang bareng gue yuk,mau?" Atau " Mel, gue anter pulang ya? Sejalan kok "
Dan aku selalu menjawab " Gak usah, aku di jemput mamaku kok, makasi Joy " Walaupun pada nyatanya aku pulang dengan Netta naik transportasi online, berhubung rumahku dan Netta sangat dekat, hanya di pisahkan oleh satu rumah.
" Mel, lu makan lama amat sih. Mie gue aja udah habis. Gara gara lu, gue jadi pingin tambah satu mangkok lagi
"Omel Netta karena mie ayam ku belum habis setengahnya dan membuat Netta ngiler melihat aku makan mie ayam.
" Ya udah, tambah tinggal tambah aja, gitu kok ribet " Jawabku lalu memakan satu suap mie ayam.
" Males ah, gendut.... Eh gue ke sana dulu ya" Netta menunjuk salah satu kios di pojok kiri kantin lalu pergi meninggalkan meja.
Aku mengangguk lalu melanjutkan makan ku. Aku sengaja makan pelan pelan agar terasa nikmatnya. Hehehe.
Ada perempuan bertubuh tinggi, kulit putih rambut panjang hitam se pinggang mendatangi meja ku bersama dengan kedua temannya di belakang.
BRAKK
Perempuan itu memukul mejaku, yang membuat seluruh siswa melihat kemari. Aku hanya terdiam, bukan karena takut. Tapi aku bersyukur tidak mati tersedak karena kaget.Aku tidak mau melihat wajah perempuan itu karena feeling ku akan ada ronde 2 perdebatan di kantin.
" Heh! Kalau di panggil liat ke orang nya dong! " Bentak perempuan itu.
Aku meletakan sendok garpu yang tadi aku pegang kemudian melihat ke arah perempuan itu.
" Nama gue Pamela, bukan BRAKK!! Mengerti? " Aku mempraktekan bagaimana perempuan itu memukul meja tadi.
Wajah perempuan itu marah, tapi aku gak takut. Karena dia dulu yang mencari masalah, walaupun aku membalasnya dengan kata kata yang menyakitkan hati, aku tetap tidak bersalah.
" Udah sombong, ganjen lagi! Lu itu adik kelas! Gak boleh jahat sama kakak kelas! " Aku berdiri dari tempat duduk lalu melihat perempuan itu dengan senyuman.
" Sebagai kakak kelas yang baik, harus menunjukan sikap sopan kepada adik kelasnya agar bisa di jadikan contoh yang baik " Aku tersenyum ke arah perempuan itu yang aku bahkan tidak tahu namanya.
"Gak usah sok ceramahi gue! Gue kakak kelas di sini! Sombong banget sih lu! Cari masalah? "
Perempuan itu mendorong ku. Sabar Mel, sabar." Maaf? Bukanya kakak yang cari masalah duluan? Ada CCTV loh " Aku menunjuk ke arah pojok atas kanan kantin letak CCTV berada.
PLAKKK.
Perempuan itu menamparku. Aku diam saja, ingin ku membalas. Tapi ada CCTV." Gatau diri! Lu jangan coba coba deket deket sama Joy! " Kalimat perempuan itu sontak membuat ku kaget, setauku Joy tidak punya pacar.
Trus, cewek ini siapa? Joy mendengar perkataan perempuan itu tadi. Joy datang ke arah ku
" Bel, apaan sih lu? Pake nampar Mela segala. Gue deket sama dia karena anak baik baik " Muka perempuan itu tak sedap. Dia marah, tapi bukan marah ke Joy.
Seketika muka perempuan itu berubah jadi tangisan. Gila. "Bebb kamu kok belain dia sih? Dia udah ganjen sama kamu" Perempuan itu menggandeng tangan Joy namun di lepas oleh Joy.
KAMU SEDANG MEMBACA
MoodBoster [THE END]
Teen Fiction[THE END] *REVISI* " Bahagia itu, mirip ice cream. Sederhana, juga manis. Tapi jika ice cream itu mencair, maka akan berubah menjadi sebuah tangisan " Pertemuan pertama itu sangat berarti bagi Pamela. Dan pertemuan pertama itu juga mengubah dirinya...