Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore, tapi Shiha masih menunggu ibu nya digerbang depan sekolah. Ponsel miliknya bergetar, rupanya satu buah pesan singkat dari ibunya.
[Ibu]
087xxxxNak, maaf ibu ga bisa jemput. Pesanan kue Bu Nadya harus dianterin sekarang. Kamu bisa naik gojek atau apa.
Begitu isi pesan singkat nya, Shiha membuang nafas kasar. Ingin membalas pesan nya, tapi dia gapunya pulsa. Saat ini ia bingung harus bagaimana, Jika harus menunggu Mentari dan Nayla selesai eskul bisa bisa ia bakal pulang lebih sore lagi dan ia tak mau itu.
Shiha bolak balik sedari tadi karna bingung harus bagaimana, banyak orang disekelilingnya yang memperhatikan nya aneh.
"Aishh, gimana ini gue pulangnya. Kalo naik gojek tapi gapunya aplikasi nya, mau download tapi gaada kuota. Pulsa aja gapunya. Yaallah gimana ini." Gerutu Shiha duduk di trotoar gerbang.
Adzan waktu ashar dari arah masjid sekolah mulai berkumandang. Dari pada Shiha menunggu tidak jelas, lebih baik dia sholat. Shiha mulai berjalan ke arah masjid. Sesampainya di masjid, dia membuka alas kaki nya dan memasuki masjid.
Setelah mengambil air wudhu, Shiha mulai memilih mukena masjid untuk ia kenakan. Iqomat sudah terdengar dan segera lah sholat ashar berjamaah.
****
Selesai sholat, Shiha keluar dari masjid dan kembali memakai alas kaki nya. Setelah itu Shiha malah duduk depan masjid. Tiba tiba ramai orang yang memakai almamater merah, kalian tahu mereka itu siapa? Segerombolan orang berpakaian almamater merah itu adalah anak anak eskul Rohis.
Pak Syaiful, guru agama menghampiri Shiha yang tengah duduk sendirian.
"Shiha, kamu belom pulang?." Tanya nya.
"Eh bapak, belum pak." Shiha menangkupkan kedua telapak tangan nya.
"Kenapa belom pulang, gaada yang jemput?." Tanya nya sekali lagi.
"Iyaa pak, ibu saya gabisa jemput." Shiha menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Hm, gitu." Ucap Pak Syaiful.
Shiha melihat kini Pak Syaiful mulai memanggil anak murid nya yang memakai almamater merah.
"Wan, Awan!! Sini bapak minta tolong." Ujar Pak Syaiful.
Cowok yang di panggil mulai menghampiri Pak Syaiful.
"Iyaa Pak, ada apa?." Jawab nya cowok yang bernama Awan ini.
"Ini loh, anak murid bapak kelas 10 namanya Shiha. Kasian dia gaada yang jemput. Kamu bisa nganterin dia kan? Perempuan dia kasian kalo pulang sendirian." Pak Syaiful menyuruh Awan mengantarkan Shiha pulang.
"Oiya Shiha, ini Awan kelas 11." Ucap Pak Syaiful sekali lagi.
"Hm yaudah pak, iya saya anterin." Kata Awan.
"Bagus kalo gitu, tapi inget jaga jarak! Bukan mahrom. Yaudah Shiha kamu dianterin Awan ya." Ujar Pak Syaiful.
Awan kembali membawa motor nya, segeralah Shiha menaiki motor gigi bermerk revo ini dengan posisi miring.
****
Sesampainya di depan pagar rumah Shiha, dia langsung turun dari motor milik Awan. Dari berlawanan arah motor matic hitam berhenti juga di depan pagar, itu motor Ibu nya Shiha.
"Hm.. makasih ya Kak, udah nganterin saya pulang." Kata Shiha menundukkan pandangannya. Kalian tahu lah ya, Shiha itu pemalu.
Awan malah turun dari motor miliknya, dan mulai menyalami tangan Rena, Ibu Shiha.
"Shiha, kamu pulang sama siapa ini. Duh maaf ya Nak, Shiha jadi ngerepotin kamu." Ucap Rena.
"Eh iya gak apa apa, Bu." Jawab Awan.
"Sekali lagi makasih loh udah nganterin Shiha, soalnya tadi ibu gak sempet jemput. Oiya nama kamu siapa, temen kamu Shih?." Tanya Rena.
"Iyaa sama sama, Bu. Oiya nama saya Awan, saya kakak kelas nya Shiha. Yaudah kalo gitu saya pamit pulang duluan ya, Bu." Awan kembali menyalami tangan Rena.
"Assalamualaikum, bu. Shiha, saya pulang dulu." Awan mulai melajukan motor nya.
"Iyaa hati hati, nak Awan." Ujar Rena melambaikan tangannya, masih terlihat di kaca spion motor Awan.
****
Pukul empat pagi, Adzan subuh sudah berkumandang dari tadi tetapi tidak juga berhasil membangunkan gadis yang masih terlelap dalam lamunan mimpi nya.
"Tari!! Bangun sholat subuh. Cepetan." Ujar Ira sambil menggedor gedor keras pintu kamar Mentari.
Mentari mengerjapkan mata nya, samar samar dia mulai membuka mata nya sambil mengucek nya.
"Iyaa Ma, Mentari udah bangun kok!." Jawab Mentari bangun dari tidur nya dan mengikat rambut nya asal.
Setelah selesai sholat subuh, saat ini juga sudah pukul enam pagi. Berpakaian seragam pun sudah. Saat ini Mentari di ruang tamu bersama Mama nya.
"Ma, hari ini lebihin uang jajan dong. Tari mau beli bensin." Ujar Mentari sambil memakai helm dan menedengkan tangannya seraya meminta.
Ira mengeluarkan dompet merah miliknya yang ia pegang sedari tadi dan mulai memberi uang lima puluh ribuan.
"Asyik, makasih ma. Yaudah Mentari berangkat ya. Assalamualaikum." Mentari menyalami punggung tangan Ira yang sudah tidak mulus lagi dan menciumi kening Ira.
"Yasudah hati hati, Tar. Waalaikumsalam. Jangan ngebut!." Balas Ira.
****
Parkiran sudah ramai di isi oleh motor milik semua murid, karna jarak sekolah dari rumah Mentari cukup jauh. Mentari malah sampai sekolah pukul 7 lewat, alhamdulillah belum bel. Tapi hal buruknya dia harus parkir di basement.
"Yeu, ngikut ngikut aja parkir disini. Woo!!." Nayla menyelos parkir disamping motor milik Mentari.
"Tumben lu dateng siang. Biasanya paling on time." Celetuk Mentari membuka helm nya.
Bel sekolah pun berbunyi, seluruh murid yang berada di basement termasuk Mentari dan Nayla pergi menuju ke arah kelas.
A/NHalo, hari ini aku Update dua bagian SEKALIGUS lhoo. Tapi aku minta maaf mungkin besok aku belum bisa update dan seterusnya gak tahu sampai kapan, mohon jangan kecewa. Tapi aku bakal usahain secepatnya update kok.
Vote dan komet selalu ya HEHE 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way (END)✔️
Teen FictionYUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA✅ Kisah persahabatan yang terjalin antara tiga perempuan dari mereka masih berusia belia. Bukan hanya mereka yang bersahabat bahkan keluarga mereka masing-masing, serasa keluarga besar. Tapi wajarnya itu, dari mereka...