16] : Ditegur

152 24 0
                                    

Mata kantuk mulai menjalar di mata Mentari, entah mengapa pagi ini sudah mengantuk bagi nya. Sedang berlangsung juga pelajaran Bu Rini guru ekonomi dikelas nya. Ia sama sekali tidak bisa menahan rasa kantuknya, Bu Rini yang lagi menjelaskan panjang lebar tentang ekonomi selepas itu melirik Mentari yang menangkup kan wajah nya diatas meja.

"Mentari!!." Seru nya sambil menggebrak papan tulis.

Untung saja papan tulis dikelas ini masih berupa kayu, sedangkan dikelas kelas lain sudah diganti menjadi kaca. Gak tau gimana jadinya kalo kaca digebrak keras seperti itu. Pecah mungkin.

Bu Rini sudah menegur Mentari dengan suara lantang disertai gebrakkan, tapi sama sekali Mentari tak terusik sedikit pun. Tidur nya malah nyenyak, padahal Shiha sebagai teman sebangku nya sudah menyenggol nyenggol lengannya.

"Mentari bangun!!." Bu Rini yang dari tadi berjalan ke arah meja Mentari setelah sampai ia menggebrak meja Mentari.

Mentari yang kaget bukan main, ia langsung bangkit berdiri dari duduk nya dibangku.

"Ehh, iyaa ibu." Ujar Mentari tapi mata nya masih tertutup.

"Ngapain kamu tidur di jam pelajaran ibu? Sekarang kamu kerjain soal yang ada di papan tulis." Suruhnya.

"Yang itu bu?." Mentari menyipitkan mata nya melihat soal dipapan tulis dan mengucak mata nya.

"Iya!! Mau ibu tambah?." Bu Rini sudah tak bisa diajak kompromi.

Mentari berjalan ke arah papan tulis, sebenarnya tadi hanya mata nya aja yang tertidur tetapi telinga pendengarannya masih kuat mendengarkan. Ia mulai mengambil spidol hitam di samping papan tulis dan mulai mengisi apa yang harus jadi jawaban dari soal itu.

Dengan lihai dan gerak cepat tangan kanan itu mengisi sempurna di papan tulis, seakan terlalu mudah bagi Mentari untuk menjawabnya. Tiga menitan Mentari selesai mengerjakan nya, ia mulai menghampiri Bu Rini yang masih berada di dekat meja nya.

"Udah, Bu." Ucap Mentari.

Bu Rini malah bengong melihat apa yang barusan dikerjakan Mentari di papan tulis, tak disangka seisi kelas mulai riuh bertepuk tangan.

"Wihh!! Hebat banget!" Puji Bagas yang duduk di samping meja Mentari.

"Iyaa, kok bisa si ngerjainnya? Gua aja ngeliatin gabisa dah?." Ujar Getta.

"Yasudah Mentari lain kali jangan tidur di jam pelajaran ibu. Kamu hebat bisa ngisi soal di papan." Ujar Bu Rini sambil memuji.

"Iyaa bu, maafin saya." Jawab Mentari mulai duduk di bangku nya.

****

Bel pulang sekolah berseru disisi sekolah, siswa siswi mulai berhamburan keluar kelas.

"Nay, main yuk." Ajak Mentari diangguki pula oleh Shiha.

"Ih gabisa, minggu minggu ini gua lagi latihan berat di paskib. Soalnya mau ada perlombaan tingkat kota." Jawab Nayla.

Ada semburat kecemberutan terpampang jelas diwajah Mentari dan Shiha.

"Yah, kok gitu." Ujar Shiha.

"Naylaa!! Ayo ke lapangan udah dipanggil sama Kak Damar." Frita entah dari mana sudah berada di depan Nayla.

"Maaf ya, janji besok kan libur kita main." Ujar Nayla pada kedua sahabat nya dengan mengangkat jari kelingking nya.

"Yaudah ayo Ta." Ajak Nayla sambil menarik tangan Frita.

"Semangat, Nay!!." Teriak Mentari menampilkan senyuman disertai lesung pipi bolongnya yang menambah kesan manis.

Nayla berbalik badan sambil melihat kedua sahabat nya yang sangat mengerti kegiatannya. Nayla tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Ayo, Shih!! Pulang." Ajak Mentari.

"Eh btw, kan arah rumah lu sama rumah gua jauh kan." Jawab Shiha.

"Ih kan mau main gua, bukan mau nganterin lu doang. Emang gua supir." Tegas Mentari.

"Hehe, yaudah ayo." Shiha tersenyum kikuk.

Tidak butuh perjalanan lama untuk sampai kerumah Shiha. Pasalnya lebih jauh rumah Mentari. Mereka berdua sudah berada di ruang tamu. Eh bukan hanya berdua, ada Rena.

"Loh tumben Nayla gak kesini, biasanya kalian selalu main bertiga."Ujar Rena.

"Hm itu, Tan. Tadi Nayla ada kegiatan eskul disekolah." Jawab Mentari.

"Yaudah tante tinggal ya, soalnya lagi bikin kue pesanan Bu Desi itu mama nya kakak kelas nya Shiha." Ucap Rena sambil berlalu pergi ke dapur.

"Shih, Bu Desi siapa?." Tanya Mentari sambil memakan kriuk yang ada di meja.

"Itu mama nya Kak Awan." Jawab Shiha.

"Cie, dua keluarga udah deket. Ih kode gampang itu mah." Ucap Mentari menepuk paha Shiha sambil tertawa receh.

"Apaan si Tar." Shiha menunduk menyembunyikan roda merah di pipi nya.

"Eh btw lu suka gak si sama Kak Awan?." Mentari mulai kepo dengan isi hati Shiha, sahabat nya ini.

"Suka nya sama Manurios." Ledek Shiha dan mendapatkan pukulan pelan di kepalanya.

"Gua nanya serius kali." Cibir Mentari yang tak terima dengan ucapan halus Shiha.

"Engga, gua sama Kak Awan ya sekedar kakak kelas sama adek kelas doang. Gak lebih." Terus terang Shiha menjelaskan apa yang ada di isi hati nya itu.

"Yakin? Tapi kok gua merasa lu sama Kak Awan kayak ada getaran getaran cinta yang menggebu gebu dah." Celetuk Mentari meledek dengan nada dramatis yang dibuat buat lebay.

"Alay banget si lu, Hahaha. Seriusan kaga!!." Jawab Shiha.

______________________
Mianhae semua!! Aku dari kemarin gak update.
Soalnya lagi banyak pikiran, lagi kesel juga sama orang.

Jadi cerita ini gak berjalan stabil. Insyaallah bakal rajin update secepatnya.

HEHE. Bye, thank u for Vote and Coment. ✨💕

The Way (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang