11] : Cowok gila?

176 28 0
                                    

Rumah Bu Desi lumayan jauh dari rumah Shiha, setelah sampai di pekarangan halaman depan rumah Bu Desi. Shiha mengeluh kecapean, karna terlalu capek mengayuh pedal sepeda nya.

Sehabis memarkirkan sepeda nya di depan pagar, Shiha membawa pesanan kue nya dan sedikit mengetuk pintu rumah pelanggan nya itu.

Tok.. Tok.. Tok..

"Assalamualaikum." Teriak Shiha dari luar sambil mengetuk keras pintu rumah.

"Assalamualaikum." Ujar nya sekali lagi, karna merasa tak ada satu orang pun yang menjawab.

Pergi kali ya orangnya, ah mana cape cape kesini. Batinnya mulai mengeluh.

Baru saja tangan nya ingin mengetuk pintu karna terlalu kesal menunggu lama pemilik rumah membukakan pintunya. Mata Shiha terbelalak melihat seseorang di depannya ini yang membukakan pintu untuk nya.

"Loh, Shiha? Kamu ngapain kerumah saya?." Orang di depan Shiha terlihat bingung.

"Hm, anu kak. Saya...Saya nganterin pesanan kue Bu Desi, Kak." Jawab Shiha cepat.

Entah mau berkata apa, ia merasa canggung dengan orang yang berada tepat di depannya.

"Ohh, Bu Desi mama saya." Jelasnya.

"Yaudah Kak Awan ini pesanan kue nya." Jawab Shiha dan Awan mengambil plastik berisi kue itu.

Apa gua salah alamat ya? Kok gua nyasar ke rumah Kak Awan si?. Batinnya bingung.

"Kamu anak nya Bu Rena kan?." Tanya wanita berjilbab yang memakai gamis panjang membawa tengtengan dan dompetnya. Itu Desi.

"Eh, Iya tante. Saya kesini mau nganterin kue pesanan tante." Shiha menjawabnya.

"Yaudah ayo masuk ke dalam dulu, Awan kamu gimana sih, bukannya dipersilahkan masuk." Omel Bu Desi kepada Awan.

Kak Awan anaknya Bu Desi kali ya? Ah tau ah. Batinnya.

"Iyaa, Ma." Jawab Awan.

Shiha memasuki rumah Kak Awan yang terlihat lumayan besar dan bagus sekali, menurutnya. Ia mulai mendudukkan di sofa merah ini.

"Oiya, mau tante buatin minum apa?." Desi menawari Shiha minuman.

"Gausah tante, aku kesini cuma mau nganterin kue aja. Ngerepotin kalo aku mampir lama lama." Jawab Shiha seraya senyum.

Desi kembali duduk di sofa serta disampingnya Awan.

"Engga kok, oh ya nama kamu siapa?." Desi menanyakan namanya.

"Nama dia Shiha ma." Celetuk Awan tiba tiba. Baru saja Shiha ingin menjawab.

"Lohh Wan, kamu sama anaknya tante Rena udah kenal?."

"Iyaa tante, Kak Awan kakak kelas saya di SMA ini." Jawab Shiha.

Desi hanya ber'oh' saja dan menganggukkan kepala sebagai jawabannya.

"Yaudah tante, saya pamit pulang dulu ya." Pamit Shiha.

"Oiya Shiha, ini uang nya. Salam sama ibu kamu ya." Ucap Desi.

"Hm, iya tante." Shiha menyalami tangan Desi dan menangkup kan tangannya kepada Awan.

"Yaudah Kak, Tan. Saya pulang, Assalamualaikum." Ujar nya bangkit dari duduknya dan segera keluar.

"Iyaa Waalaikumsalam." Balas Desi dan Awan berbarengan.

****

Setelah pelajaran Bu Sulis selesai, pelajaran hari ini disuruh kerjakan soal essay. Semua nya sudah mengerjakan dan kini Mentari disuruh untuk mengantarkan semua tumpukan buku ke ruang guru tepat di meja Bu Sulis.

Mentari tertatih membawa tumpukan buku buku teman temannya, ia berjalan melewati setiap lorong sekolah. Dan mulai menuruni tangga, karna kelas nya berada di lantai dua. Setelah menuruni tangga. Tiba tiba terdengar suara teriakan frustrasi dari toilet cowok yang berada di bawah tangga.

"Agrhhh!!." Ujar seseorang teriak dengan nada frustrasi dari dalam.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Mentari ingin melihat seseorang di dalam toilet. Karna merasa keberatan dengan buku buku yang dibawa nya, tanpa sengaja tumpukan buku tersebut jatuh berserakan di depan toilet.

Seseorang keluar dari toilet cowok dengan berantakan. Seragam nya sungguh kacau, tak juga memakai atribut apa apa seperti dasi sekolah maupun sabuk sekolah. Ia menatap Mentari sinis yang sedang merapikan kembali buku buku yang berjatuhan.

"Lo, ngapain di toilet cowok? Mau ngintip?." Tuduhnya.

Mentari bangkit dari jongkok nya dan berhasil menyusun buku buku yang ia bawa.

"Enggak! Jangan asal tuduh dong!." Ketus Mentari.

"Ya terus, lo ngapain disini kalo bukan ngintip?." Tanya cowok tersebut.

"Tadi gue cuma denger aja ada suara teriakan, yaudah gue mau liat. Itu lo yang teriak barusan?."

Cowok tersebut memutar balikan matanya malas.

"Gausah banyak bacot, brisikk!." Jawab nya berjalan meninggalkan Mentari.

"Ih! Dasar cowok gila!!." Teriak Mentari.

Tiba tiba cowok tersebut membalik kan badannya, malah menghampiri Mentari kembali.

"Lo tadi bilang apa? Coba gua denger sekali lagi di kuping gua!!." Ucap nya menunjukkan telinga nya.

"COWOK GILA!!" Teriak Mentari didepan telinga cowok tersebut.

Cowok tersebut sudah mengepalkan tangan nya kuat. Entah untuk apa, Mentari melihat itu.

"Kenapa? Lo mau nonjok gue? Hah?." Tantang Mentari.

"Ck, sayang aja lu cewe." Balas cowok tersebut mengurungkan niatnya untuk menonjok Mentari.

"Kenapa kalo gue cewe? Gue gak takut!." Jawabnya.

"Bacot! Gue gak level ngelawan cewe. Dasar cewe lemah." Ujar Cowok tersebut.

Tangan Mentari sudah tak tahan lagi, ia meletakkan tumpukan buku di atas meja. Ya, ada meja rusak yang di taro di samping toilet cowok. Tamparan tangan Mentari mulai mendarat di pipi cowok tersebut.

"LO NAMPAR GUA? BERANI LO SAMA GUA?." Ucap cowok tersebut sembari memegangi pipi nya yang bekas di tampar Mentari.

"Itu peringatan buat lo! Jangan mentang mentang semua cewe lo anggap mereka semua lemah.!" Jawab Mentari mengambil tumpukan buku dan meninggalkan cowok tersebut sendiri.


A

/N

Halo guys? Maaf ya baru update, soalnya dari kemarin aku sibuk karna banyak tugas sekolah yang numpuk.

Btw kalian penasaran gak sama cowok yang barusan ditampar Mentari? Hmm...

Insyaallah nextnya aku update cepat.
Vote dan koment ya. 😙💕

The Way (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang