33] : Video call

153 22 2
                                    

Sarolangun, Jambi.

Nayla menjalani kehidupan nya yang baru disini, setelah sekian lamanya ia tidak berjumpa dengan nenek nya yang berada disini. Sebenarnya ia tidak pandai untuk bersosialisasi terhadap lingkungan ataupun teman baru, waktu awal kepindahan nya Nayla sempat merengek kepada Ayah nya kapan ia balik ke Jakarta.

Namun sekarang ia memang harus bersosialisasi dengan semua nya yang ada disini untuk dirinya sendiri.

Ia berada di dalam kamar nya, kamar nya pun sungguh berbeda dari kamar nya yang dulu ia tempati di Jakarta. Kamar impian nya yang selalu bernuansa panda kini hilang, di kamar nya yang sekarang jauh berbeda. Rumah disini masih berupa kayu belum dinding ataupun sebagainya. Tapi Nayla berusaha keras merangkai indah kamar nya sekarang.

"Hai Shitar, aku sayang banget sama kamu." Nayla memeluk boneka panda besar yang diberikan oleh Shiha dan Mentari. Dan nama panda nya ini ia berikan nama Shitar yang berarti Shiha Tari.

Nayla memainkan tangan panda dan berucap seperti anak kecil. "Kita juga sayang."

Ia mulai beralih mengambil buku diary yang diberikan oleh Shiha dan Mentari, sesekali ia tertawa membaca tulisan tangan Shiha dan Mentari di awal halaman pertama yang tertulis 'halo anak kampung baru'.

Nayla membalik lembaran selanjutnya.

Inget ga waktu itu lu lagi buat video ya semacem vlog ala ala gitu lah, terus dengan sengaja nya gua dan jahat nya gua. Gua malah jedotin lu ke jendela. Terus vlog lu gagal deh. HAHA. - Tulis Mentari.

Melanjutkan lembaran berikut nya.

Dan inget waktu itu lu nganterin gua balik, padahal kita belok nya ke kanan dan lu malah sen kiri. Terus lu di teriakin dan omelin sama bapak bapak. HAHA itu lucu! - Tulis Shiha.

Masih banyak lembaran yang sahabatnya tulis, Nayla sudah membaca nya berulang ulang kali. Dan melihat di lembar halaman terakhir tertera foto kebersamaan mereka. Foto di kelas baru waktu jadi siswi baru dan semua foto mereka bertiga.

"Nayla, bantu bunda sebentar bisa?." Fera, bunda nya memanggil dari luar.

Setelah mendengar nya, Nayla lantas pergi menuju ibu nya yang memanggil nya.

"Ada apa bun?." Kata Nayla yang baru saja tiba di depan bunda nya.

Fera tersenyum, Nayla semakin kebingungan. Fera menunjukkan ponsel milik nya dan terdapat video call dari Mentari. Di layar ponsel Mentari terlihat jelas ada juga Shiha disana.

"Bunda." Pekik Nayla yang kaget luar biasa dan mata nya tanpa sadar berkaca kaca.

"Iyaa, kamu gaada kuota ya? Ini Mentari bilang kamu dihubungi susah banget." Ujar Fera.

"Bukan gaada kuota, bun. Sinyal disini ilang ilang terus. Hehehe." Balas Nayla.

Apa kabar? Lagi ngapain nay?. Ucap Mentari di layar ponsel nya. Terlihat jelas mereka berdua berebut berhadapan di layar ponsel dengan Shiha.

Ih gua ga keliatan nih. Kata Shiha.

Nayla dan Fera nya tertawa melihat kedua orang yang ada dilayar ponsel nya bertengkar karna tidak kelihatan di layar ponsel. Sebenarnya kelihatan.

"Udah gausah berantem, keliatan kok." Ujar Fera kepada dua orang dilayar ponsel itu, kemudian ia memberikan ponsel nya kepada Nayla.

"Ini nay, Bunda mau ke kamar mandi dulu." Ucap nya kepada Nayla. Dan Nayla mengangguki nya.

Nay, udah sholat Ashar belom?. Ucap Shiha.

"Belum hehe." Balas nya.

Sholat dulu aturan! Gimana disana enak?. Tanya Mentari.

"Iyaa iyaa, hmm gimana ya. Disini tuh susah sinyal tau, gua gregetan kadang."

Yang sabar ya hahaha. Ucap nya mereka barengan.

****

Malam ini suasana seperti biasa menyeruak dingin, dengan dua puluh derajat disini sudah dingin. Nayla saat ini sudah di depan rumahnya duduk di bangku depan sambil memandangi langit yang malam ini penuh bintang dan setengah paruan bulan juga menyinari malam ini.

Nayla terus saja mengusap lengan nya karna dingin dan sesekali meniup telapak tangan nya memberikan sedikit kesan hangat. Padahal disini baru pukul delapan malam, paling di Jakarta hanya berbeda beberapa menit saja dari Jambi.

Tetapi biasanya perbedaan iklim cuaca yang sering terjadi, pernah waktu itu Nayla mengobrol lewat chat bersama kedua sahabat nya dan mereka bilang di Jakarta hujan padahal di Jambi sangat panas luar biasa.

"Nayla belum tidur? Udah malem ini." Ayah nya keluar dan melihat anaknya belum tidur malam ini.

"Iyaa yah, bentar lagi." Jawab nya.

Ayah nya duduk disamping Nayla, dan sedikit memeluk Nayla yang terlihat kedinginan karna udara malam ini.

"Suka disini apa di Jakarta?." Tanya Ayah nya.

"Jujur aku lebih suka di Jakarta, yah. Daripada disini." Ujar Nayla, Ayah nya tertawa pelan dan membuka kaca mata nya untuk mengusap mata nya.

"Disini rumahnya jelek?." Tebak Ayah nya.

"Bukan itu yah, aku hanya saja rindu sama Mentari dan Shiha yah. Disini aku belum memiliki teman satu pun." Nayla menatap mata Ayahnya.

"Nanti juga dapet teman baru, makanya kamu bersosialisasi."

"Aku udah bersosialisasi yah, tapi tak ada satupun teman yang seperti Mentari dan Shiha."

"Teman itu yang mana saja, jangan pilih pilih."

"Yaudah kamu tidur, Nay. Udah malem kunci pintu nya, Ayah mau meronda ke keliling kampung." Lanjut Ayah nya.

Nayla masuk ke dalam dan mengunci pintu rumah nya, ia beralih ke kamarnya. Dari dalam kamar nya juga dapat terlihat jelas setengah paruan bulan dan bintang karna Ayah nya memang membuat kan jendela khusus untuk Nayla agar dapat melihat keluar kampung dan bintang disertai bulan di atas langit.

Nayla menutup jendela nya dan menutup gorden nya. Setelah itu beralih ke ranjang kecil yang tergeletak di bawah, tidak seperti ranjang nya dulu yang tinggi. Nayla menyelimuti seluruh badan nya dengan selimut. Selesai membaca doa, ia memejamkan mata nya bersenandung dalam mimpi.

_________________________
Assalamualaikum

Alhamdulillah mendekati ending. Hihihi senang rasanya. Gimana untuk bagian ini?

Jangan lupa vote dan koment! ❤️

*

☀️Jazakumullahu khairan khatsiira☀️

The Way (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang