Hari ini kakak kelas satu persatu dari eskul, mengitari kelas kelas 10. Kakak kelas dari tiap eskul, wajib memberi tawaran untuk anak kelas 10 mengajukan minatnya di ekstrakulikuler.
Jam pelajaran kedua, kini kelas 10 Ips 3 kedatangan kakak kelas dari eskul Paskibra yang menawarkan kepada murid kelas 10.
"Assalamualaikum." Ucap satu kakak kelas.
"Waalaikumsalam." Jawab seluruh murid.
"Maaf ganggu waktunya, nama saya Damar Rahardika. Saya ketua eskul Paskibra ingin menawarkan kalian untuk bisa memasuki eskul kami. Banyak visi dan misi pada eskul kami untuk membuat SMU Karisma Jakarta menjadikan anak murid dapat meraih prestasi." Jelas panjang lebar cowok bernama Damar ini.
Seisi kelas mendengarkan baik apa yang diucapkan oleh Damar berbicara. Setelah berbicara panjang, Damar membagikan kertas yang sepertinya, formulir pendaftaran.
"Jadi bagi kalian yang ingin masuk ke eskul paskib, silahkan isi data diri kalian. Formulirnya saya akan ambil lagi istirahat nanti. Selebihnya terima kasih, Wassalamualaikum." Tutupnya dan Damar bersama teman-temannya keluar kelas setelah selesai membagikan formulir.
"Minat gak ya gua? Nay, lo mau masuk eskul ini?" Tanya Mentari.
"Iyaa, gua mau. Soalnya bunda gua pengen banget gua jadi paskibraka." Tutur Nayla.
"Ayolah, Tar. Lo kan tinggi, pantes jadi anak paskib. Temenin gue." Bujuk Nayla.
"Ah engga ah, gua itu selalu kecapean gamau gua. Dulu aja di SMP baru seleksi gua udah pingsankan. Udah lo aja yang ikut." Jawab Mentari.
"Yaudah dah. Tar, emang lu mau masuk eskul apa? Lu Shih?" Tanya Nayla.
"Hm, gua mau masuk eskul paduan suara." Balas Mentari.
"Gua si suka melukis, tapi emang ada eskul melukis?" Tanya Shiha.
"Itu eskul mading. Nanti deh gua cariin formulirnya buat lo." Jawab Nayla.
****
Kringg.. Kringg..
Bel istirahat berdering.
Selepas mengantarkan formulir pendaftaran paskib. Nayla, Mentari dan Shiha ke arah kantin. Suasana kantin kali ini cukup ramai, mungkin hari pertama masuk. Mereka bertiga duduk di meja no.12 tepat di depan mie ayam.
"Nay, lo mau pesen mie? Lo Shih?" Tanya Mentari.
"Iyaa, gua mau." Jawab keduanya.
"Oke. Oiya Nay, mending lu pesenin minum." Ujar Mentari.
"Oke oke." Jawabnya.
Setelah beberapa menit memesan makanan dan minuman, mereka mulai memakan makanannya. Tatapan Mentari kini menjuru ke pojok kantin, yang sedang bercengkrama dengan tawa. Kalian tahu siapa yang di maksud, Ya itu adalah Riga.
"Woi!! Ngeliatin siapa si?" Nayla menyenggol lengan Mentari.
"Ka Riga kalo lagi ketawa itu lucu ya, gemes dah liatnya." Ujar Mentari yang masih menatap Riga.
"Yaelah, lebay lo." Jawab Nayla.
Daritadi Mentari menatap Riga, ternyata Riga merasa di perhatikan oleh Mentari. Dan Mentari mengalihkan matanya, entah kenapa itu membuat Riga berjalan menghampiri Mentari. Dengan tutupan telapak tangan ternyata masih belum mampu menutup malu kelakuannya tadi.
"Hm, maaf saya boleh duduk disini?." Ujar Riga.
"Boleh, Kak." Nayla kini menjawab dengan ramahnya.
"Nay, Shih, gua ke toilet dulu ya. Sakit perut." Mentari mandadak lari, tangan kanannya memegangi perut dan tangan kirinya menutupi sebagian wajahnya.
Sementara Riga duduk di samping Nayla bersama Shiha, dan sedikit berbincang.
"Hm, tadi temen kalian kenapa?." Tanya Riga dengan bertopang dagu.
"Oh dia? Dia mah biasa gitu Ka." Jawab Nayla.
Shiha hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Riga. Kalian tahu lah Shiha memang seperti itu.
"Yang tadi namanya siapa? Kayaknya saya pernah ngeliat." Riga kini menanyai lagi.
"Itu Mentari yang waktu itu Ka Riga pernah tabrak di kantin." Balas Nayla.
Nayla sedikit berteriak, tapi tidak kencang. Sebab kaki nya yang masih luka di senggol oleh Shiha, barangkali kode-an.
"Nay, balik yu ah." Shiha sedikit membisik dan langsung dapat di dengar oleh Nayla.
"Hm, Oiya Kak, saya mau balik ke kelas duluan ya." Nayla dan Shiha pun pergi dari kantin.
Melihat kelakuan-kelakuan adik kelasnya yang aneh, Riga kembali ke pojok kantin bersama teman-temannya tanpa memberhentikan senyumannya.
"Wah ketos! Udah ada gebetan baru aja nih. Sekaligus tiga lagi, mana adik kelas. Bagilah salah satu. Hahaha." Ujar seorang laki-laki yang berteman baik dengan Riga, bernama Azel.
Riga malah tersenyum mendengar ucapan teman nya ini.
"Hm, ekspresi wajahnya lucu banget sih." Riga memejamkan matanya seakan menghayal sesuatu.
"Jadi Riga tuh enak ya, ada cewe deketin langsung sikat. Lah gua? Udah dua tahun gua sekolah disini gak ada satu cewe yang nyantol ke gua." Idan berbicara lebay.
"Hahaha, dasar jomblo ngenes." Ledek Azel.
"Bro, itu cewe mau lu jadiin mainan ke berapa lo? Hahaha." Lanjut Azel kepada Riga.
"Hm, ke berapa ya? Mainan gua udah terlalu banyak. Tapi gua masih kurang." Riga menyunggingkan senyumnya membalas pertanyaan Azel.
"Anjir, sadis juga lo." Idan menepuk pundak Riga.
"Hahaha." Mereka tertawa bersama.
"Anak-anak baru itu kan belum pada tau kalo lo itu sebenernya playboy. Kalo sampe ada yang tau gua gak yakin ada yang mau deket sama lo." Azel menimpali.
"Iyaa ya, udeh deh lo stop aja nyakitin cewe." Idan menasihati Riga namun tak digubris.
A/NVote-vote nya ditunggu yaa😍
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way (END)✔️
Ficção AdolescenteYUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA✅ Kisah persahabatan yang terjalin antara tiga perempuan dari mereka masih berusia belia. Bukan hanya mereka yang bersahabat bahkan keluarga mereka masing-masing, serasa keluarga besar. Tapi wajarnya itu, dari mereka...