"Pah!! Aku cape kayak gini terus, selalu dibanding bandingin sama Bang Riga. Kalo kayak gini mending aku gausah tinggal disini!!." Teriak Riky yang baru saja pulang sudah dimaki habis habisan oleh papah nya sendiri.
"Mau tinggal dimana kamu?Hah?. Udah merasa sukses kamu mau pergi dari rumah ini?." Timpal Papahnya.
Beberapa hari yang lalu memang sempat ada perdebatan antara dua sekolah. Ya, semacam tawuran. Riky termasuk ke dalam anggota tawuran yang melibatkan dirinya dengan kawanan sekolah lain.
Kelakuan buruk nya dan teman temannya yang dilangsungkan diam diam, akhirnya terkuak. Guru BK sudah mengetahui hal tersebut, Pak Jino selaku guru bimbingan konseling tak segan segan memberikan hukuman terhadap Riky. Ia di skors selama seminggu oleh pihak sekolah dan mendapatkan surat peringatan.
"Seharusnya kamu mencontohkan abang kamu, bukannya malah berbanding terbalik sikap nya seperti ini. Mau jadi apa kamu dewasa nanti? Hah?." Sinis Papahnya.
"Mencontohkan seperti apa Pah? Selalu menyakiti hati perempuan? Kayak yang Papah lakukan sama Mamah? Dan sekarang Bang Riga udah ngikutin kelakuan bejat Papah. Apa aku harus seperti itu?." Ucap Riky lantang.
Papahnya terlihat bingung dan kaget, menatap anaknya ini dengan penuh tanda tanya dan rasa bersalah yang sangat mendalam.
"Basi." Umpat Riky masih dapat terdengar oleh Papah nya.
"Kamu ini kalo dikasih tau gak pernah didengerin, kemarin Papah ke sekolah bertemu Pak Jino. Sungguh Papah malu sama kelakuan kamu, apa untungnya kamu ikut tawuran. Apa ada manfaatnya? Mau jadi jagoan? Iya?." Papah nya mengalihkan pembicaraan dan terus saja mengomel ngomel.
Riky hanya diam dan tak bergeming.
"Riky!! Papah bingung sama kelakuan kamu, apa kelakuan kamu ini bisa dilihat sama Mamah kamu diatas sana. Mamah pasti sedih, Papah merasa gagal mendidik kamu." Ucap Papahnya.
"Mamah yang pasti sedih, karna Papah udah ngancurin kesetiaan yang Mamah berikan untuk Papah. Aku benci sama Papah!" Riky sudah muak dengan semua ini.
Papahnya menaiki tangga dan mengunci pintu kamarnya, Riky melihat punggung Papahnya yang mulai menjauhi pandangannya.
FLASHBACK ON
"Mamah jemput aku?." Tanya Riky dengan nada penasaran.
Usia yang masih dibilang muda berkisaran empat belas tahun dan duduk dibangku sekolah menengah pertama, Riky.
"Iyaa dong sayang, abis kini kita ke kantor Papah ya." Ujar Mamahnya.
Riky langsung menaiki mobil hitam berukuran kecil ini, dikursi tengah. Sebab, dikursi depan samping Mamahnya sudah Riga yang duduk. Riga sepertinya yang dijemput duluan. Tak butuh waktu perjalanan lama, akhirnya mereka sampai dikantor Graha Grup. Perusahaan milik Nugraha, Papah Riky dan Riga.
Mamah nya sungguh terlihat kerepotan membawa banyak kotak, semua berisi kue. Tepat diusia 38 tahun Papah nya berulang tahun. Saat ini mereka bertiga ingin memberi kejutan kepada Sang Papah.
Setelah semua persiapan siap dari kue, balon, lilin dan mereka bertiga sudah berada di depan pintu ruangan Papah nya. Tanpa ketuk langsung masuk.
"Happy Birthday Papah!!." Ucap Mereka bertiga melebarkan senyum nya tapi hal itu seakan waktu berhenti semuanya.
Senyum lebar yang tadi terukir manis di pipi mereka bertiga saat ini redup. Kue ulang tahun yang dipegang Mamanya kini jatuh sia sia. Semua terpaku diam melihat Papahnya.
Papahnya yang sedang berpelukan dengan wanita lain dilihat oleh istri dan kedua anaknya. Wanita yang berada dalam pelukan Papahnya ini ternyata sekretaris nya sendiri dikantor.
"Mas!! Kamu selingkuh?." Ucap Mamahnya berlinang air mata.
"Papah jahat!! Papah gak sayang Mamah lagi." Riga berteriak keras.
"Aku benci Papah!!." Riky menimpali.
Mamahnya lari keluar dari ruangan, kedua anaknya dan Papah nya berusaha mengejar Sang Mamah berlari. Diluar kantor, pas ditengah jalan. Tiba tiba mobil truk melintas dan tak sengaja menabrak Mamahnya yang berada ditengah tengah jalan, Mamahnya terjatuh lemas dengan banyak darah segar dibagian kepala nya.
"Mamah!!." Teriak kedua anaknya berbarengan.
Riga dan Riky langsung menghampiri Mamahnya yang sudah lemas tak berdaya. Papahnya juga mengikuti dari belakang.
"Mah!! Mamah harus kuat ya!" Ujar Riga yang menaikkan kepala Mamah nya keatas paha nya.
"Mamah bertahan, Mah!! Riky gak mau kehilangan Mamah." Riky mengusap pelan pipi Mamahnya.
"Ayo kita bawa Mamah kerumah sakit." Jawab Papahnya.
"Papah ngapain masih disini, sana jaga perempuan selingkuhan Papah!!." Teriak Riky dengan besar keberanian.
"Enggak usah bawa Mamah ke rumah sakit." Mamahnya sedikit berbicara terbata bata.
Mata Mamah nya yang tadi melihat sempurna kini mata indah itu tertutup. Papahnya mengecek nadi yang berada di sebelah kanan tangan Mamahnya dan juga memeriksa bagian leher nya namun hasil nya NIHIL. Tak ada degupan yang berdetak sama sekali.
"Innalillahi wa innalillahi rojiun." Ujar Papahnya.
"Mamah!! Bangun Mah." Teriak Riga mencium kepala Mamah nya yang berlumuran darah.
"Mamah jangan tinggalin Iky, Mah." Ujar Riky.
Seragam putih yang dipakai Riga dan Riky saat ini sudah banyak darah segar yang mengalir dan amis.
FLASHBACK OFF
****
Suara pintu terdengar ketukan dari arah luar, Shiha yang duduk di sofa mendengar dan langsung membuka pintu tersebut.
"Assalamualaikum." Ujar tamu nya.
"Waalaikumsalam, eh tante Desi." Jawab Shiha.
Yang datang kerumah nya ini Bu Desi, pelanggan langganan nya Rena sekaligus Mama dari Awan.
"Ayo tante, masuk." Ajak Shiha dengan senyuman ramah nya.
Mereka mulai memasuki ruang tamu.
"Ibu kamu ada?." Tanya Bu Desi yang mulai mendudukkan bokongnya di Sofa.
"Ada kok tante, lagi di dapur bikin kue pesanan. Sebentar aku panggilin." Shiha menuju arah dapur.
"Bu, di ruang tamu ada Bu Desi." Ujar Shiha pada Ibunya.
"Oh ya?, Yaudah ibu samperin dulu. Kamu potong kue nya ini sama rata ya, nanti ibu yang masukin ke kotaknya." Tutur Rena meninggalkan dapur.
"Siap bu." Jawab Shiha.
Shiha memotong kue nya sama rata di dapur sedangkan Ibunya berbincang bincang dengan Bu Desi di ruang tamu. Rupanya Bu Desi memesan banyak kue untuk pengajian dirumah nya.
****
_________________
Selamat pagi!!
Vote dan koment ya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way (END)✔️
Ficção AdolescenteYUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA✅ Kisah persahabatan yang terjalin antara tiga perempuan dari mereka masih berusia belia. Bukan hanya mereka yang bersahabat bahkan keluarga mereka masing-masing, serasa keluarga besar. Tapi wajarnya itu, dari mereka...