Raka akhirnya mengantarkan Nayla pulang kerumah nya setelah tadi diajak ke dapur coklat nenek nya. Jam setengah enam sore, mereka berdua sampai dirumah Nayla.
Nayla turun dari motor Raka, dan berjalan membukakan gerbang. "Ka, masuk dulu aja."
Raka melihat jam yang melingkar ditangan kiri nya. "Yaudah deh, saya mampir."
Nayla tersenyum, setelah memarkirkan motor di depan rumah Nayla. Raka memasuki rumah Nayla. Pintu tidak dikunci, Untung saja Bunda nya sudah pulang kerumah.
"Assalamualaikum." Salam keduanya.
Yang di dalam ruangan bukan hanya Bunda nya melainkan Ayahnya juga menjawab kedua salam nya.
"Ini siapa Nay?." Tanya Ayah nya.
Duh, ditanya? Ko deg deg an ya. Batin Raka.
"Saya Raka." Raka mengambil alih tangan kanan kedua orang tua Nayla untuk menyalami nya.
Kedua orang tua Nayla hanya tersenyum getir, tiba Adzan Maghrib berkumandang. Ayah Nayla langsung bertanya ke Raka. "Nak Raka muslim?."
"Ya, Om. Saya muslim." Jawab nya tegas namun sedikit takut takut.
"Ayo kita sholat berjamaah." Ajak Ayah Nayla.
Mereka semua ke ruang sholat yang berada di lantai satu setelah semuanya selesai mengambil air wudhu. Kini iqomat merdu datang dan keluar dari mulut Raka.
Berasa keluarga yak, hahahaha. Batin Nayla.
Dan mereka semua menunaikan ibadah sholat dengan khusyuk dan hikmat.
****
Di lain tempat, Shiha baru saja pulang dari masjid yang jaraknya lumayan dekat dari perumahan nya. Ia selalu sholat berjamaah, ya walaupun hanya waktu Maghrib sampai Isya dan terkadang Shubuh ia lakukan di masjid.
Delapan lebih dua puluh ia baru saja kembali sampai ke rumah, baru ingin membukakan pagar rumah. Kini terlihat motor yang sepertinya ia kenali, motor gigi bermerk revo ini terparkir manis di depan rumah Shiha. Ya, ini motor Ka Awan.
Ada apa dia disini?. Batin Shiha
Tak pikir panjang, Shiha langsung memasuki pekarangan rumahnya dan mulai membuka knop pintu. Dengan salam nya dan disambut hangat oleh orang dalam yang menjawab nya.
"Waalaikumsalam, udah pulang Shih?." Tanya Rena.
"Iyaa Bu, telat dikit soalnya tadi ada ceramah dulu." Jawabnya.
Ia masih belum memperhatikan seseorang yang tengah duduk di sofa. Sambil mengeratkan mukena nya yang sedaritadi ia bawa, Shiha langsung pergi menuju kamarnya namun dilerang oleh Rena.
"Mau kemana, Shih?." Rena bertanya, sebab Shiha langsung pergi begitu saja meninggalkan tamunya.
"Mau ke kamar Bu, naro mukena." Jawabnya Fakta. Memang benar toh tujuannya.
"Yasudah Ibu yang naro, kamu temenin Awan ya. Dia ingin ngomong sesuatu sama kamu." Bisik Rena, di akhiri sedikit tertawa kecil.
Rena langsung lari pelan begitu saja, sesudah mengambil mukena milik Shiha dari tangan anaknya itu. Dan membiarkan anak nya itu mengobrol bersama temannya.
Shiha mulai mendudukkan diri ditempat yang tadi Rena duduki, berhadap hadapan. Sambil memintal mintal ujung jilbab rawis nya, dan terkesan bingung ingin memulai obrolan apa.
Kedua insan yang sifatnya bisa dibilang sama persis, yakni rasa kepenutupan diri yang masih cukup dalam tertanam di dalam hati mereka membuat mereka berdua sangat sedikit canggung.
"Shiha?." Cicit Awan yang kini mulai membuka suara, walau pelan namun masih dapat terdengar oleh Shiha. Shiha yang merasa namanya dipanggil langsung memerhatikan setiap lekukan wajah Awan yang terpampang jelas.
Yaallah, zina mata. Batinnya langsung mengalihkan lagi matanya.
"Saya ingin kita kenal dekat." Ucap Awan cukup berterus terang.
Shiha yang mendengar nya pun, kaget. Entah bingung dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Awan. Orang yang selama ini selalu terkenal dengan kesan cuek, tidak perduli dan sekarang ia mengajaknya kenal dekat.
"Kak Awan ngajak saya pacaran?." Tanya Shiha.
Ah, Shit! Pertanyaan nya seperti nya salah. Bodoh! Bukan kah itu sepertinya Shiha sangat mengantusias dalam artian kenal dekat. Mungkin sebagai teman. Kenapa ia malah kegeeran seperti ini.
"Bukan. Saya tidak mengajak kamu pacaran. Pacaran menjerumuskan manusia ke dalam ruang lingkup zina, saya tidak mau berdosa." Ujar Awan.
Duh, kenapa gua ngomong gitu ya?. Batin Shiha yang masih mengerutuki ucapan asalnya tadi.
"Saya memang menyukai kamu, pribadi dan sifat kamu saya mengaguminya. Saya tidak mau beranggapan lebih dengan perasaan ini. Saya rasa kita cukup kenal dekat bukan?." Awan menjelaskan maksudnya.
"Jadi saya harus apa, Kak?." Tanya Shiha yang memang sangat tidak mengerti maksud dan tujuan dari perbincangan Awan yang melipir kemana mana.
"Bisa kah kita berteman?." Ujar Awan.
"Sekedar berteman tidak apa, Kak." Shiha tersenyum getir. Sedangkan wanita di balik dinding masih saja terus cekikikan tertawa gemas, siapa lagi kalau bukan Rena.
Anak muda jaman sekarang. Batin Rena yang masih terus memperhatikan kedua insan ini yang sedang dalam fase menaruh perasaan.
___________________________
Assalamualaikum, Sudah update nih hehe. Gimana bagian ini? Wkwk.Sudah beli baju lebaran belum? Tapi baju lama juga tak apa. Hehe, baru juga beberapa hari puasa.
Lancarkan puasanya sampai hari ini. Masih tahankan sampai malam takbir? HEHE.
Hari ini aku spesial update karena hari ini tepat ditanggal lahir aku hehe. ☺️☺️😉
Yasudah saya gabut, saya ucapkan terima kasih atas Readers yang setia dan selalu membaca cerita aku. Thank you 😘😘
Wassalamualaikum.
26 Mei 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way (END)✔️
Teen FictionYUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA✅ Kisah persahabatan yang terjalin antara tiga perempuan dari mereka masih berusia belia. Bukan hanya mereka yang bersahabat bahkan keluarga mereka masing-masing, serasa keluarga besar. Tapi wajarnya itu, dari mereka...