17] : Motor mogok

147 27 0
                                    

Seminggu telah berlalu, Riky mulai memasuki sekolah nya seperti biasa. Saat ini ia tengah diperjalanan untuk berangkat sekolah. Pagi, waktu yang dapat di deskripsikan sekarang.

Dengan santai nya motor gede itu berlaju sangat amat pelan, Riky sama sekali tak mementingkan waktu yang terus berputar saat ini. Kurang dari lima belas menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

Di persimpangan jalan tepat di trotoar, Riky membuka kaca helm nya sembari memicingkan mata nya melihat seorang gadis berjilbab yang sedang di depan motor nya sambil menangkupkan wajah nya dengan kedua telapak tangannya dan Riky memberentikan dirinya tepat di depan gadis itu.

"Ih, motor kenapa pake mogok ditengah jalan! Kalo rusak ngomong dari kemarin!." Rancau nya yang masih menutupkan wajahnya.

Gila kali ya ni cewek ngomong sendiri, eh btw ko seragam nya sama si?. Batin Riky.

Entah sengaja atau tidak, Riky mengklakson keras di depan gadis itu sehingga gadis itu terjingkak dari trotoar--- ralat, berdiri dari duduknya.

"Ayo naik!!." Perintah Riky dengan nada yang terkesan cuek.

"Engg..Hm.. " Gugupnya menggigit bibir bagian bawahnya. Gadis ini ternyata Mentari. Mentari gengsi sekali kalau sampai harus bareng Riky cowok yang pernah kena sambar tangannya.

"Mau ga? Kalo gamau gua jalan nih." Riky memutar bola mata nya malas.

Iyain aja, dari pada telat. Dewa putih di kanan kepalanya memberi saran.

"Eh tunggu, iya gua nebeng lo. Terus motor gua gimana?."

"Nanti gua telfon bengkel langganan gua, tinggalin aja motor nya disini gausah dikunci stank nya." Titah nya.

Riky mengambil ponsel miliknya sedang menelepon seseorang di seberang sana, Mang Aji montir kepercayaan nya sejak lama setelah itu memberikan Mentari helm dan Mentari menerima nya.

Mentari mulai menaiki motor gede itu, cukup sulit menaiki nya sedangkan ia berpakaian dengan rok panjang.

Sumpah ini gaenak banget duduk miring ngeri jatoh gua. Mama, Tolong anak mu ini. Batin Mentari menggrutu dari tadi.

Melihat Mentari sudah duduk dengan posisi miring di jok motor nya, segera lah Riky melajukan motor nya. Di tengah tengah jalan tak ada sepatah obrolan sedikit pun diantara mereka berdua. Motor yang tadi nya melaju mulus pelan, kini mempercepat gas nya.

"Pegangan nanti jatoh! Posisi lo miring soalnya." Teriak Riky namun bisa di dengar oleh Mentari.

Bukan muhrim sebenernya, tapi demi keselamatan mu Tar. Dewa putih di kanan kepalanya kembali menyarani nya.

Mentari mulai memeluk perut Riky namun tak seerat bayangan Riky. Yang penting udah pegangan kan.

****

Setiba nya di sekolah, bukannya datang tepat waktu malah telat juga. Pagar hitam besar sekolah nya terkunci rapat oleh gembok.

"Gimana sih!! Ini telat juga nama nya." Gerutu Mentari yang baru saja turun dari motor gede Riky.

"Kok, lo nyalahin gua si? Udah bagus gua tebengin." Jawab Riky setengah sinis.

Mentari menghampiri pagar, yang disisi kiri nya terdapat pos Pak Didin salah satu satpam di SMU KARISMA JAKARTA.

Dengan memohon minta dibukakan pagar, itulah cara yang biasa dilakukan siswa siswi disini membuktikan bahwa dengan nada merengek mungkin saja akan di bukakan. Mungkin.

"Pak, tolong dong bukain pagernya kali ini aja." Rengek kan demi rengek kan Mentari lakukan namun tak ada respon.

"Gak bisa neng, nanti saya yang dimarahi sama Pak Jino. Beliau sudah wanti wanti ke saya kalo ada yang datang terlambat jangan harap dibukakan pagar." Tutur Jelas Pak Didin.

"Yah, plis Pak. Saya janji gak bakal telat lagi." Mentari masih merengek.

Riky yang masih berada di atas motor nya merasa risih dengan Mentari yang terus merengek seperti anak kecil. Kebiasaan nya kalau misal pagar ditutup itu malah kesempatan bagus untuk nya agar bisa cabut dari sekolah.

"Ayo ikut gua!!." Riky menarik tangan Mentari menunjuk jok nya menggunakan dagu nya.

"Ke..kemana?." Tanya Mentari tak di gubris oleh Riky. Mentari menuruti perintah Riky dengan menaiki motornya.

****

Dikelas sudah kedatangan guru untuk mengajar, seperti biasa jam pertama ini diisi pelajaran Bu Elna guru matematika.

"Shih? Mentari gak masuk?." Tanya Nayla menepuk pundak Shiha.

Shiha berbalik badan "Gatau, tadi malem kan dia gak bilang gak masuk. Biasanya dia selalu bilang kalo gak masuk."

"Bilang apa dong kalo di absen?."

"Gatau." Ujar Shiha.

Bu Elna mengabsen kelas tidak dengan dipanggil satu persatu melainkan menelaah wajah wajah setiap muridnya, ia merasa satu murid tidak ada di jam pelajaran nya.

"Ada yang tahu Mentari kemana?." Ucap Bu Elna menatap semua muridnya.

"Gak tahu Bu." Jawab seluruh murid dikelas ini.

"Yasudah ibu alpa kan ya." Ujar Bu Elna sekali lagi.

Ketukan pintu terdengar, ternyata Mentari. Dengan nafas tak beraturan dan bercucuran keringat, Mentari memasuki kelas nya.

"Saya hadir bu, jangan di alpa kan." Mentari mulai mengatur nafasnya.

"Dari mana Mentari jam segini baru datang?." Tanya Bu Elna.

"Maaf bu, saya kesiangan." Ujar Mentari.

"Yasudah lain kali jangan telat, kamu boleh duduk." Kan Bu Elna guru terbaik banget beruntung dia lolos.

"Makasih bu." Mentari berjalan ke tempat duduknya.

"Kok bisa telat? Kenapa?." Tanya Nayla.

"Panjang ceritanya." Balas Mentari.


________________________
Maaf ya semua nya update ku lama banget, HEHE.
Lagi mageran mulu soalnya.

Vote dan koment terus yaaa ✨💕
°Salam hangat dari Mentari cs

The Way (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang