Dua belas

162 23 1
                                    

Keesokan harinya..

Mataku menatap ke luar jendela kali ini. Melihat pemandangan yang berjalan mundur melewatiku. Yah, sekarang aku, Kim Tae, kak Yoongi, dan kak Seokjin sedang dalam perjalanan untuk ke tempat upacara pemakaman Jimin. Hah, menyebutkan hal ini saja membuat air mataku kembali menetes.

Entah bagaimana penampilanku saat ini, selama perjalan aku terus-menerus tak bisa menghentikan tangisanku. Membayangkan senyuman Jimin yang menenggelamkan matanya membuat dadaku semakin terasa sesak. Dan sekarang sampailah aku di hadapan orangtua Jimin. Aku memeluk tubuh ibu Jimin dengan erat, beliau sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri. Di dalam pelukannya, aku merasakan kesedihan yang teramat sangat. Tentu saja, Jimin pergi dari rumahnya waktu itu dengan alasan untuk menemui temannya tapi nyatanya dia malah pulang dengan kulit yang membiru.

Setelah memeluk ibu Jimin, aku kemudian beralih memeluk ayah Jimin. Ayah Jimin menatapku dengan senyumam yang sedikit dipaksakannya. Aku memeluknya dan membasahi kemejanya.

Aku memandangi foto Jimin yang dihiasi rangkaian bunga.

Jim.. Lihatlah, hari ini aku memakai hoodiemu dibalik baju hitamku ini. Kau tahu? Bau tubuhmu masih menempel dengan sangat jelas di hoodie ini. Dan itu membuatku senang, karena aku merasa seperti kau sedang memelukku. Karena dulu saat aku menangis kau akan selalu menjadi orang yang pertama kali memelukku. Orang yang pertama kali menenangkanku. Orang yang pertama kali tersenyum kepadaku. Terimakasih untuk semua tingkah manismu selama ini. Maaf aku belum bisa membalasnya, saat tubuhmu mulai tersayat pasti kau sangat ketakutan bukan? Dan seharusnya aku ada di sampingmu, melindungimu dari pisau dingin itu. Kau pasti sangat ketakutan malam itu, aku tahu betapa besar rasa takutmu itu Jim. Dan seharusnya aku datang, tapi.. Aku tak pernah datang untukmu. Aku tak pernah bisa melindungimu dan membalas semua kebaikanmu. Aku akan sangat merindukanmu Jim, kumohon datanglah ke dalam mimpiku agar aku bisa tahu bagaimana keadaanmu. Agar kau bisa berbagi semua kesedihanmu dan ketakutanmu malam itu. Maafkan aku yang telah mengingkari janjiku padamu untuk selalu tersenyum di depanmu. Aku tak bisa sedikitpun tersenyum saat ini, bahkan aku lupa hal apa yang bisa membuatku tersenyum. Yang aku ingat hanya wajahmu yang penuh dengan sayatan itu. Jim.. Kumohon jangan benci aku. Kumohon.. Jika bisa datanglah lagi di hidupku di kehidupan selanjutnya. Dan aku akan menjagamu, aku tidak akan pernah lalai menjagamu lagi Jim. Kumohon...

Seseorang menepuk pelan pundakku, aku menoleh dan mendapati Kim Tae sedang menatapku.

"Berhentilah menangis, matamu sudah bengkak dari kemarin. Ayo."-Taehyung

Kim Tae menuntunku untuk duduk bersama kak Yoongi dan kak Seokjin. Tak ada percakapan di antara kita. Hingga kak Yoongi mulai mengutarakan isi hatinya.

"Tae, kau tahu pelakunya bukan? Kenapa kau tak memberi tahu detektif Kang? Pembunuh itu telah membunuh ayahmu dan Jimin, dia itu seorang psikopat Tae dan kau melindunginya selama 2 tahun ini?"-Yoongi

"Tidak mudah menyeretnya ke dalam penjara Hyung."-Taehyung

"Itu menurutmu, bukan menurut detektif Kang."-Yoongi

Kini hawa panas mulai terasa di antara Kim Tae dan kak Yoongi. Aku menghelas nafas lelah sebelum akhirnya angkat bicara menengahi keduanya.

"Lebih baik kita membahasnya nanti setelah pulang dari sini."-Hyunrim

"Aku setuju dengan Hyunrim, Yoon tahan emosimu. Aku yakin Taehyung punya alasan yang kuat untuk melakukan ini semua. Kau tahu bukan jika dia sedang cerdas maka kecerdasannya bahkan tidak bisa dikalahkan oleh Namjoon."-Seokjin

Kak Yoongi menghelas nafasnya kasar. Aku tahu dia tak bermaksud memarahi Kim Tae saat ini, dia hanya terlalu larut dalam kepergian Jimin hingga membuatnya tak bisa berpikir jernih.

***
Saat ini tubuhku terduduk lemas di sofa. Ya, aku dan Kim Tae baru saja sampai di apartemenku. Proses pemakaman Jimin untunglah berjalan lancar, selancar tangisanku.

"Minumlah, kau pasti lelah."-Taehyung

"Tidak usah Kim Tae, terimakasih."-Hyunrim

"Maafkan aku, karena aku belum bisa memasukkan pelakunya ke penjara. Karena aku tak tahu bagaimana caranya. Aku-"-Taehyung

"Sudahlah Tae, aku yakin suatu saat nanti semua ini akan berakhir. Pelakunya pasti akan tertangkap. Lagipula aku tahu jika kau tidak akan membiarkan pembunuh itu terlalu lama di luar. Tapi ingatlah, tidak semua masalah bisa diselesaikan oleh dirimu sendiri. Minta bantuan orang lain yang lebih ahli darimu."-Hyunrim

Aku memaksakan senyum di bibirku, walaupun mungkin senyuman itu terlalu tipis hingga tak terlihat oleh orang lain. Kim Tae menatapku lekat, aku tercekat olehnya.

"Kau juga. Berhentilah bersikap menyemangati orang lain. Sekali-kali mintalah penyemangat dari orang lain."-Taehyung

"Masalahnya adalah siapa yang akan kumintai hal seperti itu? Ayahku? Dia saja hanya memberiku apartemen ini sebagai permintaan maafnya karena telah meninggalkanku selama 7 tahun. Tanpa berniat sedikitpun bertanya penderitaanku selama ditinggal olehnya."-Hyunrim

"Kau punya aku nona Park. Ayo kita saling menyemangati mulai saat ini."-Taehyung

Kim Tae terkekeh pelan mendengar perkataannya sendiri. Melihatnya tertawa seperti itu, mau tak mau aku pun ikut terkekeh.

Drrt drrt..

Aku meraih ponselku yang berada di tasku. Senyumku sedikit mengembang melihat nama sang pengirim pesan.

My bby: semuanya lancar?

Hyunrim: ya, kau datang tadi?

My bby: tidak, aku ada urusan mendadak

Hyunrim: kau jahat sekali, jimin pasti sedih melihat kau tak ada disana

My bby: aku akan menemui keluarganya besok

Hyunrim: itu baru kekasihku

My bby: istirahatlah, kau pasti lelah
My bby: aku akan menghubungimu besok
My bby: bye Rii

Hyunrim: kau juga jangan lupa istirahat, makan yang teratur
Hyunrim: aku akan menunggu pesan darimu
Hyunrim: bye my bubu

Aku senang dia mengirimiku pesan, setidaknya aku tahu bagaimana kabarnya hari ini. Mataku beralih menatap ke depan, kulihat Kim Tae yang telah memandangiku dengan tatapan mengintimidasi. Tapi aku hanya membalasnya dengan tatapan datarku.

"Pesan dari siapa? Kau terlihat sangat senang."-Taehyung

"Rahasia."-Hyunrim

"Paling juga adik kelas yang selalu membuntutimu."-Taehyung

"Apa ada adik kelas yang seperti itu?"-Hyunrim

"Kau tidak tahu?"-Taehyung

"Tidak."-Hyunrim

Aku menjawab dengan polosnya, yah karena aku tak merasa ada adik kelas yang suka mengikutiku. Melihatku menatap polos pada Kim Tae, dia hanya mengulum bibirnya dan mengacak rambutku pelan. 

"Kau ini menggemaskan."-Taehyung

"Aku tahu. Sudahlah awas aku akan pergi tidur. Mataku terasa sangat perih saat ini."-Hyunrim

"Berjanjilah kau akan istirahat, bukan menangis lagi."-Taehyung

Aku hanya berdeham menanggapi ucapannya, dan pergi ke kamarku. Seaampainya di kamar, aku membaringkan tubuhku di ranjang. Mataku terpejam erat berusaha melupakan semua kesedihanku hari ini, terlalu lama menangisi Jimin hanya akan membuatnya tak tenang di atas sana. Jadi kuharap aku tak membuatnya khawatir di atas sana. Aku akan mencoba cara yang terbaik agar aku bisa merelakanmu Jim. Jaga dirimu baik-baik disana. Aku mencintaimu teman terbaikku, Park Jimin.

That's Why; kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang