Dua puluh dua

143 20 2
                                    

Tanganku terus bergerak menghubungi ponsel kak Hoseok maupun kak Namjoon. Tapi nyatanya, tak ada yang mengangkat panggilanku.

Kim Tae sedang menelpon kak Seokjin dan kak Yoongi, dia sudah kuberi tahu alasan aku menyuruhnya ke labirin itu. Kuharap aku masih ingat rute labirin itu dengan baik.

Sesampainya disana, kakiku melemas melihat garis polisi yang sudah mengitari labirin itu. Kim Tae menuntunku mendekati detektif Kang.

"Detektif.."-Taehyung

"Taehyung. Dia berulah lagi, bahkan kali ini dia menggunakan cara yang lebih kejam."-Detektif Kang

"Apa maksudmu detektif?"-Taehyung

"Kami menemukan jenazah keduanya di dalam labirin. Tapi tubuhnya dimasukkan pada tumbuhan yang tumbuh membentuk labirin ini. Hanya kepalanya yang dibiarkan tetap berada di luar."-Detektif Kang

Pandanganku memburam, air di pelupuk mataku tak terbendung lagi. Semua tulang di tubuhku seolah lepas begitu saja. Pembunuh itu benar-benar melancarkan aksinya. Itu bukan sebuah ancaman belaka. Itu artinya, apakah semua orang akan mati?

"Biarkan kami melihat jenazahnya."-Taehyung

"Baiklah ikuti aku."-Detektif Kang

Kim Tae menuntunku untuk melihat jenazah kak Namjoon dan kak Hoseok. Tanpa kusadari, kak Seokjin dan kak Yoongi pun tengah mengikuti detektif Kang.

"Ini adalah jenazahnya, kuharap kalian bisa memberi tahuku sebuah nama. Kasus ini tidak baik jika dipecahkan oleh anak SMA seperti kalian."-Detektif Kang

"Aku akan memberitahumu besok, setelah semua bukti terkumpul detektif."-Taehyung

"Aku akan selalu menunggu kabar darimu Taehyung. Kalau begitu aku permisi."-Detektif Kang

Kini kak Seokjin yang terduduk lemas di samping jenazah kak Namjoon dan kak Hoseok. Aku yakin kak Seokjin merasa sangat bersalah karena membuat saudara sepupunya itu terlibat dalam hal ini.

Aku menatap kak Yoongi yang terlihat meredam amarahnya, wajah merahnya sudah cukup menjelaskan betapa memuncak emosinya.

"Kak.. Kau baik-baik saja?"-Hyunrim

"Bagaimana bisa aku baik-baik saja melihat saudara sepupuku sendiri membiru di depanku Hyun?"-Seokjin

Aku terdiam, aku tak tahu bagaimana harus merespon ucapan kak Seokjin. Semuanya berlalu begitu cepat. Bahkan pembunuh itu bergerak lebih cepat.

Manik mataku mengikuti kak Yoongi yang mendekati jenazah kak Namjoon. Matanya terlihat fokus menatap ke arah tangan kak Namjoon yang tergenggam. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti kak Yoongi.

Dengan perlahan kak Yoongi membuka telapak tangan kak Namjoon yang tergenggam. Sebuah pulpen? Untuk apa kak Namjoon memegang pulpen itu?

Klik..

Kau siapa?

J-jungkook?

Hah, jangan menyebutku dengan nama bodoh itu. Namaku adalah Jeon Deong Kook.

Apa maksudmu Kook? Kau itu Jungkook bukan?

Daripada kau mewawancaraiku, lebih baik bersiap untuk mati di tanganku.

Bugh..

Semua terdiam di tempat. Otakku berpikir keras tentang rekaman yang terputar dari pulpen itu. Jungkook? Deongkook? Apa maksudnya? Jungkook punya kembaran?

Kini mataku menatap Kim Tae yang terlihat sedang mengatur emosinya. Aku mendekatinya dan menanyakan apa dia tahu sesuatu tentang Deongkook.

"Kau tahu siapa dia?"-Hyunrim

That's Why; kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang