Sembilan

178 23 1
                                    

Flashback On

Seorang anak lelaki berambut pirang mendekati ayahnya yang sedang menyuapi anak keduanya. Sebenarnya anak yang sedang disuapinya itu bukanlah anak yang terlahir dari rahim yang sama dengan ibu dari anak lelaki pirang itu. Namun, sang ayah yang sering dipanggil Tuan Kim itu sudah menganggap jika dirinya memiliki dua orang putra. Satu berambut pirang dan satunya adalah sang anak lelaki berambut hitam.

Tuan Kim tak henti-hentinya tersenyum melihat kedua putranya kini berada di hadapannya. Mereka terlihat sangat akrab.

"Taehyung, kau akan melanjutkan sekolah dimana?"

"Ah itu, aku akan melanjutkan di Seoul yah, apakah boleh?"

"Tentu saja, kau bebas memilih sekolah dimanapun. Asalkan kau berjanji pada Ayah akan bertanggung jawab dengan pilihanmu. Mengerti?"

"Baik yah, aku berjanji."

"Hyung.. Kenapa kau harus melanjutkan disana? Bagaimana denganku jika kau melanjutkannya disana?"

"Dasar anak manja, kau itu akan bersama ayah disini. Biarkan Kakakmu melanjutkan sekolahnya disana."

"Aku ingin ikut Hyung.. Apakah boleh?"

Flashback Off

Aku melihat Kim Tae sedang berdiri di balkon apartemen memandangi sinar jingga yang ada di langit sana. Sungguh aku membenci Kim Tae yang selalu murung seperti ini. Aku merindukan sosok Kim Tae yang membuatku naik darah.

"Kim Tae."-Hyunrim

"Hai."-Taehyung

"Kau memikirkan apa kali ini? Aku sempat melihat senyumanmu tadi. Walaupun itu hanya beberapa detik. Dan sangat tipis hingga aku perlu berpikir ulang apakah itu sebuah senyuman atau bukan."-Hyunrim

"Hanya mengingat kejadian 2 tahun lalu saat semuanya masih terlihat bahagia."-Taehyung

"Bolehkah aku jujur padamu?"-Hyunrim

"Tentang apa?"-Taehyung

"Aku lebih menyukai sifat tengilmu daripada harus melihatmu terus-terusan sedih seperti ini. Jujur aku senang karena baru satu hari kau tinggal disini tapi kau sudah mau terbuka padaku, tapi bukan berarti sekali kau sedih kau harus terus-menerus bersedih. Perjalanan hidupmu masih panjang, jika kau mengisinya dengan terus-menerus menangisi kepergian ayahmu maka tidak ada gunanya kau hidup di dunia ini. Setiap anak pasti pernah berjanji di dalam dirinya sendiri untuk membanggakan orangtuanya. Dan sekarang saatnya kau mewujudkan janjimu itu, walaupun kita telah kehilangan orang yang sangat berharga bagi kita."-Hyunrim

"Bukan kita, hanya aku yang kehilangan orangtuaku."-Taehyung

"Kau salah, aku juga telah kehilangan ibu kandungku saat aku baru saja dilahirkan di dunia ini. Dan saat usiaku menginjak 10 tahun, ayahku pergi dari rumah untuk mengejar seseorang yang dia cintai. Tanpa memperdulikanku yang masih butuh kasih sayang seorang ayah, ayahku pergi begitu saja. Hingga akhirnya aku menjadi seorang anak yang tidur di jalanan karena rumahku dijual oleh ayahku."-Hyunrim

Kim Tae beralih menatapku, aku bisa melihat ekspresi terkejutnya. Hah, padahal itu baru kisah awal penderitaanku. Aku tersenyum miris menatapnya, sekali lagi aku berharap ucapanku bisa menyemangatinya. Setidaknya dengan melihat seseorang bersemangat karenaku aku juga bisa menjadi lebih bersemangat lagi. Walaupun nyatanya, tak ada yang tahu bagaimana perasaanku hingga saat ini. Bahkan diriku sendiri tak tahu apa yang kurasakan saat ini. Di satu sisi aku bahagia karena akhirnya setelah sekian lama berpisah dari ayahku sekarang aku bisa bertemu dengannya, bahkan apartemen ini adalah pemberian dari ayahku. Tapi di sisi lain ada hal yang membuatku takut untuk terlalu dekat dengan ayahku. Ah.. Entahlah memikirkannya saja membuatku sedih.

"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?"-Taehyung

"Untuk apa aku bercerita hal-hal yang menyedihkan? Lebih baik aku menceritakan kisah hidupku yang menyenangkan."-Hyunrim

"Maafkan aku, kurasa aku terlalu egois sampai hanya memikirkan kesedihanku sendiri. Padahal ada orang lain di dekatku yang sedang berusaha melanjutkan hidupnya, seharusnya aku sebagai lelaki bisa lebih kuat darimu. Ahh aku sangat memalukan."-Taehyung

Aku terkekeh, sekarang Kim Tae sudah kembali. Kim Tae yang selalu bertingkah aneh dan berubah-ubah setiap menitnya kini kembali di hadapanku. Aku harap kita akan terus berbahagia hingga tak ada kesedihan yang tersisa di masa depan.

***
Hari ini aku dan Kim Tae telah siap berangkat ke sekolah. Yah, hari ini aku benar-benar akan pergi ke sekolah dan belajar. Tak ada hari libur ataupun rapat donasi lagi.

Hari ini kami berangkat bersama, dia selalu berjalan di sampingku walaupun kulihat dia tampak sesekali menghela nafas lelah karena jalanku yang sangat lambat. Tapi aku tidak peduli tentang hal itu, itu semua bukan salahku. Kakiku terlalu pendek untuk bisa berjalan cepat, sedangkan Kim Tae jari tangannya saja sangat panjang apalagi kakinya? Emmh sebenarnya kakinya merupakan ukuran normal layaknya seorang lelaki, kakiku saja yang belum menjadi normal layaknya kaki seorang anak SMA kelas 11.

Turun dari bus, Kim Tae tiba-tiba menggenggam tanganku. Aku menoleh pada tanganku yang terlihat sangat kecil di genggamannya.

"Lepaskan."-Hyunrim

"Tck.. Kita hampir terlambat jika aku tidak menggandengmu. Kau harusnya berterimakasih padaku."-Taehyung

"Oh ya? Kenapa aku malah merasa seperti kau sengaja menggenggam tanganku? Jujurlah Kim Tae, kau itu sedang berusaha mendekatiku bukan?"-Hyunrim

"Cih.. Pergilah jauh-jauh dariku."-Taehyung

Kim Tae meninggalkanku yang masih terkekeh di lorong kelas. Tawaku berhenti saat melihat ketua kelas tertampan berada di sampingku. Tepat berdiri di sampingku.

"Selamat pagi."-Jungkook

"Selamat pagi  Kook."-Hyunrim

"Kau berangkat bersama Taehyung?"-Jungkook

"I-iya.."-Hyunrim

"Ahh.. Begitu. Ayo masuk."-Jungkook

Aku mengangguk ragu tapi tak lama kakiku mengikuti langkah kakinya memasuki kelas. Pertama kali menginjakkan kaki di kelas mataku menatap Kim Tae yang sedang menatap tajam ke arahku dan Jungkook. Ada apa sebenarnya dengan dia? Dia selalu saja bersikap dingin seperti itu saat melihat aku bersama Jungkook. Contohnya kejadian saat hari pertamaku di kelas ini.

That's Why; kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang