Empat belas

153 25 1
                                    

Hari ini langkah kakiku menuju ke sekolah dipenuhi oleh senyuman. Kesedihan yang kemarin kurasakan memang masih ada, tapi aku berusaha menutupinya hari ini karena aku akan bertemu dengan seseorang. Seseorang yang selalu bisa membuat darahku berdesir hangat.

Kulangkahkan kakiku menuju kelasku. Hari ini aku tak berangkat bersama Kim Tae, dia terlalu lama bersiap tadi jadi kuputuskan untuk meninggalkannya.

"Hyunrim?"

Aku menoleh mendapati Eunhee yang terlihat sedikit terkejut dengan kedatanganku. Aku mengernyit heran menatapnya, kenapa dia sangat terkejut seperti itu?

"Ada apa Hee?"-Hyunrim

"Tidak ada apa-apa, hanya saja kenapa kau masuk secepat ini? Kudengar orang yang meninggal di toilet itu adalah temanmu."-Eunhee

"Ya memang benar, tapi bukankah terus-menerus menangisinya itu tidak baik? Dia akan merasa tidak tenang disana. Aku tak mau membuatnya khawatir padaku, dia itu sangat senang jika melihatku bahagia. Jadi aku akan berusaha bahagia dan tersenyum mulai sekarang."-Hyunrim

"Ah begitu."-Eunhee

Aku mengangguk dan melangkah pergi ke kursiku. Tak lama aku melihat Kim Tae yang datang dengan penampilan acak-acakkan seperti biasa. Aku tak menghiraukan kedatangannya di sampingku. Tanganku beralih mengeluarkan buku dan mencoba mempelajari isinya. Sudah satu minggu aku disini, tapi pelajaran yang kuterima masih sangat sedikit. Terlalu banyak kejadian yang mengganggu belajarku.

"Dimana kotak pensilku?"-Hyunrim

"Makanya jangan menggunakan pensilmu sebagai sumpit nona Park. Sehingga kotak pensilmu tak akan tertinggal di meja makan."-Taehyung

"Lalu apa kau membawanya?"-Hyunrim

"Tidak, kubiarkan saja disana."-Taehyung

"APA?"-Hyunrim

"Tak usah berteriak. Ini kotak pensilmu."-Taehyung

Aku berdecak mengambil kotak pensilku yang ada di tangannya. Namun tangannya menarik lagi kotak pensilku. Aku menatapnya tajam, dia itu tak tahu aku sedang mengejar ketertinggalanku atau bagaimana? Hal yang dilakukannya itu membuang waktuku.

"Temani aku pergi sepulang sekolah."-Taehyung

"Kemana?"-Hyunrim

"Membeli sesuatu."-Taehyung

Aku terdiam sebentar tak lama tanganku menarik kotak pensilku yang digenggamnya.

"Aku tidak bisa."-Hyunrim

"Kenapa?"-Taehyung

"Emmh.. Ada janji dengan seseorang."-Hyunrim

"Siapa? Kau kan tidak punya teman disini."-Taehyung

"I-itu.. Emmhh.."-Hyunrim

"Katakan padaku."-Taehyung

Aku meneguk ludahku, kini tatapan Kim Tae seolah membunuhku. Tatapan elangnya itu memang sangat menakutkan.

"Selamat pagi anak-anak."

"Selamat pagi bu."

Aku menghelas nafas lega, aku selamat saat ini. Walaupun aku tahu saat istirahat nanti Kim Tae pasti akan menanyakan hal yang sama padaku.

***

Bel istirahat berbunyi, kulihat Kim Tae tertidur di kursinya. Dengan cepat aku pergi meninggalkannya untuk menghindari pertanyaannya tadi pagi.

Langkah kaliku kupercepat setelah keluar dari kelasku.

"Huuffttt hampir saja aku mati."-Hyunrim

"Siapa yang akan membunuhmu?"

Aku mematung di tempatku. Aura dingin menyergapku, aku tahu aura ini. Aura kak Yoongi, yah ini pasti dia. Perlahan kuputar tubuhku untuk menatapnya. Tubuh kak Yoongi yang untuk ukuran lelaki ini pendek, tapi tetap saja dia lebih tinggi dariku. Sehingga mau tak mau kepalaku sedikit terangkat menatapnya.

"Apa kau akan dibunuh oleh JDK itu?"-Yoongi

Aku membelalakkan mataku, kenapa kak Yoongi mengatakan hal seperti itu di tempat ramai seperti ini? Bagaimana jika ada orang yang mendengarnya? Lagipula aku tak habis pikir jika dia menganggap perkataanku seserius ini. Sebelum kepergian Jimin, dia memang orang yang terlihat serius tapi setelah kepergian Jimin kenapa dia menjadi 3 kali lipat lebih serius?

"B-bukan kak, tidak ada yang ingin membunuhku. Aku hanya menghindari tatapan tajam Kim Tae itu sebabnya aku bilang aku hampir mati. Kau pasti tahu bagaimana tatapannya bukan?"-Hyunrim

Kak Yoongi tampak berdecak sembari meninggalkanku. Aku terdiam di tempatku, menatap kepergian kak Yoongi yang terlihat kesal sekaligus khawatir kepadaku.

"Kau melihat apa?"

Deg.. Nyawaku melayang seketika mendengar suara bariton itu. Tanpa berpikir lama, aku melangkah pergi dari tempat itu tak berniat sedikit pun menoleh ke belakang. Tapi naasnya, kakiku ini tak bisa berjalan lebih cepat dari pemilik suara itu. Ah.. Menyebalkan.

"Kau mau kemana? Menghindariku?"-Taehyung

"A-ah.. Tidak, untuk apa aku menghindarimu? Aku hanya akan pergi ke kantin."-Hyunrim

"Kantin? Kau akan memakan buku?"-Taehyung

"Hah? Apa maksudmu?"-Hyunrim

"Kau itu pergi ke arah perpustakaan bukan kantin. Biar kutunjukkan arah kantin yang benar."-Taehyung

"T-tidak Kim Tae, aku akan pergi sendiri saja."-Hyunrim

"Sudahlah ayo, bel masuk akan berbunyi sebentar lagi."-Taehyung

Kim Tae menarik paksa tanganku, berulang kali aku mencoba melepaskannya tapi dia malah semakin mempererat genggamannya. Semua mata di lorong ini menatap ke arahku dan Kim Tae. Raut wajah mereka terlihat sangat terkejut. Tentu saja, aku lupa jika posisi Kim Tae sangat berharga di sekolah ini.

"Kim Tae lepaskan aku."-Hyunrim

Kim Tae tak menghiraukanku dan terus saja menarikku ke kantin. Dan suasana kantin pun mendadak hening ketika melihatku dan Kim Tae mulai memasuki kantin dan duduk di salah satu kursi yang berada di ujung.

"Kau lihat? Semua orang sekarang menatap kita. Aku malu Tae."-Hyunrim

"Teman-temanku.. Kalian bersikaplah seperti biasa. Agar gadis bodoh di hadapanku ini merasa nyaman. Jangan hiraukan kami, mengerti? Jika ada yang melanggar maka aku.. Akan melaporkan kalian kepada ibuku. Dan konsekuensinya adalah, kalian harus mengangkat kaki dari sekolah ini."-Taehyung

Aku membelalakkan mataku, apa yang dilakukannya saat ini? Dia mengancam siswa-siswi disini? Kemana otakmu saat ini tuan Kim?

"Sekarang kau ingin makan apa? Biar aku yang belikan."-Taehyung

"Tidak perlu. Sebenarnya apa tujuanmu mengajakku kesini?"-Hyunrim

"Tentu saja mendapat jawaban darimu. Kau akan pergi kemana dan bersama siapa nanti?"-Taehyung

"Kau tidak perlu tahu tuan Kim."-Hyunrim

"Tentu saja aku perlu tahu. Kau itu tinggal bersamaku, jadi aku harus tahu siapa saja orang-orang yang pergi bersamamu."-Taehyung

Lagi, kantin menjadi hening karena mendengar Kim Tae yang mengatakan jika aku tinggal bersamanya. Oh tuhan, kenapa dia bersikap seperti ini? Selamatkan aku dari semua hal yang akan terjadi setelah ini Tuhan, kumohon.

That's Why; kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang