Kini aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit bersamaan dengan Kim Tae. Pembicaraan tadi malam memang berujung pada keputusan untuk menemui Jungkook setelah pulang sekolah.
Dan kini kamar berwarna putih dengan pintu kaca itu menampakkan seorang lelaki dengan gigi kelincinya sedang menatap pemandangan di luar jendela.
Kubuka knop pintu dengan perlahan. Namun kurasa percuma kubuka perlahan karena Kim Tae telah berteriak dengan suara baritonnya memanggil Jungkook sembari berlari ke arah adik kesayangannya.
Tak lama Kim Tae pun segera memeluk Jungkook sembari mengacak-acak rambut Jungkook.
Aku hanya bisa memotret pemandangan di hadapanku ini. Aku ingin kebahagiaan ini tak lekang oleh waktu.
Satu.. Dua.. Cekrek. Satu momen terabadikan lagi. Momen kebersamaan Taekook. Kusimpan ponselku pada saku rokku dan berjalan menghampiri kedua makhluk itu.
Kuluruskan pandangku ke luar jendela, pemandangannya memang sangat indah pantas saja jika Jungkook senang menghabiskan waktu untuk menatap ke luar jendela.
"Kalian sudah menemukan perawat yang akan menjagaku?"-Jungkook
Pertanyaan Jungkook membuatku menoleh menghadapnya. Kulihat Jungkook yang menatap penuh harap dengan mata bulatnya. Aku menggeleng pelan.
"Belum Kook, kami datang kesini untuk memastikan apa kau benar-benar layak untuk ditinggal selama 5 hari atau tidak."-Hyunrim
"Tck.. Apa kalian tidak percaya lagi padaku? Aku benar-benar tidak apa-apa jika kalian tinggal. Lagipula kalian juga perlu berlibur. Aku sudah banyak merepotkan kalian."-Jungkook
Tak..
Jungkook meringis kecil sembari mengusap dahinya yang mendapat sentilan dari Kim Tae."Kau itu tidak pernah merepotkan kami. Jangan pernah berkata begitu."-Taehyung
"Hmm, aku minta maaf Hyung."-Jungkook
"Kook, apa kau benar-benar tak apa ditinggal?"-Hyunrim
"Iya Rii, tapi asalkan kalian mencarikanku perawat yang cantik."-Jungkook
Tak..
Kedua kalinya Kim Tae menyentil dahi Jungkook."Kami akan mencarikan perawat laki-laki untukmu. Kami sudah melihat-lihat para perawat tadi dan kami memutuskan untuk memilih Wooyeol."-Taehyung
"Ahh.. Wooyeol Hyung, keputusan kalian sangat tepat."-Jungkook
Aku menatap Jungkook dalam diam, memperhatikan raut wajahnya. Berusaha mencari kebenaran dalam raut wajahnya.
Mataku menajam menatap Jungkook ketika aku melihat.. Sebuah seringaian? Seringaian yang sangat kecil dan singkat namun masih bisa tertangkap olehku yang memang sedang menatapnya.
Tuhan, kumohon.. Jangan biarkan Deongkook menguasai tubuh Jungkook lagi.
Aku tak henti-hentinya menatap Jungkook yang masih setia bergurau dengan Kim Tae. Mencoba memperhatikan apakah seringaian itu muncul lagi atau tidak.
Namun, sampai jam besuk habis aku tak menemukan seringaian itu lagi. Aku menghembuskan nafas lega melihat hanya satu seringaian di 30 menit ini.
***
Tanganku tak henti-hentinya menghapus dan menulis lagi jawaban dari satu soal terakhir tugas Matematika ini. Entah kenapa jawabanku di nomer terakhir ini selalu berbeda dari Kim Tae. Sebenarnya rumus mana yang harus digunakan?
Aku mencebik dan meletakkan kepalaku di meja belajarku. Tanganku kuulurkan ke depan melepas semua rasa pegal akibat pekerjaan menulis dan menghapusku.
Tok..tok..tok..
Aku menoleh menghadap pintu kamarku yang terbuka, Kim Tae telah berdiri di pintu dengan senyuman terlebarnya. Membawa segelas cokelat hangat dan dua buah roti isi."Makanlah dulu, kau bisa melihat tugasku nanti."-Taehyung
"Terimakasih Kim Tae."-Hyunrim
"Duduklah di meja makan. Aku tak mau masuk ke kamarmu sebelum kau resmi menjadi milikku."-Taehyung
"Berhentilah membuat pipiku memerah."-Hyunrim
Aku menggosok pipiku menetralisir rasa hangat di pipiku yang membuat pipiku memerah.
Kini pantatku terduduk di kursi dengan Kim Tae yang ikut terduduk di hadapanku. Kuambil sebuah roti isi dan memakannya dalam diam. Menikmati perpaduan berbagai rasa yang cukup enak untuk masakan seorang Kim Taehyung.
Aku hampir saja tersedak ketika Kim Tae menopang kepalanya dengan dagunya sembari tersenyum menatapku. Tak ingin terpengaruh pada sikap imutnya, aku segera melakukan hal yang sering sekali kulakukan.
Mengubah raut wajahku menjadi jelek kurasa cara yang cukup ampuh. Karena kini Kim Tae tak lagi menatapku tetapi malah mentertawakanku.
Aku memutar bola mataku malas sembari terus mengunyah roti isi di mulutku.
"Nona Park, setelah kau makan bagaimana jika kita ke balkon?"-Taehyung
Dahiku membentuk 3 gelombang yang datang berurutan. Balkon? Ah aku hampir saja lupa jika apartemenku memiliki balkon. Semenjak Jungkook masuk rumah sakit, aku dan Kim Tae lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit.
"Baiklah.. Ayo."-Hyunrim
Aku berdiri menarik lengan Kim Tae dan membawanya ke balkon. Aku menatap lurus ke tempat bintang-bintang berada. Kim Tae pun melakukan hal yang sama padaku. Seolah pikiran kita menyatu mengingat semua kenangan saat pertama kali kita berdua berdiri di balkon ini.
"Kim Tae, kau tahu? Aku sangat merindukan hal-hal seperti ini. Saat-saat kita yang bodoh ini belum dihadapkan pada masalah itu."-Hyunrim
"Sudahlah, berhenti membahasnya. Jungkook akan segera keluar dari rumah sakit itu."-Taehyung
"Tapi.. Bukankah setelah itu dia harus mendekam di penjara akibat kasus itu?"-Hyunrim
"Hm, tapi aku yakin Jungkook akan bisa melewati ini semua. Karena dia mempunyai kita."-Taehyung
Aku tersenyum simpul menatap Kim Tae, kuharap seperti itu. Semua tangisan, kesedihan, penyesalan, akan terbayarkan oleh kebahagiaan kita yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Why; kth ✔
Fiksi PenggemarSekarang aku tahu jawaban dari semua teka-teki yang ada pada dirimu. Walaupun akhirnya, aku sedikit menyesal saat mengetahuinya. Kumohon, tetaplah bersamaku.-Hyunrim Ayo melakukan segalanya bersama. Aku hanya memilikimu saat ini.-Taehyung #2~lengkap...