Aku melangkah gontai keluar dari lift dan memasuki lorong apartemen. Jungkook hanya mengantarku sampai halte bus terdekat dengan alasan tak mau bertemu Kim Tae. Aku hanya bisa menuruti ucapannya karena jujur aku pun sedikit takut jika Kim Tae melihat Jungkook.
Langkahku berhenti melihat seseorang yang sedari tadi berputar-putar di otakku kini sedang berada di depan pintu apartemenku. Sedang apa dia?
Matanya kini menatapku, aku melanjutkan langkahku lagi dan kembali berhenti di hadapannya.
"Darimana saja kau nona Park? Kau tidak mengaktifkan ponselmu. Kau tak tahu betapa khawatirnya aku?"-Taehyung
"Tae.. Bisakah kita berbicara di dalam? Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."-Hyunrim
Kim Tae tampak mengerutkan keningnya, namun sedetik kemudian sebuah anggukan kecil kudapatkan darinya.
Setelah memasuki apartemenku. Kim Tae menyuruhku untuk duduk di sampingnya di atas sofa. Tapi aku tetap berdiri di hadapannya.
Aku mengulum bibirku, mengumpulkan semua keberanian di bibirku untuk menanyakan yang sebenarnya terjadi.
"Tae.. Seseorang mengatakan padaku jika kau diusir dari rumahmu karena kau bertindak kriminal hingga membuat keluargamu malu. Benarkah itu?"-Hyunrim
Aku menatap Kim Tae lekat-lekat mencoba mencari jawaban di dalam matanya. Kulihat matanya tiba-tiba menajam dan rahangnya mengeras. Sudah kuduga pasti dia marah mendengar pertanyaanku.
"Siapa yang mengatakan hal itu padamu? Eunhee?"-Taehyung
"Bukan Tae, orang itu adalah seseorang yang sangat aku percaya. Dan dia tak pernah berbohong padaku. Itu sebabnya aku bertanya padamu bagaimana kisah hidupmu yang sebenarnya? Apa kau berbohong padaku selama ini?"-Hyunrim
"Sudah seminggu kau tinggal denganku, dan kau masih menanyakan hal sampah seperti itu?"-Taehyung
"Tae.. Aku hanya ingin tahu kebenarannya."-Hyunrim
"Aku tidak percaya kau masih belum bisa membedakan antara gosip murahan dengan kenyataan. Buka lebar-lebar mata dan hatimu. Rasakan perbedaan antara seseorang yang berkata tulus dengan seseorang yang berkata hal-hal sampah."-Taehyung
Kim Tae berdiri dan meninggalkanku. Dia berjalan keluar apartemenku. Aku terduduk lemas di lantai. Kenapa sulit sekali mendapatkan kebenaran?
"Jim.. Jika kau ada disini, pasti kau akan membantuku kan? Sekarang tak ada yang bisa membantuku Jim. Aku sendirian sekarang, aku tak tahu siapa yang sebenarnya sedang mencoba menutupi kebenarannya. Kumohon tolong aku Jim."-Hyunrim
Aku berusaha bangkit dan menuju kamarku. Kubuka lemari di samping ranjangku, mengambil sebuah baju dan celana yang masih terbalut oleh darah. Darah Jimin, ini adalah baju dan celana yang dipakainya saat ditemukan di dalam toilet itu. Aku memang meminta ijin pada detektif Kang untuk menyimpan baju dan celana itu.
Kuangkat baju dan celana itu untuk melipatnya lebih rapi lagi. Terakhir kali aku hanya menyimpan asal-asalan.
Sebuah kertas terjatuh dari celana Jimin. Aku menunduk menatap kertas itu sebentar. Tak lama tanganku meraih kertas itu dan membukanya.
Jeon DK
Aku mengerutkan dahiku, apa maksudnya? Jeon DK?
Mataku terbuka lebar saat mengingat inisial sang pembunuh yang diceritakan oleh detektif Kang. JDK, apakah ituuu... Jeon DK?
"Ah aku harus bicara pada detektif Kang. Tapi.. Haruskah aku percaya padanya? Oh Tuhan, siapa yang bisa kupercaya kali ini?"-Hyunrim
Entah kenapa otakku terpacu pada dua nama kakak kelas. Kim Seokjin, dan Min Yoongi. Yah, mereka yang bisa kupercaya. Dari kemarin mereka selalu mencari hal-hal yang behubungan dengan kepergian Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Why; kth ✔
FanfictionSekarang aku tahu jawaban dari semua teka-teki yang ada pada dirimu. Walaupun akhirnya, aku sedikit menyesal saat mengetahuinya. Kumohon, tetaplah bersamaku.-Hyunrim Ayo melakukan segalanya bersama. Aku hanya memilikimu saat ini.-Taehyung #2~lengkap...