Tujuh belas

146 18 3
                                    

Kim Tae melepas tanganku setelah sampai di apartemenku. Baru saja mulutku terbuka menyebut namanya, dia sudah pergi meninggalkanku sendirian. Ternyata kemarahannya belum reda hingga saat ini.

Aku memutuskan untuk pergi ke dapur, cacing di perutku sudah berteriak dari tadi. Aku membuka lemari pendingin tempat menyimpan bahan masakan. Hanya ada telur, kurasa aku harus berbelanja besok.

Akhirnya aku memutuskan untuk membuat omelette. Aku mendaratkan pantatku di kursi, menatap piring di hadapanku dalam keheningan. Kusarankan jangan pernah makan sendirian, karena rasanya sangat tidak enak. Apalagi disaat malam hari seperti ini.

Ceklek.. Aku menoleh menatap pintu Kim Tae yang terbuka. Tak lama Kim Tae menyembul dari dalam kamarnya, aku mengalihkan pandanganku tak berani menatapnya. Kulihat Kim Tae membaringkan tubuhnya di sofa dan mulai menyalakan televisi.

Aku melahap makananku dengan cepat, lebih baik aku pergi ke kamar daripada harus terkukung dalam kecanggungan ini.

***
Pagi harinya, aku pergi setelah memastikan makanan Kim Tae tertata dengan rapi di atas meja makan. Kuharap semarah apapun dia padaku, dia masih mau memakan makanannya.

Di dalam bus, aku hanya duduk dengan menggenggam tasku erat. Kuharap hari ini akan berjalan lancar sesuai rencanaku. Kertas itu sudah menjadi pelengkap isi tasku saat ini. Kuharap kertas itu tak akan terjatuh.

Sesampainya di sekolah aku berjalan ke arah kelas, bukan kelasku melainkan kelas kak Yoongi. Aku tak berani mengiriminya pesan kemarin jadi aku memutuskan untuk pergi berbicara langsung padanya.

Entah berapa pasang mata yang menatapku saat ini. Ini adalah lorong kelas 12. Jelas saja mereka menatapku dengan tatapan bertanya-tanya.

Sesampainya di depan kelas kak Yoongi, aku menghela nafas pelan menghilangkan kecemasanku. Entah untuk apa rasa cemas ini muncul.

"Permisi kak, apa kak Yoongi ada di dalam?"-Hyunrim

"Tentu saja, dia sedang tidur di dalam. Masuk saja."

"Emmhh.. Bisakah kau memanggilnya saja untukku kak?"-Hyunrim

"Tidak akan ada yang berani membangunkan macan tidur. Masuk saja."

"Baiklah.. Bisakah kau mengantarku?"-Hyunrim

"Ayo."

Aku mengangguk dan mengikuti kakak kelas cantik dengan kacamata di wajahnya membuat wajahnya terlihat dua kali lebih cantik.

Setelah sampai di meja kak Yoongi aku mengucapkan terima kasih padanya. Haruskah aku membangunkan kak Yoongi? Dia terlihat sangat nyenyak. Aku meneguk ludahku sebentar hingga akhirnya tanganku mulai menyenggol pelan lengan kurusnya itu.

"Kak.. Kak Yoongi. Ini aku Hyunrim."-Hyunrim

"Tck.. Untuk apa kau kesini? Mengganggu saja."-Yoongi

"Aku ingin membicarakan sesuatu hal tentang Jimin."-Hyunrim

"Apa yang kau ketahui?"-Yoongi

"Kau tanya saja pada kak Seokjin aku telah mengiriminya pesan. Aku tidak bisa mengatakan hal itu disini."-Hyunrim

"Kenapa kau tidak mengirimiku pesan saja?"-Yoongi

"Ohh.. I-itu.."-Hyunrim

Mati aku, jika aku mengatakan aku tak berani mengiriminya pesan aku bisa dibunuh dengan tatapannya itu saat ini juga. Apa yang harus kukatakan?

"Itu apa?"-Yoongi

"Itu karena.. Aku ingin bertemu denganmu. Melihatmu di pagi hari seperti ini membuatku senang."-Hyunrim

That's Why; kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang