Tiga Puluh Tujuh

144 19 0
                                    

Hari kelulusan Seokjin dan Yoongi..

Hari ini adalah hari bersejarah bagi kak Seokjin dan kak Yoongi, kini mereka resmi menjadi seorang alumni dari sekolah kami. Dengan balutan jas yang melekat di tubuh mereka membuat banyak sekali siswi yang berebut untuk berfoto dengan mereka. Yah, kuakui pesona mereka memang tak terkalahkan. Namun tetap saja bagiku yang tertampan adalah seorang Kim Taehyung, pria yang menemaniku sejak aku baru saja menginjakkan kaki di sekolah ini. Pria yang menjagaku dari semua kejadian-kejadian berat yang kami alami. Sampai sekarang, aku selalu bersyukur dengan takdir yang membuatku bisa menjadi teman sebangkunya dulu. Hingga akhirnya kami tinggal bersama, menangis dan tertawa di bawah atap yang sama. Aku ingat saat dia pertama kali bercerita tentang kesedihan dan kekecewaannya terhadap ibunya. Dan tak kusangka, curhatan singkat itu membuat kami saling bertukar cerita lebih banyak lagi.

"Kau melamun?"-Taehyung

Aku menoleh menatap Kim Tae yang kini berdiri di samping ku. Aku hanya membalasnya dengan sebuah senyuman simpul dari bibirku.

"Aku tak menyangka jika aku telah melewati satu tahun bersamamu. Aku merasa baru kemarin kau membohongiku agar aku bisa tinggal bersamamu."-Taehyung

Aku sedikit tersentak mendengar penuturan dari Kim Tae, jadi selama ini dia tahu jika aku membohonginya dulu? Ah.. Benar-benar memalukan.

"Nona Park, aku mempunyai sesuatu untukmu."-Taehyung

"Apa?"-Hyunrim

"Aku tidak akan memberikannya sekarang, nanti sore. Kau akan menerimanya nanti sore. Dan berjanjilah kau akan memakainya."-Taehyung

Aku mengerutkan dahiku, apa yang akan diberikannya padaku? Sampai dia memintaku berjanji seperti itu? Sudahlah lebih baik ku anggukkan kepalaku saja, aku malas berpikir saat ini. Apalagi memikirkan jalan pikiran Kim Tae yang selalu melenceng itu. Satu tahun bersamanya saja otakku telah lelah mengikuti jalan pikirannya. Aku jadi penasaran bagaimana seorang Kim Taehyung saat dewasa dan mempunyai keluarga nanti.

"Hei, apa yang kau pikirkan sebenarnya nona Park? Kenapa kau selalu tersenyum?"-Taehyung

"Aku memikirkan tentangmu Kim Tae, aku membayangkan betapa repotnya istrimu besok karena tak bisa mengerti jalan pikiranmu."-Hyunrim

"Bukankah kau yang akan menjadi istriku?"-Taehyung

Mataku membuka lebar, menjadi istri seorang Kim Taehyung?

"Kenapa kau diam? Kau tak mau?"-Taehyung

"Oh? T-tidak.. Bukan seperti itu. Aku hanya belum memikirkan sampai sejauh itu. Kita saja baru naik kelas 12 jadi aku belum berpikiran akan menjadi istri siapa."-Hyunrim

Aku terkekeh canggung, aku harap Kim Tae tidak tersinggung dengan ucapanku. Bukannya aku tidak mau, aku hanya benar-benar belum memikirkan hal itu. Fase kehidupan kami masih terlalu panjang untuk bisa sampai ke tahap itu.

Kim Tae terdiam dan pergi meninggalkanku. Mati aku, dia pasti salah paham dengan perkataanku. Aku memilih untuk mengejarnya, namun terlalu banyak orang disini. Tubuh mungilku tak bisa mengejarnya, mataku saja sudah tak bisa melihatnya. Ah.. Menyebalkan.

Otakku segera mencari ide agar mudah mengetahui letak Kim Tae, dan akhirnya aku memilih untuk menuju rooftop sekolah. Kakiku segera berlari ke tangga menuju rooftop. Sesampainya di rooftop, mataku menyapu ke seluruh sisi sekolah.

Ketemu!! Dia sedang duduk bersama.. Wanita? Siapa dia? Baiklah, sekarang aku menyesal berlarian hanya untuk mencemaskan seseorang yang sedang tertawa bahagia bersama seorang wanita 'lain' yang tak kukenal sebelumnya.

"Cih.. dasar alien. Siapa gadis itu? Berani-beraninya dia membuat Kim Tae ku tertawa seperti itu. Aku saja jarang melihat senyum kotaknya akhir-akhir ini. Tapi gadis itu malah mendapatkannya. Baiklah, aku tidak akan berbicara denganmu lagi."-Hyunrim

"Kau berbicara dengan siapa?"-Yoongi

Aku sedikit terlonjak mendengar penuturan lelaki berkulit pucat di hadapanku, ya siapa lagi jika bukan seorang Min Yoongi.

"Kakak sedang apa disini?"-Hyunrim

"Bersembunyi, aku lelah melayani gadis-gadis tak tahu malu itu."-Yoongi

Aku mengernyit menatap paras pucatnya. "Gadis-gadis tak tahu malu?"-Hyunrim

"Hmm.. Kau tahu sudah untung mereka kubiarkan berfoto bersamaku. Tapi lihatlah kelakuan mereka, pipiku saja memerah karena cubitan mereka."-Yoongi

Aku tertawa melihat kak Yoongi yang terlihat sangat kesal, memang benar ucapannya pipinya banyak terdapat bekas cubitan dan.. Kurasa ada seseorang yang menciumnya juga.

"Apa kau juga dicium oleh seseorang?"-Hyunrim

"Bagaimana kau tahu?"-Yoongi

Lagi-lagi aku terkekeh, kurasa kak Yoongi tak menyadari pipinya yang memiliki bekas lipstick seseorang. Dengan sebuah kekehan akhirnya aku mengeluarkan cermin yang sedari tadi menghuni sakuku dan mengarahkannya ke wajah kak Yoongi.

Mata kak Yoongi membulat ketika melihat wajahnya sendiri. Seketika aura negatif keluar dari dalam dirinya, dan hal itu cukup membuatku terdiam.

"Sial, jadi daritadi penampakan wajahku seperti ini?"-Yoongi

Aku hanya mengangguk sembari mengulum bibirku. Seperti biasa, kak Yoongi selalu membuatku ketakutan. Dia lalu pergi meninggalkanku sendirian. Hah.. Lagi-lagi aku ditinggalkan tanpa kata. Tanggal berapa sekarang? Apakah ini hari sialku? Banyak sekali orang yang menyebalkan hari ini.

"Ah iya, Kim Tae." aku menepuk jidatku lalu mengarahkan pandangan ke arah Kim Tae terduduk tadi. Namun kini tak ada siapapun disana. Kuharap mereka tidak pergi berkencan.

Aku memutuskan untuk menetap di rooftop, suasana di bawah terlalu ramai. Lebih baik jika aku berada disini. Lagipula, aku masih belum terlalu dekat dengan banyak orang. Akan menyedihkan jika aku berpura-pura dekat dengan mereka dan tertawa bersama mereka yang sebelumnya tak kukenali sama sekali.

"Park Jimin, Kim Namjoon, Jung Hoseok, Lee Eunhee. Andai aku bisa melihat kalian saat ini, pasti aku tidak akan merasa kesepian seperti ini bukan? Eunhee, kau pasti akan memarahi Kim Tae saat ini karena dia dekat dengan wanita selain aku kan? Jimin, kau pasti akan menenangkanku dalam pelukanmu bukan? Hah.. Aku merindukan kalian. Semoga kalian bertemu dan berteman disana."

Aku menutup mataku mengirimkan sebuah doa untuk keempat teman yang telah membantuku hingga mengorbankan nyawa mereka.

Mataku semakin menutup rapat karena terlalu lelah. Hembusan angin membuatku hanyut dan berakhir di alam mimpi.

That's Why; kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang