Seseorang datang dengan laptop di tangannya. Ah, tidak. Kurasa dua orang, orang yang satu adalah kak Namjoon. Dan satunya lagi entah siapa, wajahnya terlihat sangat ceria.
"Jadi apa yang kau butuhkan?"-Namjoon
"Lacak orang ini, apakah bisa?"-Seokjin
"Hanya ini? Jeon DK? Ada ciri-ciri lain?"-Namjoon
"Tidak ada."-Seokjin
"Ahh.. Itu terlalu sulit. Akan lama menemukannya."-Namjoon
"Tenanglah Joon, aku akan menemanimu."-..
"Siapa dia?"-Yoongi
"Dia itu tangan kananku Yoon. Tenang saja, walaupun wajahnya kurang meyakinkan. Tapi mulutnya masih bisa dijaga."-Namjoon
"Kau yakin?"-Yoongi
"Tentu saja. Aku selalu bekerja dengannya."-Namjoon
"Baiklah."-Yoongi
Aku hanya diam mengamati keempat pria di hadapanku. Jimin benar, kak Yoongi yang memiliki aura dingin sebenarnya memiliki sisi lain yang sangat lembut. Hanya saja, dia mungkin tak tahu bagaimana harus mengungkapkan perasaan yang seperti itu. Dan dia memilih untuk bersikap dingin.
"Hai cantik, siapa namamu? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Kau anak baru?"-..
"Oh? Iya kak.. Aku baru pindah sekitar satu minggu yang lalu."-Hyunrim
"Ahh pantas saja. Kalau begitu perkenalkan namaku Jung Ho Seok. Kau bisa memanggilku-"-Hoseok
"Kuda liar."-Namjoon
"Hei Kim Namjoon. Sudah kubilang aku tak suka disebut seperti itu."-Hoseok
"Itu kenyataannya. Sudah terima saja nasibmu."-Namjoon
Aku terkekeh kecil melihat kedua orang ini. Walaupun serius mereka masih bisa bercanda. Atau.. Aku yang selama ini terlalu sibuk hingga tak sempat bercanda?
"Baiklah siapa namamu?"-Hoseok
"Aku Park Hyunrim kak."-Hyunrim
"Hyunrim.. Nama yang bagus. Ah apa kau ingin memberiku julukan baru selain kuda liar?"-Hoseok
"Huh? Kenapa harus aku?"-Hyunrim
"Wanita cantik pasti bisa menilai lebih baik. Bukankah begitu?"-Hoseok
"Humm.. Bagaimana jika.. Sunshine?"-Hyunrim
"Hah menjijikan."-Yoongi
"Diamlah Min Yoongi. Baiklah cantik, Kenapa kau memberiku nama itu?"-Hoseok
"Karena.. Kau terlihat yang paling ceria disini. Kuharap kau akan selalu ceria seperti ini sampai kapanpun."-Hyunrim
"Ahh.. Lihatlah. Wanita cantik sepertinya memang memiliki mata yang sangat jernih tidak seperti kalian bertiga yang menjulukiku kuda liar."-Hoseok
"Sudahlah diam, lebih baik kau membantu sepupuku."-Seokjin
"Baiklah.. Baiklah.."-Hoseok
Kini mereka berdua berkutat lagi dengan laptop dan terus mencari identitas Jeon DK. Kulirik jam tanganku, waktu istirahat akan berakhir 10 menit lagi. Kurasa hal ini tidak akan selesai dengan cepat.
Sepuluh menit kemudian, masih belum ada tanda-tanda Jeon DK itu ditemukan. Aku menghelas nafas pasrah, dia seorang pembunuh yang sangat handal. Tak tersisa sedikitpun bukti.
"Kak.. Kurasa, biar aku saja yang mencarinya. Kalian sudah kelas 12, seharusnya kalian sibuk dengan pelajaran kalian. Maaf aku sudah mengganggu kalian."-Hyunrim
"Tenanglah Hyunrim, kami lebih senang mengerjakan tugas seperti ini daripada harus berkutat dengan buku tebal itu. Lagipula ini baru awal semester, tak ada yang perlu dikhawatirkan."-Namjoon
"Lebih baik kau pergi ke kelasmu, sebelum Taehyung curiga padamu."-Yoongi
"Baiklah kak, terimakasih. Aku pamit."-Hyunrim
Kakiku melangkah ke arah kelas. Ku tundukkan kepalaku menatap barisan keramik putih yang memantulkan wajahku. Kenapa kepindahanku kesini seperti sebuah kutukan? Dulu di kota lamaku aku tak pernah mendapatkan hal-hal seperti ini. Otakku tak cukup pintar untuk semua ini. Bahkan aku belum sempat memiliki seorang teman dekat perempuan disini. Yang kupunya hanyalah Kim Tae, Jungkook, kak Yoongi, kak Seokjin, kak Namjoon, kak Hoseok, dan.. Bolehkah aku bilang jika Jimin masih bersamaku disini? Hah.. Ini semua sangat melelahkan.
Sesampainya di depan kelas, aku mengurungkan niatku untuk masuk ke dalam. Rasanya aku sendirian di dalam kelas ini. Haruskah aku mencoba berteman dengan yang lain? Tapi aku tak sanggup mendengar gosip-gosip tentang Kim Tae yang semakin lama semakin membuatku muak.
"Hyunrim."
Aku menoleh, pandanganku berubah datar menatap pria paruh baya di hadapanku ini. Kepala sekolah disini, aku tak peduli dengan jabatannya. Yang jelas aku tak pernah senang melihatnya.
"Ikut saya ke ruangan saya."-Tuan Park
"Suatu kehormatan bagi saya pak, anda mengundang saya secara langsung."-Hyunrim
Aku tersenyum sinis padanya. Lalu berjalan mengikuti seseorang yang sangat dikagumi karena wibawanya. Tuan Park, percayalah dia tak pantas untuk dikagumi oleh banyak orang.
Sesampainya di ruangan Tuan Park, aku duduk di hadapannya tanpa menatapnya sedikitpun. Mungkin kalian berpikir jika aku tak sopan, tapi aku terlalu muak untuk melihatnya. Melihatnya berdiri dengan tubuh tegap seperti itu membuat hatiku semakin sakit.
"Ini uang untukmu, bayarlah buku dan keperluan sekolahmu yang lain."-Tuan Park
"Sudah kuduga, kau hanya memanggilku untuk ini. Cih, lalu apa yang harus kuucapkan sekarang? Terimakasih Tuan Park.. Atau.. Terimakasih ayah?"-Hyunrim
"Aku ini ayahmu, bersikaplah sedikit sopan. Apa kau tak diajari sopan santun?"-Tuan Park
"Apa kau lupa? Bagaimana bisa aku diajari sopan santun jika kau meninggalkanku sendirian hingga aku menggelandang di jalanan? Selama 3 bulan aku menjadi gelandangan. Memakan makanan sisa orang, bahkan aku harus berebut dengan kucing. Biar kuingatkan juga umurku baru 10 tahun saat itu. Lalu kau ingin aku memanggilmu ayah? Ayah mana yang tega membiarkan putrinya hidup seperti itu? Dan sekarang, saat kau menemukanku kau hanya memeberiku ini? KAU PIKIR AKU HIDUP HANYA UNTUK INI? UANGMU ITU TAK PERNAH SEDIKITPUN MEMBAHAGIAKANKU."-Hyunrim
"HYUNRIM!! Jaga bicaramu. Kau itu sudah untung kuberikan uang untuk menebus kesalahanku."-Tuan Park
"Ahh.. Jadi kau merasa sudah tidak memiliki dosa dengan memberiku uang? Asal kau tau Tuan Park, tidak maksudku Ayah. Aku tak akan pernah memaafkanmu sampai kau bisa memberiku kasih sayang. Kasih sayang yang selama 7 tahun aku harapkan. Dulu aku sangat ingin bertemu denganmu, karena aku haus akan kasih sayang. Tapi sekarang aku menyesal bertemu denganmu, aku tak pernah mendapatkan kasih sayang darimu. Lebih baik aku tinggal di panti itu selamanya, ibu panti lebih menyayangiku darimu. Terimakasih uangnya."-Hyunrim
Aku pergi keluar dan menutup pintu dengan sedikit keras. Air mataku tak bisa kutahan lagi, dengan cepat aku berlari menuju kamar mandi. Menumpahkan semua amarah sekaligus kekecewaanku.
Kugigit bibir bawahku menahan isakan yang sedari tadi memberontak untuk keluar. Aku menatap segepok uang yang ada di genggamanku. Miris sekali, ayahku lebih sayang pada lembaran uang ini dibanding anaknya. Perlukah aku menemui Jeon DK dan memintanya untuk membunuhku? Tak ada gunanya aku hidup.
Tok tok tok..
Aku medengar seseorang mengetuk pintu bilik kamar mandi yang sekarang sedang kugunakan. Aku menghentikan tangisanku ketika orang itu mulai bersuara."Keluarlah, jangan pernah menangis sendirian di dalam sana."-..
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Why; kth ✔
FanfictionSekarang aku tahu jawaban dari semua teka-teki yang ada pada dirimu. Walaupun akhirnya, aku sedikit menyesal saat mengetahuinya. Kumohon, tetaplah bersamaku.-Hyunrim Ayo melakukan segalanya bersama. Aku hanya memilikimu saat ini.-Taehyung #2~lengkap...