Sepuluh

178 23 2
                                    

Hingga Jungkook duduk di kursinya, manik mata tajam milik Kim Tae masih menyorotnya. Aku yang tak tahan dengan tatapan tajamnya itu kini berjalan dan berhenti tepat di hadapannya yang sedang duduk di kursinya.

"Kau melihat apa?"-Hyunrim

"Tck.. Kau menghalangi pandanganku."-Taehyung

"Jangan menatap Jungkook seperti itu. Kau seperti seekor elang yang ingin menerkam mangsanya."-Hyunrim

"Jika kau tidak dekat-dekat dengannya, maka aku tidak akan menatapnya seperti itu."-Taehyung

Aku tersenyum kali ini. Dia mengkhawatirkanku ternyata.

"Kau cemburu?"-Hyunrim

"Your wish Nona Park Hyunrim."-Taehyung

Aku mengerucutkan bibirku sebal kemudian duduk di sampingnya. Aku mengeluarkan bukuku dan mulai memahami rumus-rumus matematika yang tercetak disana. Disaat aku sedang bingung dengan rumus matematika ini. Kim Tae dengan tampang tidak bersalahnya tertidur dengan sedikit membuka mulutnya. Baru pagi hari tapi dia sudah terlihat sangat lelah.

15 menit kemudian guru matematikaku memasuki kelas, aku membangunkan Kim Tae sebelum dia mendapatkan hukuman pagi ini. Guru matematika ini merupakan guru yang cukup tegas dan berpegang teguh pada aturan, jika kau melanggar peraturan maka tamatlah riwayatmu. Beliau akan memberikan soal olimpiade tingkat tinggi sebagai hukumannya. Mengerikan bukan? Jika seperti itu lebih baik aku dihukum untuk berlari mengelilingi lapangan.

Aku mencatat semua rumus yang ada di papan tulis. Tapi mendadak perasaanku tak enak, seperti ada seseorang yang mengamatiku. Aku menoleh dan mendapati Kim Tae yang sedang melihatku dengan tatapan datarnya. Aku menaikkan alisku berusaha bertanya dalam diam apa yang sedang dilakukannya. Dia hanya menggelengkan wajahnya dan kemudian beralih lagi melihat ke depan.

Hanya hembusan nafasku yang kini mewakili perasaanku. Jenuh, lelah, dan malas bercampur menjadi satu begitu guru matematika keluar dan digantikan oleh guru bahasa inggris. Demi apapun aku sangat tak menyukai pelajaran bahasa inggris. Bayangkan saja saat aku ada di sekolah lamaku, nilai bahasa inggrisku selalu jadi yang terendah. Hah dan karena nilai bahasa inggrisku jelek, maka nilai rata-rata raportku pun menjadi rendah. Itu menyebalkan. Sungguh.

Selama 2 jam aku hanya mencorat-coret bukuku tanpa kepastian. Berharap bel istirahat cepat berbunyi. Dan menghalau keluar secara halus guru bahasa inggris ini. Sebenarnya guru bahasa inggris yang mengajar kelas ini sangat baik, Kim Tae yang sedari tidur saja tak dihiraukan olehnya. Beliau hanya berkata 'biarkan saja, kasihan mungkin dia lelah'. Kurang baik apalagi guru ini? Tapi masalahnya adalah pelajaran yang ia ajarkan yang membuatku bosan.

Tak lama, Tuhan seolah mengabulkan doaku. Bel istirahat berbunyi dan guru mengakhiri jamnya. Aku tersenyum riang sekarang, beban hidupku seolah berkurang.

Baru saja siswa-siswi berhamburan untuk mengisi cacing di perutnya. Wali kelasku datang dan menyuruh semua murid kembali ke dalam kelas.
Kekecewaan yang ada pada wajah teman-teman sekelasku pun tak terbendung lagi.

"Maaf mengganggu waktu kalian sebentar. Ini adalah hal yang mendesak. Sebuah mayat baru saja di temukan dalam toilet wanita. Jadi untuk mempermudah investigasi, kalian diharapkan tidak berkeliaran mendekati tempat kejadian karena petugas forensik masih belum sampai. Kuharap kalian bisa mematuhi bapak."

Kini semua rasa lapar itu seolah hilang dan digantikan dengan perasaan tegang. Sebuah mayat? Di dalam toilet wanita? Bagaimana bisa??

"Kalian masih bisa beristirahat seperti biasa asalkan kalian tidak mendekati toilet itu. Dan untuk Taehyung dan Hyunrim, ikut bapak yah."

Aku menolehkan pandanganku kepada Kim Tae. Wajahnya terlihat pucat saat ini. Ada apa dengannya?

"Kim Tae, kau baik-baik saja?"-Hyunrim

"Iya. Sebaiknya kita ikut sekarang."-Taehyung

Aku menganggukan kepalaku dan berjalan di belakang wali kelasku. Kim Tae menggenggam tanganku lagi kali ini. Tangannya terasa dingin di tubuhku.

"Tae? Kau yakin baik-baik saja? Tanganmu dingin."-Hyunrim

"Aku hanya merasakan firasat buruk Hyun."-Taehyung

Aku meneguk ludahku, firasat buruk? Kenapa? Tentang apa? Kenapa aku jadi gelisah juga?

Wali kelasku membawaku dan Kim Tae ke depan toilet wanita yang dipenuhi oleh polisi, bahkan toilet itu dibatasi oleh garis polisi. Ternyata ada dua murid lain yang ada disini selain aku dan Kim Tae. Dia adalah.. Kak Seokjin dan Kak Yoongi.

Perasaanku semakin tidak enak. Salah satu polisi ah tidak kurasa dia seorang detektif menghampiriku dan Kim Tae.

Aku sempat melihat mata sembap dari kak Seokjin dan kak Yoongi. Mereka menangis?

"Bisakah kalian mengikutiku?"

"Ya."-Taehyung

Tubuhku menegang mendapati sesosok mayat yang terbungkus kantung mayat berada di hadapanku. Aku sangat takut dengan hal-hal  seperti ini. Tapi apa tujuannya membuatku dan Kim Tae melihat mayat ini?

"Seokjin bilang, kalian mengenal mayat ini. Jadi setidaknya untuk terakhir kalinya kalian bisa melihatnya."

Perlahan kantung mayat itu terbuka, bau darah menyeruak keluar begitu saja. Aku sempat merasa mual menciumnya, namun seketika tubuhku menengang mendapati seseorang yang kukenal berada di hadapanku dengan wajah damainya. Yah, wajah damainya yang berlumuran darah akibat sayatan-sayatan yang menghiasi wajahnya. Air mataku terproduksi begitu saja dan menggenang di pelupuk mataku. Perlahan air mata yang telah kubendung sedari tadi mengalir dengan derasnya. Tanganku meremas ujung rokku mencoba tetap berdiri kokoh saat ini.

"Jimin."-Taehyung

Tangisanku semakin pecah saat Kim Tae menyebutkan nama itu. Awalnya aku mengira ini semua hanya ilusiku, tapi.. Mendengar Kim Tae menyebutkan nama itu, aku benar-benar tak tahu harus melakukan apa lagi. Jimin, orang yang baru saja kutemui kemarin sekarang tergeletak begitu saja di dalam sebuah kantung mayat dengan sayatan di wajahnya. Hingga darah yang mengering pun ikut menghiasi wajahnya.

"JIMIN... JIMIN BANGUNLAH. APA YANG KAU LAKUKAN DI DALAM KANTUNG ITU HUH? KAU INGIN MENGERJAIKU? BANGUN SEKARANG JUGA ATAU AKU TIDAK AKAN PERNAH MAU MELIHATMU LAGI!!! JIM!!! hiks.. Kumohon bangun dan katakan padaku jika ini hanyalah leluconmu, cepat bangun dan katakan seperti biasa saat kau mengerjaiku. Jim.."-Hyunrim

Kakiku tak kuat menopang berat tubuhku lagi, saat ini aku terduduk di samping kantung mayat yang membungkus Jimin saat ini. Tuhan.. Kenapa rasanya sangat sesak melihat aku harus menyebut Jimin sebagai mayat yang ada di hadapanku saat ini? Kumohon siapapun bangunkan aku dan beritahu aku jika semua ini hanyalah mimpi. Kumohon.. Kumohon siapapun bantu aku..

That's Why; kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang