Rintikkan air hujan mulai menetes tepat ketika aku memasuki tempat tinggalku, tidak.. Bukan apartemenku, melainkan panti asuhan yang dulu menampungku selama bertahun-tahun. Aku memasuki sebuah bilik yang dulu aku gunakan untuk berbagi suka dan duka. Bilik inilah yang menjadi saksi bisu betapa banyak air mata yang kujatuhkan setiap malam karena rasa rindu kepada ayahku. Aku berjalan membuka sebuah laci meja kecil yang berada di sebelah ranjang, kedua sudut bibirku tertarik ketika melihat sebuah buku harian berwarna biru laut tergeletak disana.
"Buku harian milikmu?"-Taehyung
Aku mengangguk menanggapi ucapan Kim Tae, yah.. Aku kesini bersamanya. Aku ingin mengambil beberapa barang yang masih tertinggal disini. Manik mataku masih menerawang buku harian yang berada di genggamanku. Panti asuhan ini memang memberikan sebuah buku harian kepada seluruh penghuni panti, tidak hanya satu melainkan setiap tahun pasti kami akan mendapatkan sebuah buku harian baru. Dan mirisnya, buku harianku adalah yang paling banyak jumlahnya karena aku lah yang paling lama tinggal disini. Buku-buku harianku sudah kubawa bersamaku dulu, tapi yang satu ini tertinggal di laci hingga aku susah payah harus ke tempat ini lagi. Bukannya aku tidak mau menginjak tempat ini lagi, tapi disini terlalu banyak kisah menyedihkan yang aku alami. Hingga rasanya panti asuhan ini menjadi tempat yang paling menyedihkan bagiku.
"Sudahlah nona Park, kau tidak perlu memasang ekspresi menyedihkan itu lagi. Sekarang semua kesedihanmu telah berakhir. Ayo kita pulang."-Taehyung
"Hmm.. Sebentar Kim Tae, aku rasa Jungkook juga tidak membawa buku hariannya dulu saat dia pergi. Jadi kita harus mengambil miliknya juga."-Hyunrim
"Baiklah, ayo ke kamarnya."-Taehyung
Aku mengangguk dan berjalan mendahului Kim Tae. Kakiku dengan fasih melenggang pergi ke arah kamar yang dulu digunakan oleh Jungkook. Penghuni panti ini kian menipis hingga kamarku dan kamar Jungkook tak terpakai lagi. Ibu panti pasti sangat kesepian disini.
Ceklek.. Pintu kamar Jungkook terbuka. Sarang laba-laba terlihat di pojok-pojok atap kamar. Aku tersenyum miris melihat kondisi kamar ini, percayalah ini adalah pertama kalinya aku memasuki kamar Jungkook. Yah aku memang sering menuju ke arah kamar ini, namun Jungkook selalu melarangku untuk memasuki kamar ini. Entah apa alasannya, aku juga tidak tahu sampai sekarang.
"Kenapa kamar ini sangat kotor? Seperti tidak pernah dibersihkan."-Taehyung
"Jungkook selalu melarang orang yang membersihkan kamarnya Kim Tae, aku juga tidak tahu kenapa. Bahkan aku saja baru pertama kali memasuki kamar ini."-Hyunrim
"Benarkah?"-Taehyung
"Hmm.. Sudahlah lupakan, kita cari saja buku harian Jungkook. Dia tinggal di panti ini selama satu tahun, jadi hanya ada satu buku disini. Dan seingatku, dia mendapatkan buku berwarna putih. Kuharap kau mau membantuku mencarinya."-Hyunrim
Aku tersenyum lebar menatap Kim Tae sembari mengerjapkan mataku. Kim Tae yang gemas melihatku menarik kedua pipiku berlawanan arah. Aku mengaduh kesakitan sembari berusaha melepaskan tangannya dari pipiku. Karena tangan besarnya tak kunjung lepas dari pipiku, akhirnya aku memilih untuk mencubit perut buncitnya itu. Terkadang aku menyesal memberi makan seorang Kim Tae jika mengingat perutnya yang menggembung, berbeda dengan perut Jimin dan Jungkook. Ah sudahlah lupakan, menyebut nama Jimin membuatku merindukannya.
Aku berjalan ke arah laci meja, sedangkan Kim Tae menjelajahi ranjang yang dulu ditiduri oleh Jungkook. Dahiku berkerut ketika tak ada apa pun di laci meja, kepalaku lantas menoleh ke arah Kim Tae. Kim Tae pun menggelangkan kepalanya. Tak ada buku apapun disini, lalu dimana Jungkook menyimpannya? Dia benar-benar tidak membawa buku itu dulu. Aku ingat sekali, dia hanya pergi dengan baju dan celana yang ia kenakan.
"Tidak ada apa pun disini, apa kau yakin Jungkook tidak membawanya dulu nona Park?"-Taehyung
"Tidak Kim Tae, aku yakin sekali."-Hyunrim
"Kalau begitu, ayo kita periksa lemari pakaiannya."-Taehyung
"Ah benar, ayo."-Hyunrim
Lemari tua yang usang dan berdebu itu perlahan dibuka oleh Kim Tae, aku yang berada di belakangnya hanya bisa terbatuk karena debu-debu halus itu. Setelah pintu lemari terbuka, aku dan Kim Tae terdiam. Mata kami masih fokus kepada benda-benda yang berada di dalam lemari usang ini. Kau tahu apa yang kami lihat? Borgol, pisau, rantai, bahkan alat pasung terletak di dalam lemari ini.
"A-apa maksud semua ini nona Park?"-Taehyung
Aku masih terdiam, suara Kim Tae hanya semilir angin lalu bagiku. Otakku tak bisa menangkap maksud semua benda-benda yang berada di hadapanku. Perlahan aku berjalan lebih mendekat pada lemari itu dan sedikit menggeser tubuh Kim Tae. Aku masih belum berani menyentuh barang-barang di hadapanku. Namun mataku terus menelisik ke dalam lemari, hingga aku menemukan sesuatu yang menarik. Tanganku terjulur meraih benda yang membuatku penasaran.
Aku hampir saja mengeluarkan isi perutku ketika mencium bau darah bercampur dengan debu yang melapisi benda berbentuk kotak ini. Ini adalah sebuah buku, kubuka lembar pertama dari buku ini. Dengan jelas disana terpampang nama pemiliki buku yang membuatku mual ini.
Jeon Jungkook
Aku terdiam, secara otomatis berbagai pertanyaan muncul di benakku. Namun, dua hal yang harus kuketahui jawabannya adalah.. Kenapa buku harian Jungkook bisa berlumur darah seperti ini? Dan darah siapa yang menempel di buku ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Why; kth ✔
FanfictionSekarang aku tahu jawaban dari semua teka-teki yang ada pada dirimu. Walaupun akhirnya, aku sedikit menyesal saat mengetahuinya. Kumohon, tetaplah bersamaku.-Hyunrim Ayo melakukan segalanya bersama. Aku hanya memilikimu saat ini.-Taehyung #2~lengkap...