Dua puluh empat

155 19 4
                                    

"Jungkook.. Dia mengidap kelainan."-Taehyung

"Apa.. Maksudmu?"-Hyunrim

"Dia memiliki kepribadian ganda."-Taehyung

Mulutku terkatup dengan rapat, masih berusaha mencerna perkataan Kim Tae. Kepribadian ganda?

"Dari kecil dia memang sedikit aneh, beberapa kali dia memukuliku dengan mainan tapi karena saat itu aku masih kecil jadi aku hanya menganggap jika itu hanyalah sebuah candaannya yang sedikit keterlaluan. Hingga akhirnya, 2 tahun lalu tepat disaat ayahku meninggal aku menemukan kertas itu. Kertas keterangan dokter tentang penyakit Jungkook."-Taehyung

Flashback On
Hari kematian ayah Taehyung..

Taehyung berlari menemui ayahnya setelah tak sengaja menemukan kertas keterangan dokter itu.

"Ayah.. Apa ini? Jelaskan padaku apa maksud surat ini?"

"Taehyung? Dimana kau menemukan surat itu?"

"Jelaskan padaku Yah.."

Tuan Kim tampak menghembuskan nafas pelan sebelum akhirnya menatap anak semata wayangnya itu.

"Ya Jungkook memang memiliki kepribadian ganda. Itu hasil laporan satu tahun lalu. Tapi Ayah menyembunyikannya darimu agar dia tak menyakitimu ataupun ibumu."

"Lalu kenapa kau tidak membawanya ke tempat yang seharusnya Yah?"

"Ayah tidak bisa melakukannya Taehyung. Kau tahu ayah membesarkannya seperti anak ayah sendiri. Ayah tak bisa memasukkan dia ke tempat terapinya, dia pasti akan merasa kesepian dan dikucilkan oleh kita."

Taehyung terdiam, di dalam hatinya dia setuju dengan perkataan Ayahnya. Dia juga sangat menyayangi Jungkook layaknya adik kandung.

Saat suasana hening menyelimuti Ayah dan anak itu, sebuah tepukan tangan mengikis keheningan itu.

Prok..prok..prok..

"Kenapa Ayah sangat bodoh huh? SUDAH KUKATAKAN SIMPAN BAIK-BAIK KERTAS ITU!! Ah.. Apa kau memilih anak kesayanganmu itu mati?"

"Tidak Jungkook. Jangan lakukan itu. Taehyung tidak akan mengatakan hal ini kepada siapapun. Kumohon jangan sakiti kakakmu."

"Kakak? Siapa? Dia? Hah dia saja akan pindah kota. Jadi kenapa tak kubuat dia pindah dunia saja? Bukankah itu lebih baik?"

"Jungkook, kumohon jangan lakukan itu."

"BERHENTI MEMANGGILKU JUNGKOOK. NAMAKU JEON DEONGKOOK."

Prang...
Sebuah vas bunga melayang di atas kepala Tuan Kim yang sedang menundukkan diri sembari memeluk erat Taehyung.

Taehyung yang ketakutan hanya bisa diam membisu. Tak pernah sekalipun dia berpikir jika adik kesayangannya akan melakukan itu. Walaupun dia bukan adik kandung, tapi mereka sudah bersama sejak kecil.

Sebuah pisau keluar dari belakang tubuh Jungkook. Dia menyeringai sebelum akhirnya menusuk punggung tuan Kim yang sedang melindungi Taehyung. Sebuah rintihan keluar dari bibir tuan Kim.

Tak lama, nyonya Kim yang mendengar suara tuan Kim mendekat dan seketika tubuhnya beku melihat suaminya sudah penuh dengan sayatan. Nyonya Kim melihat Taehyung yang berada di ujung dekat lemari segera menariknya dan membawanya keluar. Setelah keluar dari kamar, dia mengunci pintu kamar itu dan berlari sembari menarik paksa Taehyung.

"Bu.. Kenapa kau mengunci ayah disana bersama Jungkook?"

"Itu yang terbaik Taehyung, kita akan mencari pertolongan. Ayo."

"Tidak, aku tidak mau. Aku akan tetap di rumah kita bu."

"TAEHYUNG!!! DIAM DAN IKUTI APA YANG IBU KATAKAN. MENGERTI?"

Taehyung yang sudah sangat ketakutan itu pun hanya bisa mengikuti kemauan ibunya.

Sedangkan Jungkook, setelah menghabisi nyawa tuan Kim yang mana adalah ayah angkatnya, dia berjalan gontai keluar dari jendela dengan mudahnya layaknya seorang pembunuh profesional. Dia pergi meninggalkan kota itu dan pergi menuju kota lain.

Selama tiga bulan Taehyung dan ibunya tinggal di sebuah penginapan. Dan selama tiga bulan juga, Taehyung tak pernah bisa berhenti menangisi kebodohannya. Dia selalu menyesal meninggalkan ayahnya saat itu. Dan itu adalah penyesalannya yang tak pernah ia lupakan.

Taehyung pergi meninggalkan kota kelahirannya dan rumahnya yang sudah dijual oleh ibunya. Nyonya Kim telah membeli rumah yang tak kalah mewah dengan rumahnya dahulu. Dengan kerja keras nyonya Kim, akhirnya Taehyung bisa melanjutkan sekolahnya di Seoul dan mereka berdua pun bisa tinggal di rumah yang mewah. Bahkan nyonya Kim menjadi salah satu donatur yang cukup berpengaruh di sekolah yang disinggahi Taehyung.

Namun, tak seperti harapan nyonya Kim. Taehyung justru memilih pergi dari rumah dan tinggal di sebuah ruangan bawah tanah yang disewanya. Sejak saat itulah kehidupan Taehyung menjadi kelabu, tak ada kasih sayang dari ayahnya, ibunya, ataupun adik angkatnya, Jeon Jungkook.

Flasback off

Sungguh aku tak pernah membayangkan jika hal seperti itu bisa terjadi di antara Jungkook dan Kim Tae. Jadi Jungkook yang membunuh ayah Kim Tae? Tidak maksudku pribadi lain yang muncul dalam diri Jungkook yang membunuh ayah Kim Tae?

"Kim Tae.. A-aku tak pernah menyangka jika semua serumit ini. Kenapa kau tidak menceritakan semuanya padaku? Kenapa kau memendamnya sendirian huh? Itu pasti sangat berat untukmu bukan?"-Hyunrim

"Seperti yang kau bilang nona Park, untuk apa aku menceritakan kesedihanku? Lebih baik aku membuat kenangan bahagia bersamamu."-Taehyung

Aku merengkuh tubuh Kim Tae. Sungguh aku menyesal pernah membencinya dulu, aku menyesal selalu mengumpatnya dulu, aku menyesali semua perbuatan menyebalkanku padanya dulu.

"Hei.. Nona Park aku tak bisa bernafas. Sudahlah hentikan tangisanmu. Dasar cengeng."-Taehyung

Aku mengusap air mata yang masih tersisa di pipiku. Kim Tae tengah tersenyum menatapku.

Perlahan tangannya mengacak rambutku dan kembali memelukku. Kini aku terdiam, merasakan debaran jantungku yang tak karuan. Tunggu, ini bukan jantungku. Jantungku berada di sebelah kiri, dan yang berdetak sebelah kanan. Jadi.. Yang berdetak kencang adalah jantungnya Kim Tae?

"K-kim Tae.. Apa kau.. Mempunyai riwayat penyakit jantung?"-Hyunrim

"O-oh? Bagaimana kau mengetahuinya?"-Taehyung

"Kau.. Serius??"-Hyunrim

"Ya, aku memang punya riwayat penyakit jantung stadium akhir."-Taehyung

Mataku terbelalak mendengar ucapannya. Satdium akhir? Jadi.. Hidupnya tak lama lagi?

That's Why; kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang