Tak kuhiraukan lagi ucapan Kim Tae, kakiku segera berlari setelah mendengar nama Jungkook keluar begitu saja dari mulut Kim Tae. Aku tak tahu ada apa dengan Jungkook, rasa takutku membuatku berpikiran negatif tentang kondisi Jungkook. Aku takut, aku terlalu takut jika dia juga meninggalkanku.
Setelah sampai di depan rumah sakit tempat terapi Jungkook, tubuhku mematung menyaksikan banyaknya polisi yang berada di depan rumah sakit. Tidak, itu tidak mungkin terjadi bukan?
Aku menghembuskan napasku pelan dan segera berlari memasuki rumah sakit menuju ruangan dimana Jungkook dirawat. Kulihat Kim Tae sedang menundukkan wajahnya dan bersandar pada dinding rumah sakit, kini langkahku tak cukup kuat untuk kembali berlari. Ah.. Kurasa aku trauma dengan polisi saat ini. Terlalu banyak kejadian menyedihkan saat polisi berada di sekelilingku.
"K-kim Tae."-Hyunrim
Kim Tae menolehkan kepalanya menghadapku. Sebuah senyuman tipis tersungging di bibirnya. Namun tak ada perkataan apapun yang terlontar darinya.
"A-ada apa ini? J-jungkook, dia baik-baik saja bukan?"-Hyunrim
"Tentu saja aku baik Rii."-Jungkook
Aku menoleh dengan cepat mendengar suara Jungkook yang berada di belakangku. Dia kini tengah tersenyum lebar menampilkan gigi kelincinya kepadaku. Syukurlah.. Syukurlah dia baik-baik saja. Setidaknya dia masih bernapas di depanku.
"Kenapa ada banyak sekali polisi disini?"-Hyunrim
"Rii apa kau lupa? Aku ini adalah seorang pembunuh, tentu saja mereka akan mengawalku. Ini saatnya aku menebus semua perbuatanku Rii."-Jungkook
Menebus perbuatannya? Jadi.. Dia akan mendekam di penjara saat ini? Baiklah, aku bersyukur jika dia masih bernapas di depanku. Tapi.. Melihatnya mendekam di penjara merupakan mimpi burukku yang lain. Melihatnya terkurung disini dalam keheningan saja aku tak bisa, apalagi harus melihatnya tidur hanya beralaskan ubin yang sedingin es itu. Ah.. Semua ini benar-benar membuatku gila. Lihatlah, semua kebahagiaan yang ada di dalam takdirku kurasa hanya berlaku beberapa jam saja. Takdir kesedihanku lebih senang menghampiriku hingga membuat kebahagiaan tak betah berlama-lama berkunjung.
Para petugas kepolisian memberikan waktu untuk kami berbicara, bukan hanya aku dan Kim Tae. Kak Seokjin dan kak Yoongi pun telah hadir di tengah-tengah kami. Tak banyak yang kami lakukan, hanya saling menyemangati satu sama lain. Dorongan semangat dari orang terdekat kita adalah hal yang cukup besar pengaruhnya.
Hingga akhirnya, waktu yang diberikan telah habis. Pergelangan tangan Jungkook mulai dihiasi dengan sebuah borgol. Aku menatap borgol itu dalam diam, borgol itu seolah melekat erat di pergelangan tangannya.
"Kami akan sering menjengukmu, jaga dirimu baik-baik Kook."-Seokjin
"Kami tidak akan meninggalkanmu, jadi jangan pernah meninggalkan tubuhmu untuk seorang Jeon Deong Kook lagi."-Yoongi
"Baiklah hyung, maafkan aku jika sisi lainku membuat kalian menderita. Tapi.. Bisakah kalian menjaga Tae hyung dan Rii untukku?"-Jungkook
"Tentu saja, tanpa disuruh pun kami akan menjaganya. Kau cukup khawatirkan dirimu sendiri."-Yoongi
Aku dan Kim Tae masih terdiam menyaksikan percakapan ketiga orang yang berada di hadapanku. Entah kenapa sosok ketiganya terlihat sangat tegar, bahkan senyuman selalu tersungging dari bibir mereka.
Aku menghembuskan napas pelan dan berjalan mendekati Jungkook. Bibirku masih tak bisa mengeluarkan satu kata pun, hanya tanganku yang kini beralih merengkuhnya. Merengkuh bayi kelinci yang rasanya baru saja kupungut dijalanan kemarin. Aku bahkan masih ingat betapa pucatnya raut wajahnya saat itu, dengan darah yang menghiasi baju dan tangannya. Wajah ketakutannya yang akhirnya membuatku membawanya pergi bersamaku.
"Terimakasih Rii, terimakasih karena kau telah menyelamatkanku dulu. Terimakasih telah merawatku, dan tetap berada di sampingku hingga saat ini."-Jungkook
Jungkook membisik pelan di sela-sela pelukan kami. Aku melepas pelukanku dengan tersenyum manis. Kudengar langkah Kim Tae yang mendekat ke arah Jungkook. Dan dalam sekejap, posisiku telah tergantikan oleh Kim Tae.
Setelah melepas pelukannya Kim Tae memukul pelan lengan Jungkook. Jungkook sedikit meringis kesakitan. Kedua saudara itu kini tengah tertawa bersama. Entah apa yang mereka tertawakan yang jelas aku tahu jika mereka hanya sedang memberi semangat satu sama lain. Namun candaan mereka terhenti karena kedua polisi yang menghampiri kami dan siap membawa Jungkook ke penjara.
Kami berempat memutuskan untuk ikut mengantarkan Jungkook ke penjara. Dengan pakaian hitam yang masih kami kenakan, kami pergi mengikuti Jungkook. Untung saja Kim Tae kesini menggunakan mobilnya, jadi kami tak perlu menaiki bus. Di dalam mobil, aku menyempatkan diri untuk menelpon ayahku, tadi aku belum sempat berpamitan padanya.
"Halo."
"Halo ayah, maaf aku pergi terburu-buru sampai lupa pamit kepadamu."
"Tidak apa-apa. Nyonya Kim memberitahu ayah tadi. Jungkook baik-baik saja bukan?"
"Dia masih tersenyum, tapi aku yakin dia akan menangis sendirian nanti. Dia itu tak suka terlihat lemah."
"Baiklah, jaga dirimu. Kau bersama Taehyung kan?"
"Iya ayah, dia ada di sampingku."
"Hibur dia, dia juga pasti sangat terpukul dengan keadaan ini."
"Baik ayah, mungkin aku akan pulang saat sore nanti."
"Iya, ayah mengerti. Asalkan kau pulang dalam keadaan baik-baik saja."
"Iya ayah, aku tutup teleponnya."
"Iya."
Aku menjauhkan ponselku dari telingaku dan meletakkannya di pahaku. Kini manik mataku fokus menatap Kim Tae yang berada disampingku. Aku memainkan pipinya untuk sekedar membuatnya menatapku dan dalam hitungan detik kini dia memelukku. Kudengar napas berat yang keluar dari bibirnya. Mendengar hal itu, tanganku tak kubiarkan diam saja. Mengelus punggungnya dan rambut halusnya adalah hal yang utama kulakukan, karena Kim Tae akan merasa tenang jika aku melakukan hal itu.
"Sudahlah Tae, setidaknya dia masih bersama kita. Kita masih bisa melihatnya berdiri dengan tegap dan mendengar helaan napasnya, kita masih bisa melihat pertumbuhannya. Aku yakin dia akan jadi orang yang membanggakan suatu saat nanti."-Hyunrim
Kim Tae melepas pelukannya, dia mengerjapkan mata sembari mengerutkan dahinya. "Aku sudah tidak sedih Nona Park, aku hanya merindukan pelukanmu. Jadi aku memelukmu."-Taehyung
"Ishh.."-Hyunrim
Kim Tae terkekeh hingga menampilkan senyuman kotaknya. Tanganku beralih menghujaninya dengan pukulan pada lengannya. Namun sebuah suara yang dingin dan menusuk dari kursi penumpang di belakang membuat aku dan Kim Tae terdiam.
"Hentikan tingkah laku kekanakan kalian."-Yoongi
"Tidak, tidak. Lanjutkan saja, kalian sudah tak tinggal seatap bukan? Jadi lakukan selagi bisa."-Seokjin
Entah hanya otakku yang berpikiran kotor atau memang kata-kata kak Seokjin terdengar sedikit ambigu di telingaku.
"Apa kau tak merasa kata-katamu itu terlalu aneh untuk di dengar. Orang yang mendengarnya bisa saja berpikiran macam-macam."-Yoongi
"Tak bisakah kau sedikit mengontrol nada bicaramu? Orang yang mendengarnya bisa berpikiran jika kau itu sedang memarahinya."-Seokjin
Dan akhirnya perjalanan kali ini dilengkapi dengan keributan kecil antara dua orang yang sudah berumur itu. Kim Tae yang mempunyai otak jail itu kini tengah merekam aksi mereka, aku hanya bisa terkekeh menikmati kebahagiaan kecil ini.
***
Mau minta maaf kalo alurnya makin ngga jelas(kaya yg nulis) dan ngga sesuai sama ekspetasi kalian. 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Why; kth ✔
FanfictionSekarang aku tahu jawaban dari semua teka-teki yang ada pada dirimu. Walaupun akhirnya, aku sedikit menyesal saat mengetahuinya. Kumohon, tetaplah bersamaku.-Hyunrim Ayo melakukan segalanya bersama. Aku hanya memilikimu saat ini.-Taehyung #2~lengkap...