Tiga Puluh Enam

145 19 3
                                    

Kini kami telah sampai di tempat dimana Jungkook membayar kesalahannya. Maksudku.. Kesalahan yang diperbuat oleh Deongkook. Kami hanya bisa memandang Jungkook yang mulai memasuki ruang ganti untuk mengganti bajunya. Kini Jeon Jungkook resmi dinyatakan menjadi salah satu tahanan di penjara ini. Karena ini bukan waktu jam besuk, maka kami hanya bisa melihat sampai Jungkook berganti pakaian. Dan setelah itu, Jungkook benar-benar menghilang di balik jeruji. Kak Seokjin dan kak Yoongi mengisyaratkanku untuk mengajak Kim Tae pulang, aku hanya bisa mengangguk patuh.

Kugoyangkan lengannya dengan perlahan, "Kim Tae, ayo pulang. Kita akan kembali besok. Bukankah kita masih memiliki waktu libur selama 3 hari?"

Kim Tae hanya tersenyum simpul dan menganggukkan kepalanya. Kakinya melangkah pergi keluar dari kantor polisi ini. Aku bersama kedua kakak kelas di sampingku hanya bisa mengikutinya dalam diam. Setelah sampai di luar kantor, aku menarik lengan Kim Tae yang hendak berjalan menuju mobilnya. Kepalaku menggeleng dan beralih menarik lengannya menuju ke arah berlawanan dan membiarkan kak Yoongi dan kak Seokjin pulang terlebih dahulu. Matahari telah cukup menjorok ke barat, yah walaupun belum menampakkan sinar jingganya namun aku yakin tempat itu pasti sudah bisa dikunjungi.

"Nona Park, kita mau kemana?"-Taehyung

"Emmhh.. Ikuti saja aku."-Hyunrim

Aku terkekeh kecil melihat wajah Kim Tae yang terlihat konyol saat berpikir. Kakiku terhenti saat melihat tempat tujuanku telah berada di hadapanku. Syukurlah tempat ini sudah bisa dikunjungi, dan suasananya pun tak begitu ramai, sangat pas untuk menenangkan diri.

"Pasar sore?"-Taehyung

"Pasar malam Tae, bukan pasar sore."-Hyunrim

"Tapi ini masih sore hari, jadi aku tidak salah bukan?"-Taehyung

"Baiklah..baiklah.. Terserahmu. Ayo kita naik bianglala."-Hyunrim

"Kau masih ingin menaiki bianglala?"-Taehyung

"Tentu saja. Ayooo."-Hyunrim

Aku menarik lengan Kim Tae membawanya menuju ke loket karcis untuk menaiki bianglala yang tak cukup tinggi itu.

Kini, aku dan Kim Tae benar-benar seperti burung yang sedang terkurung di sebuah sangkar dan perlahan sangkar ini terbang ke atas. Guratan tipis sinar jingga yang mulai menghiasi langit membuat suasana menenangkan.

"Wahh.. Aku tak tahu jika menaiki bianglala akan seindah ini."-Taehyung

"Hmm.. Sangat indah. Tapi Kim Tae, kau tidak takut bukan? Kau itu takut ketinggian kan?"-Hyunrim

"Yahh tapi kurasa ketakutanku berkurang karena keindahan ini."-Taehyung

"Syukurlah.. Kita pasti bisa melihat matahari tenggelam dari sini bukan?"-Hyunrim

"Mungkin... Tapi aku berharap matahari tak akan pernah terbenam."-Taehyung

Aku mengerutkan dahiku mendengar ucapan Kim Tae.

" Memangnya kenapa? Bukankah semua orang menantikan saat matahari terbenam? Karena sinar jingga saat matahari terbenam itu sangat indah."-Hyunrim

Kim Tae berdecak, "Jika matahari terbenam, maka aku tidak bisa melihatmu. Senyumanmu dan cahaya jingga sore ini adalah perpaduan yang sangat indah dimataku. Itu sebabnya aku berharap waktu berhenti sebentar saja, atau setidaknya biarkan sang surya terbit lebih lama. Agar aku bisa menikmati keindahan ini lebih lama lagi."

Aku menghembuskan napas kesal, aku tak mau menganggap perkataannya terlalu serius karena terkadang Kim Tae hanya ingin menggodaku atau ucapannya yang puitis itu hanyalah sebuah kalimat yang ia baca dari sebuah buku. Sungguh aku tak ingin dipermainkan lagi olehnya.

That's Why; kth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang