Azmi POV
Aku menatap buku catatanku yang tergeletak di meja. Keadaan ekonomi keluargaku kini sedang dalam masa sulit-sulitnya.
Allah sedang menguji keluargaku.
Aku tidak harus menambah beban orang tuaku dengan biaya kuliahku 'kan?
Aku harus melakukan sesuatu.
Aku tidak akan menjadi keledai pemalas.
Aku akan mencari kerja.
•••
"Kam, aku mau cari kerja. Punya rekomendasi kerjaan gak?" Aku membuka percakapan.
Kini, aku sedang berada di kantin kampusku bersama Ahkam. Beruntunglah keadaan kantin tidak ramai kali ini.
Ahkam yang sedang menyeruput jus mangganya mendongak, "Kenapa kamu cari kerja, Mi?" tanyanya.
"Buat nyari cewek cantik, Kam," jawabku kesal. Entahlah, kadang otak sahabatku ini tidak sinkron dengan wajah tampannya.
"Astagfirullah, Azmi. Ingat. Jangan turuti nafsu, tanamkan dihati iman yang kokoh. Pacaran tidak perlu, temukan cinta dalam istikharah~," Ahkam malah bernyanyi ria.
Aku memutar bola mataku, "Aku kerja mau cari uang lah, masa cari cewek sih, Kam," ucapku kesal.
"Ohh, kirain," jawabnya baru mengerti. Ahkam menyeruput jusnya kembali, "Kamu mau kerjaan yang kayak gimana?" tanyanya.
"Maunya sih yang gak ganggu jadwal kuliah, atau jadwal tolab, terus cuman sebentar dan gajinya besar," jawabku lancar.
Ahkam membulatkan matanya, lalu melayangkan ujung sendok ke keningku. Aish, kasar sekali!
"Hey! Mana ada kerjaan yang gitu? Kerja aja sana di tempat ninimu!" ucap Ahkam kesal.
Aku tersenyum, menunjukkan deretan gigiku. "Ya, intinya jangan ganggu jadwal kuliah, deh."
Ahkam menyimpan jarinya di dagu, "Kamu tau gak SLB di blok sebelah rumahku? Coba datang kesana deh, kayaknya lagi butuh pegawai," ujar Ahkam memberi saran.
Aku tersenyum puas, "Kamu emang sahabat aku yang paling keren plus lemot, Kam."
•••
Aku berjalan menyusuri komplek rumah Ahkam. Ya, aku mencari SLB yang direkomendasikannya.
"Belok kanan, atau kiri ya?" gumamku pada diri sendiri.
Okelah. Daripada tersesat, lebih baik buka 'mas google map' saja.
Aku mengambil handponeku di saku, tapi aku malah mendapatkan kertas kecil.
Ah, kertas itu adalah kartu nama perempuan yang kutabrak kemarin, "Oh, Ayesha toh namanya." Aku bergumam lagi, lalu menyimpan kembali kertas itu kedalam saku.
Setelah mengikuti arahan dari goggle map, akhirnya aku tiba di SLB yang Ahkam maksud.
Aku disambut oleh wanita berhijab syar'i, yang ku kira berumur 36 tahunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuki Fillah ✅
FanfictionUntuk Kamu, Seseorang yang menyadarkan bahwa kalimat sederhana 'Ana Uhibbuki Fillah', memiliki makna yang lebih dalam dibanding kata 'I Love U'. started: April 2018^ cover by: @bengkelangit