Arbaa'asyara-Empatbelas

2.1K 170 5
                                    

Azmi POV

Aku berjalan santai menuju masjid kampus. Wajahku menampilkan senyuman karena seperti biasa mahasiswi disini senang sekali menyapaku.

Bukan aku pamer, mereka sendiri yang bilang bahwa aku tampan. Ya, aku hanya bisa bersyukur dan menerimanya dengan lapang dada.

Namun percayalah, senyum di wajahku bukan sepenuhnya merespon sapaan mereka.  Mood-ku memang sedang dalam keadaan baik kali ini.

Aku baru saja bertemu Ayesha. Entahlah, rasanya begitu tenang saat melihat ia sehat. Aku benar-benar melihat sosok Fatimah adikku dalam dirinya. Banyak kesamaan diantara mereka.

Tak terasa aku sudah berada di halaman masjid. Dapat kulihat Ahkam dan Aban sedang duduk di teras masjid. Mereka sedang bercakap ria.

"Assalamualaikum!" sapaku menghampiri mereka.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serentak.

Tak perlu basa-basi, aku langsung menanyakan alasan mereka memanggilku. "Ada apa?" tanyaku.

Aban tampak menggeleng, lalu menarik lenganku, "duduk dulu bro," titahnya.

Aku menurut, lalu duduk di tengah mereka.

Ahkam memberikan kertas undangan kepadaku, "minggu depan kita tampil disini," katanya.

Aku mengambil undangan tersebut lalu membacanya. "Okedeh, Azmi siap selalu," ucapku seraya tersenyum.

"Masalahnya kita gak jadi vokal hadroh, Mi. Kita jadi penyanyi disana," ucap Ahkam sedikit khawatir.

Aku tersenyum, "yang penting bukan nyanyi dangdut 'kan?"

"Eh bener juga ya," sahut Ahkam.

Ahkam menatapku dan Aban dengan tatapan horor. "Tetep aja harus kita siapin lagunya."

"Yaudah berarti kita cari aja lagunya. Kalaupun kita harus latihan waktunya masih seminggu lagi 'kan? Masih ada waktu kok," ucapku menengahi.

Ahkam dan Aban mengangguk setuju. Mereka itu memang penurut, hehe.

•••

Ayesha POV

Aku menatap kertas kecil di depanku ini. Isinya hanya bertuliskan 'Kak Ayesha, Zaina kangen' namun entah mengapa itu membuatku tersenyum.

Tulisan Zaina jauh dari kata rapi, namun aku masih bisa membacanya. Anak itu sudah seperti adik bagiku, tentu saja aku juga merindukannya. Tapi mau bagaimana lagi, aku benar-benar sibuk akhir-akhir ini. Omong-omong, Azmi yang memberikan kertas itu tadi.

Aku mengambil handphone dari tasku, berniat akan menghubungi Hanna. Ada pesan grup dari Hanny yang belum sempat kubaca.

HannyH : tumben banget cha kamu telpon ke telepon rumah @AyeshaH

HannaN : oh iya? ada apa cha?

Aku mengerutkan kening saat melihat pesan si kembar. Rasanya aku tidak pernah menelpon mereka, apalagi ke telephon rumah. Aku menuliskan sesuatu, membalas pesan mereka.

AyeshaH : aku gak nelpon kok
AyeshaH : btw, Hanna. Temenin aku di kantin deket ruang dosen cepetan:(

HannyH : beneran, cha? tadi ada telpon tapi gak ngomong-ngomong. aku kira itu kamu

HannaN : aku otw cha~
HannaH : hayoloh itu siapa? @HannyH

HannyH : ih kok jadi horor gini:'
HannyH : HANNA CEPET PULANG DONG, SEREM BANGET DIRUMAH!

Ana Uhibbuki Fillah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang