Azmi POV
Aku menyusuri gang sempit yang sama sekali tidak melebar ini. Kamera menggantung di leherku.
Kakiku terhenti tepat di depan SLB ini. Fiuhh~
Sungguh. Aku merindukan tempat ini. Rasanya aku sudah meninggalkan tempat ini dalam satu tahun, padahal aku baru saja mengambil cuti selama sebulan.Iya, aku mengambil cuti. Kalian pasti tahu bagaimana sibuknya seorang mahasiswa di bulan-bulan ujian semesteran.
Akhirnya aku terbebas dari belenggu buku dan kawan-kawannya.
Alhamdulillah. Kali ini waktunya istirahat dan berlibur.
Seperti biasa, aku disambut oleh Mang Ardi yang sedang menyapu halaman. SLB ini tampak sepi. sepertinya anak-anak sedang ada di kelasnya.
"Assalamu'alaikum, Mang Ardi." Aku menyapa ramah.
"Eh Waalaikumsalam, Jang Azmi. Meni pangling ih, tos lami teu ninggal raray ganteng jang Azmi," katanya dengan bahasa sunda.
Aku terkekeh, menggaruk kepala belangku. "Mang, Azmi gak ngerti bahasa Sunda," jawabku jujur.
Mang Ardi ikut terkekeh, "Eh enya, Mamang lupa," katanya nyengir.
"Mamang teh jadi linglung, udah lama gak lihat muka gantengnya jang Azmi," lanjut Mang Ardi mentranslate kata-kata sebelumnya.
Aku tersenyum, "Mang Ardi bisa aja, sebulan kemarin Azmi sibuk tugas sama ujiang kuliah, Mang. Jadinya Azmi cuti dulu," jawabku.
Mang Ardi mengangguk paham, "Enya atuh sok, cepetan masuk. Pasti pada kangen sama jang Azmi."
Aku mengangguk, lalu melanjutkan langkahku menuju ruangan depan, tempat menerima tamu.
Aku mengetuk pintu, memberi salam. Tapi sepertinya guru-guru disini sedang mengajar. Alhasil aku langsung membuka pintu ruangan ini.
Ruangan ini masih sama seperti pertama kali. Ruangan ini adalah ruangan dimana aku melamar kerja kesini yang disambut oleh Bu Fitri.
Ruangan ini juga yang pertama kali mempertemukanku dengan Ayesha.
Ah, ralat. Kedua kalinya aku bertemu Ayesha. Pertama kali aku bertemu dengannya yaitu saat insiden tabtakan itu di kampus.
Aku menghela nafas. Sebulan ini aku tidak bertemu dengannya. Terakhir kali itu saat bertemu di taman SLB.
Tapi percayalah, aku masih menjaga silaturahmi. Terkadang aku sering menanyakan kabarnya lewat internet.
Aku mendudukan pantatku di kursi tamu, lalu mengeluarkan handponeku. Aku ingin menelpon umi.
"Hallo umi. Assalamualaikum," sapaku girang saat panggilanku terjawab.
Umi terkekeh, "Waalaikumsalam, anak umi yang paling ganteng."
Sontak, aku tersenyum mendengar jawab umi dari sebrang. Tidak seperti biasanya umi memujiku seperti itu.
"Umi kayaknya lagi seneng benget hari ini," tuturku.
"Iya, Azmi. Umi seneng banget. Alhamdulillah Abi udah sembuh total, nak." katanya riang.
Aku bernafas lega. "Masya Allah. Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah." Aku sangat bersyukur. Akhirnya Abi sembuh.
"Iya Alhamdulillah sekali, Mi. Ya, walaupun tangan kiri Abi masih belum bisa di gerakkan. Setidaknya sekarang ia udah bisa jalan."
"Emangnya Abi sakit apa, Mi?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuki Fillah ✅
FanfictionUntuk Kamu, Seseorang yang menyadarkan bahwa kalimat sederhana 'Ana Uhibbuki Fillah', memiliki makna yang lebih dalam dibanding kata 'I Love U'. started: April 2018^ cover by: @bengkelangit