Samaniatun-Delapan

3.1K 224 2
                                    

Azmi POV

Aku menyandarkan kepalaku di tembok masjid. Ini malam minggu, dan inilah kebiasaanku. Salah satu caraku mendapatkan uang untuk kuliah.

Ah, sebenarnya niat utamaku adalah menyebarkan dakwah. Aku bersama anggota syubband lain, berdakwah untuk para remaja.

Coba kalian fikir saja. Hampir para pengguna narkoba itu kaum remaja. Sekarang, berapa banyak remaja yang terjerumus pergaulan bebas? Berpacaran, keluar malam, mabuk-mabukan, dan masih banyak lagi.

Bahkan hal-hal seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah. Miris sekali negara ini.

Maka dari itu, Syubband ada untuk mengajak para remaja agar merubah kebiasaan hal tersebut. Menggantinya dengan kegiatan bermanfaat. Bersholawat, berdzikir, menuntut ilmu, itu lebih baik.

"Heh! Ngelamun terus ih!" komentar Sya'ban.

Aku hanya terkekeh mendengar komentarnya.

bip.bip.bip.

Alarm masuknya waktu sholat Isya terdengar nyaring. Suara adzan sahut menyahut dari masjid lain.

"Mi, sana adzan," titah Sya'ban menyikut lenganku.

Aku melirik Sya'ban,"Isya kan bagian Ahkam, bukan aku," ujarku.

Sya'ban memutarkan bola matanya, "Disuruh adzan kok gamau. Yaudah deh aku aja yang adzan," ujarnya melenggang pergi menuju mimbar.

Jujur. Bukan tidak mau, tapi tadi Magrib juga aku sudah adzan. Masa Isya aku juga adzan? Nanti orang yang denger bosen sama suaraku. Terlebih lagi selesai sholat isya kan ada tolab. Kalau suaraku habis gimana?

Suara Sya'ban mengalun lembut, membuat orang-orang tergertak untuk sholat berjamaah di masjid.

Lalu selanjutnya, orang-orang berdiri untuk sholat sunnah. Begitupun aku.

¤¤¤

Ayesha POV

"Udah adzan tuh, sholat dulu yuk cepetan. Biar dapet duduk di depan," ujar Hanna melenggang pergi berwudhu.

"Gamau tau Echa juga harus ikut!" tambah Hanny lalu membuntuti kembarannya.

Mereka memaksa. Ya, mau tidak mau akupun harus ikut. Tapi tak apa sih, sekalian mencari inspirasi juga.

Selesai sholat aku mengganti pakaian kamarku dengan gamis. Ya, gak mungkin 'kan aku pergi tolab dengan baju tidur?

Hanna-Hanny si kembar itu sudah memakai gamis juga sudah berkerudung rapi.

Aku membuka jendela kamar, mencoba merasakan angin luar saat ini. Ternyata cukup dingin. Maka aku memutuskan memakai hoodie pink soft kesayanganku.

"Echa! Buruan ih! Biar di depan!" teriak Hanna yang sudah menunggu di bawah.

Aku turun dan disambut oleh muka kesal mereka. Aku berjalan lempeng tanpa mempedulikan muka kusam mereka.

Hanna dan Hanny sedikit menghentakkan kakinya lalu mengekoriku. Mereka ini memang seperti anak kecil.

"Echa, Hanna, Hanny! Mau pada kemana malem-malem gini?" teriakan Umi membuatku menghentikan langkah.

Aih. Gara-gara si kembar, aku jadi lupa berpamitan.

Umi berjalan mendekati kita, "Mau pada kemana?" tanyanya lagi.

Ana Uhibbuki Fillah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang