Ayesha POV
Gemercik air terdengar merdu di luar jendela kamarku. Langit mendung mendominasi.
Entah mengapa sore ini hujan. Rasanya tadi siang matahari tampak bersemangat memancarkan sinarnya.
Aku membuka laptop merahku. Tidak ada yang harus kutulis, karena ceritaku sudah selesai. Aku berfikir untuk membuat cerita baru, tapi entahlah, aku belum terlalu yakin.
Aku menutup kembali laptop kesayanganku ini. Ah membosankan!
Pandanganku beralih pada benda kotak disampingku ini. Aku membuka lockscreen handponeku. Ada beberapa pesan yang belum terbaca. Termasuk pesan dari Azmi. Aku sama sekali tidak marah padanya. Gak ada alasan jelas
buat aku marah, 'kan? Aku hanya ... menjaga jarak mungkin.Karena tidak ada hal menarik, aku memutuskan untuk turun. Umi terlihat sedang menonton televisi ditemani dengan sepiring mangga.
Aku duduk tepat di sampingnya, menyambar mangga manis itu dan mendaratkannya kemulut.
Umi menggelengkan kepalanya melihat tingkahku yang terkesan seperti anak kecil."Echa gak ada tugas kuliah?" tanya umi membuka percakapan.
Aku menggeleng, lalu menyadarkan kepalaku di pundaknya. Lagi-lagi Umi tersenyum karna tingkah manjaku.
Umi membetulkan posisi duduknya. "Oh iya, Cha. Hanna sama Hanny gimana? Mereka masih marah?"
Ah, benar juga. Mereka sedang dalam masalah. Entah mengapa mereka bersikap kekanakan seperti itu, namun aku juga tidak bisa menyalahkan. Karena kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam hati seseorang, pun dengan perasaannya.
"Kita doain aja biar masalah mereka cepet selesai, Mi." Aku berucap dengan isyarat.
Umi mengangguk, "mereka cuman gak tau apa yang sebenarnya terjadi."
••••
Author POV
Rahma mengotak-ngatik benda dapurnya. Ah, sudah lama sekali ia tidak memasak di tempat ini.
Diluar hujan, maka Rahma memutuskan untuk membuat makanan dan minuman yang hangat-hangat.
Rumah ini tampak sepi tanpa anak kembarnya. Ekspetasi yang ia harapkan sungguh berbanding terbalik dengan realiata.
Rahma yang berharap akan disambut baik dengan anak kembarnya, malah mendapat tolakan mentah dari mereka.
Gapapa, mereka butuh waktu. -batinnya.
Rahma mengaduk minuman yang baru saja ia seduh. Wangi jahe menyeruak menuju indra penciumannya.
"Ah wanginya~" gumamnya.
Ia membawa minuman itu menuju suaminya, lalu kembali lagi ke dapur dengan menggunakan apron. Rahma berniat untuk membuat martabak manis.
Tangan kanannya sibuk mengambil bahan-bahan, sedangkan tangan kirinya menenteng mangkuk ukuran besar untuk adonan.
"Wheat, sugar, water, cheese. Oke, let's go!" gumamnya mengabsen semua bahan.
"Perlu bantuan?"
Tepat saat Rahma memasukkan bahan-bahan, suara seseorang menghentikan aktivitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuki Fillah ✅
FanfictionUntuk Kamu, Seseorang yang menyadarkan bahwa kalimat sederhana 'Ana Uhibbuki Fillah', memiliki makna yang lebih dalam dibanding kata 'I Love U'. started: April 2018^ cover by: @bengkelangit