Arbaatun Wa Tsalaatsuuna- TigaPuluhEmpat

804 64 11
                                    

((Masih stay ngga?))

((Masih stay ngga?))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

punten...

Ayesha POV

[Kak, bisa kita ketemu di Cafe Alaska sekarang?]

Pesan itu aku kirim untuk Kak Khaidar. Dan Pesan itu aku kirim setelah aku meninggalkan Azmi di taman SLB.

Tidak ada alasan khusus mengapa aku meninggalkan Azmi tadi. Hanya saja, aku perlu memastikan sesuatu. Dan aku perlu bertemu Kak Khaidar sekarang.

[Oke, tunggu 15 menit lagi aku datang.]

Balasan itu membuatku bernapas lega. Aku memasuki Cafe Alaska lalu memesan kopi. Sembari menunggu, aku memutuskan untuk mengirim pesan pada Hanna-Hanny.

AyeshaH : Na, Ni. Echa lagi di Cafe sekarang, mau ketemu kak Khaidar.

HannaN : Cha?

HannyH : JADI AKHIRNYA KAMU PILIH KAK KHAIDAR, CHA?

AyeshaH : Perih mataku baca capslock pesan kamu, Ni.

HannaN : JADI BENER, CHA?

AyeshaH : Apaan sih?! Orang mau ngobrol juga.

HannyH : PASTI NGOBROLIN TENTANG LAMARAN KAN?!

HannyH : KOK KAMU GAK DISKUSI DULU SAMA KITA SIH, CHA? JAHAT KAMU SEKARANG. HANI GASUKA.

AyeshaH : lebay banget, jijik.

AyeshaH : Lagian harus banget emang Echa diskusi sama kalian? Gapenting.

HannyH : WAH MAKIN HARI MAKIN SAVAGE NIH ANAK. HARUS KITA APAIN NIH, NA?

HannaN : kayaknya di cocokin sianida seru nih J

Ayesha tersenyum membaca pesan random dari kedua sahabatnya itu. mereka memang selalu berlebihan, apalagi setelah kecelakaan itu.

Pernah suatu hari, saat aku akan menemui editorku yang kebetulan malam hari –setelah magrib, aku lupa mengabari mereka karena ponselku mati. Dan apa yang terjadi?

Saat aku tiba dirumah, mereka –Hanna Hanny ditambah Umi- sudah duduk di depan teras dengan melipat dada. Dan setelah itu, mereka mengomeliku sampai tengah malam.

Berbeda dengan Hanna yang kini menjadi lebih dewasa dan kalem, Hanny malah semakin heboh dan cerewet. Mungkin karena dia Guru SD, jadi jiwa anak-anaknya menular. Entahlah.

Baru saja aku akan membalah pesan Hanna, ketukan di meja membuatku urung melakukannya. Ternyata Khaidar sudah tiba.

"Assalamualaikum, Cha." Sapanya ramah seperti biasa.

Aku tersenyum lalu menggumam membalas salamnya.

Kak Khaidar duduk di depanku, lalu menyimpan paper bag di meja. "Ini, oleh oleh dari Jepang. Ada buat Hanna-Hanny juga, tolong kasihin ya," ucapnya.

Ana Uhibbuki Fillah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang