Ayesha POV
Gerbang putih setengah badan ini tidak berubah. Sama seperti dua tahun lalu. Selalu menyambutku untuk memasuki gedung ini. Ya, SLB Harapan Kita.
Arlojiku menunjukkan pukul sepuluh pagi. Itu tandanya anak-anak sedang istirahat.
Aku melangkahkan kakiku mencari keberadaan anak-anak. Kalau ngga di kelas, pasti di taman belakang, gumamku.
Aku mengintip mereka dari jendela. Mereka sedang berbaris, entah untuk apa.
Saat aku melihat ke barisan paling depan, ternyata ada seorang lelaki yang membagikan permen dan coklat.
itu Azmi. Dengan kebiasaan yang sama seperti dua tahun lalu, membagikan makanan manis pada anak-anak, entah itu permen atau coklat.
Tanpa sadar, aku tersenyum. Teringat bayangan masalalu, dimana ia selalu menyemangatiku dengan memberi permen lolipop.
'Nih, permen. Biar nulisnya gak ngantuk.'
'Selain manis, permen terbukti membuat fikiran seseorang tidak kosong.'
Itu kata-kata yang sering ia ucapkan. Aku tidak ingin menganggu quality time azmi dengan anak-anak. Alhasil aku memutuskan pergi ke taman belakang.
Tapi sebelum itu, seseorang menarik tanganku. Itu Zaina.
Aku tersenyum lalu mensejajarkan tinggiku dengannya.
"Ada apa?" tanyaku dengan isyarat.
Zaina tersenyum, memberikan permen dan coklat plus sticky note yang bertuliskan 'Nih permen, biar pikirannya gak kosong terus gak ngelamun. -Azmi'
"Makasih,"jawabku lalu menyimpan permen dan coklat itu dalam saku.
"Makasihnya jangan ke Zaina, ke Kak Azmi aja," ucap anak yang kini berusia tujuh tahun.
Aku hanya tertawa lalu mengusap kepalanya. "Main ke taman belakang yuk!"ajakku yang ternyata mendapat gelengan dari Zaina.
"Zaina mau main sama kak Azmi dulu, sama Kak Ayesha nanti aja,"jawabnya.
Aku mengangguk pasrah lalu meninggalkan Zaina yang masuk kembali ke kelas.
Tidak ada yang berubah dari taman ini. Wahana bermain anak-anak, bangku taman juga bunga mawar di sekeliling.
Aku memilih duduk di ayunan, dan mengayunkannya. Tanpa sadar mataku menutup, menikmati semilir angin berpadu sinar mentari yang cukup terik.
Huft. Jujur, kepalaku dipenuhi berbagai hal. Terlebih mengenai dua lamaran yang datang padaku. Aku benar-benar tak bisa memilih.
"Assalamualaikum, permisi boleh saya duduk disini?"
Refleks, aku membuka mata saat mendengar suara lelaki. Itu Azmi, duduk di ayunan sebelahku.
Aku tersenyum canggung, lalu mengeluarkan note-ku dan menuliskan sesuatu.
"Waalaikumsalam. Silahkan,"tulisku.
"Kenalin, Azmi Askandar yang dua hari lalu melamarmu," ucapnya yang membuatku tersenyum.
Aku kembali menuliskan sesuatu, "Iya udah kenal,"tulisku.
Azmi mengerutkan keningnya, "Kamu, ingat?"tanyanya. dan aku mengangguk sebagai jawaban.
"Beneran, Sha? Sejak kapan? Kok kamu gak kaget sih kemarin aku tiba-tiba muncul di rumah kamu terus tiba-tiba lamar kamu?" tanyanya membombardir.
"Udah enam bulan lalu," jawabku singkat.
Entahlah, aku hanya bingung harus menjawab apa. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya, tapi semua itu tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuki Fillah ✅
FanfictionUntuk Kamu, Seseorang yang menyadarkan bahwa kalimat sederhana 'Ana Uhibbuki Fillah', memiliki makna yang lebih dalam dibanding kata 'I Love U'. started: April 2018^ cover by: @bengkelangit