Author pov.
"Apa yang terjadi padamu?".
Intan hanya diam dan mengabaikan pertanyaan dari sisil.
Ya, sisil kini telah menjadi bagian dari keluarga intan orangtua intan sudah bersedia mengangkat sisil sebagai anaknya.
Pasalanya mereka kasihan melihat sisil yang sudah tidak punya siapa-siapa lagi jadi keluarga intan sangat tidak keberatan jika menganggap sisil sebagai salah satu dari keluarganya.
"Ceritakan, jangan di pendam seperti itu" ucap sisil.
Intan menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan.
"Aku tidak pernah menyangka soal ini sil".
"Soal yang mana?" Tanya sisil
"Soal gege".
Sisil tampak tercenung, dia tahu kalau sebenarnya gege menyimpan perasaan untuk intan.
"Jangan di fikirkan, dia hanyalah orang lain". Ucap sisil seraya menenangkan intan
"Bagimu dia orang lain tapi bagi aku dan alfin dia berbeda, apalagi alfin dia tidak tahu kalau sahabatnya sendiri berbuat tidak benar saat di belakangnya". Jelas intan
Sisil merasa aneh akan permainan takdir ini, dia hanya kasihan saja melihat intan terus menerus di timpa oleh masalah yang pastinya berkaitan dengan hubungannya, tapi syukurlah nyatanya Tuhan mungkin telah merencanakan bahwa dia mungkin akan berjodoh dengan alfin, karena setiap masalah demi masalah berhasil mereka lewati.
"Kau punya nomor ponsel Ray?" tanya sisil tiba-tiba.
Intan menatap sisil dengan penuh selidik.
"Tak usah menatapku seperti itu ayo cepatlah berikan padaku". Pinta sisil sekali lagi.
Tanpa ingin mencari masalah akhirnya intanpun memberikan nomor ponsel ray pada sisil.
Sisil berjalan menuju balkon kamar intan, dia membuka tirai jendelanya dan berjalan keluar dari arah pintu kamar yang mengarah ke luar teras kamar intan.
Intan masih tetap didalam posisinya yaitu terkapar di atas tempat tidurnya, hampir seharian ini intan tidak keluar rumah, bahkan keluar kamar pun tidak.
"Keluarlah, alfin menunggumu" ucap sisil sedikit berteriak dari arah luar.
Intan terperanjat dan refleks terduduk dari posisi terkaparnya.
"Apa kau bilang sil? Kau mengada-ngada!"
"Kalau tak percaya kemarilah lihat kebawah sana". Teriak sisil lagi
Intan pun berjalan menuju keluar teras kamarnya untuk memastikan bahwa alfin benar benar kesini atau tidak.
"Mana?" tanya intan seraya menatap ke bawah dan mencari cari sosok alfin.
Intan merasa dirinya telah di bohongi oleh sisil, nyatanya alfin tidak ada disini saat ini.
Intan kesal.
"Kau ini membohongiku saja! Katamu alfin ada disini nyatanya tidak ada! Kau tahu tidak rasanya di bohongi itu seperti apa? Kau tahu sekarang ini aku sedang merindukannya tapi kau malah membohongiku seperti ini kau membuatku semakin merindukannya saja!" cerocos intan panjang lebar.
Hening.
Tak ada suara apapun intan merasa hanya ada dia seorang diri di tempat ini.
Intan mencoba menengok ke arah sisil karena sejak tadi intan berbicara panjang lebar tetap dalam posisi menatap ke arah bawah tanpa menghadap dan langsung memarahi sisil di depan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa ku pergi [completed] ✔
RomanceJika keberadaanku hanya sebagai pemanis dalam hidupmu Maaf aku tidak bisa. Karena aku tidak ingin seperti sebuah rasa yang awalnya di minati banyak orang. Namun tetap pada akhirnya di buang setelah sudah tidak di butuhkan. *Fiaanggraeni