Author pov.
Malam ini alfin beserta keluarganya berencana akan terbang ke Indonesia, namun ternyata Dady alfin tidak menyetujui jika penerbangan ke indonesia di laksanakan secara mendadak seperti ini.
"Dady ini apa apan bukankah dady sendiri yang mengatakan jika kita akan terbang ke Indonesia malam ini juga!".
"Dady tahu itu, tapi tolong kali ini mengertilah akan kemauan dady, dady mohon padamu kita bisa lakukan penerbangan di lain waktu alfin". Jawab dady
Alfin tampak tersenyum kecut dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apa dady tidak pernah merasakan rasanya seperti diriku,dan berada pada posisiku?!".
"Dady tahu dady pernah merasakannya tapi tolong mengertilah ini sudah terlalu malam alfin kita bisa melakukan penerbangan besok pagi". Mr marcelino mencoba menjawab dengan sesabar mungkin.
"Kenapa dady selalu membohongiku? Kenapa dady selalu bersikap ini padaku? Aku tidak minta sesuatu yang aneh tapi dady sama sekali tidak bisa menurutinya. Aku hanya ingin ke indonesia menemui gadisku disana, apa apan ini dad? Dady selalu memanjakan alina alina dan alina sedangkan aku? Jarang sekali aku bertatap muka dengan dady! Apa aku ini berbeda dengan alina dad?!" ucap alfin panjang lebar.
"Hentikan! Jaga bicaramu!dady tidak pernah membeda beda kan kau dengan alina! " bentak dady.
Alina yang dari awal mendengar suara keributan dari kamarnya kini tengah menyaksikan perdebatan antara kakak dan dady nya.
Air mata alina meluruh begitu saja saat melihat kakaknya bertentangan dengan dady nya sendiri, apa lagi di tambah membawa nama alina di dalamnya.
"Hey! Why are you cry?" ucap seseorang seraya memegang pundak alina.
Calvin.
Ya dia calvin yang sedang bersama alina.
"Kenapa menangis seperti ini?" tanya calvin kembali.
Alina masih saja terus menangis, menangis dan menangis calvin yang tidak kunjung mendapat jawaban dari alina tampak kebingungan ada apa sebenarnya ini.
Alina menatap kakak dan dadynya yang masih saja sibuk memperdebatkan masalah ini. air matanya tak kuasa untuk dia bendung.
Kini calvin berusaha mencari jawaban sendiri, calvin mencoba mengikuti tatapan alina.
"Kau tak perlu mengambil hati soal ini,kakakmu sedang di liputi emosi jadi wajar saja dia berkata se kasar itu". Papar calvin
Hening...
Alina masih saja menangis tanpa bersuara, sesekali alina menatap ke arah kakaknya dan dadynya yang begitu hebat memperdebatkan masalah ini.
"Vin.. " lirih alina
"Ya, al? "Jawab calvin.
Tiba-tiba saja alina memeluk erat tubuh calvin sampai hampir saja calvin terjatuh karena posisinya tidak seimbang.
"Aku tidak menginginkan ini terjadi, aku tidak bisa jika menyaksikan dady dan kak alfin bertengkar seperti ini, aku tidak tega vin... " ucap alina di sela sela tangisnya.
Calvin mencoba menetralisir rasa gugupnya saat berada sangat dekat dengan alina saat ini.
Hah? Apa-apaan ini di saat seperti ini saja calvin masih merasakan gugup? Sungguh terlalu!
"Sudah alina semua pasti kan baik baik saja percayalah".
Alina masih saja memeluk calvin dan menumpahkan semua tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa ku pergi [completed] ✔
RomanceJika keberadaanku hanya sebagai pemanis dalam hidupmu Maaf aku tidak bisa. Karena aku tidak ingin seperti sebuah rasa yang awalnya di minati banyak orang. Namun tetap pada akhirnya di buang setelah sudah tidak di butuhkan. *Fiaanggraeni