24

602 39 2
                                    

Author Pov.

Alfin merasa sangat geram lantaran niatnya untuk menampar Intan tak kunjung terjadi karena ada tangan seseorang yang mencekal tangannya.

"Kenapa kau mencegahku brengsek!"

Mendengar kata-kata kasar yang di ucapkan oleh alfin, tubuh intan rasanya kaku dan sama sekali tidak menduga karena Alfin yang sekarang berbeda dengan Alfin yang dulu dengan berkelakuan hangat padanya.

"Karena aku tidak menginginkan wajahnya di sentuh dengan sentuhan kasar darimu alfin!" ucap seseorang itu dengan tegas.

Intan sendiri tidak tahu siapa dia yang tengah berhadapan dengan alfin saat ini.

"Heh,rupanya ada pahlawan disini! Kau ingin membelanya? Silahkan bila perlu kau bawa dia pergi jauh jauh dari kehidupanku!" tegas alfin sambil menghentakan tangan yang di cekal oleh seseorang itu.

Intan hanya diam tak bergeming sekalipun,dia sibuk menyeka air matanya yang berjatuhan akibat perlakuan alfin yang begitu berbeda.alfin kini terlihat lebih kasar terhadap orang asing yang di anggapnya.

"Hey alfin,sadarlah! Dia gadismu yang kau bangga-banggakan di hadapan kami saat itu!"

Alfin tampak mengernyit dan sesekali mencerna ucapan seseorang yang berusaha memulihkan ingatan alfin kembali, tapi semua itu sia-sia saja diri alfin kini telah di penuhi dengan emosi sehingga dia tidak ingat siapa itu intan dan seseorang yang ada di sekitarnya kecuali Momy,dady,dan Allicia.

Ya Allicia kini telah mencuci otak alfin,dia berlaku baik di depan alfin padahal di balik topengnya itu dia mempunyai maksud untuk menghancurkan keluarga Adaxe.

"Gadisku? Aku saja tidak kenal siapa kau dan tentunya dia, hahaha kau fikir aku akan percaya pada omong kosongmu itu? Kau itu orang asing mana bisa aku percaya padamu dasar bodoh!" ucap alfin seraya tersenyum mengejek.

Seseorang itu menatap alfin dengan tatapan tak terbaca, dia sama sekali tidak menyangka jika perubahan alfin begitu sangat menyakitkan.

"Minggirlah! Lebih baik aku pergi dari sini dan segera pulang ke mansion ku,daripada harus berurusan dengan dua manusia bodoh seperti kalian" ucap alfin.

Kini alfin pergi meninggalkan intan dan seseorang itu di atap gedung Rumah sakit, alfin tampak melewati seseorang itu dengan tatapan datar dan dengan sengaja alfin menyenggol bahu seseorang itu sangat keras.

Sedangkan intan dia kini hanya menatap punggung alfin yang mulai menghilang dari pandangannya, dengan sesekali dia menitikkan air matanya,tapi tetap saja dia masih berusaha tersenyum meskipun senyuman getir.

Seseorang itu mencoba mendekati intan.

"Maaf, apa kau tidak apa apa?" tanya seseorang itu.

Intan mengerjap dan memandang ke arah seseorang itu,lalu intan mencoba tersenyum sebisa mungkin.

"Aku tidak apa apa". Jawab intan

"Benarkah? Ku lihat kau yang paling tersakiti karena perubahannya".

Intan mengernyit dan menatap seseorang itu dengan tatapan tak terbaca.

"Entahlah,aku bingung hal apa yang harus aku lakukan untuk meghadapi perubahannya".

Seseorang itu menatap intan dan seraya memamerkan senyumnya.

"Bersabarlah, rencana Tuhan pasti jauh lebih baik". Ucapnya

Intan tersenyum mendengar kata-kata seseorang itu.

"Baiklah, biar ku tebak kau Intan anggraeni bukan?" ucap seseorang itu.

Terpaksa ku pergi [completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang