16~ -Afraid-

542 77 3
                                    

"Kurasa kau lupa menutup pintu."

Aku keluar berpura-pura memastikan pintu luar tertutup atau tidak, padahal aku ini ingin memastikan Chani harus tetap berada di dalam kamarnya.

"Apa yang kau lakukan Chani?."

"Kau sudah bangun ternyata." Ucapnya.

"Tetap di kamar, jangan keluar."

"Ada apa?."

"Yoongi."

Tatapannya berubah, dan seketika dia berdiam diri di depanku, dan lantas masuk ke dalam kamarnya.

Aku rasa semuanya sudah aman.

Aku masuk ke dalam kamarku lagi, dan ku dapati Yoongi telah duduk di atas kasurku.

"Aku sudah menceritakan kasus hilangnya Seulgi ke pihak polisi di Jepang."

"Jepang? Kenapa kau tidak mencobanya di negaramu sendiri?."

"Tidak apa, semakin banyak aku memakai pihak polisi, semakin cepat terkuak hilangnya Seulgi."

Aku mengangguk. Selang beberapa detik, aku mendengar suara benda jatuh dari kamar yang di tempati Chani.

"Suara apa itu?."

Kumohon, jangan pergi ke kamar itu.

"Bukan apa-apa biar aku yang mengeceknya."

"Tidak, aku saja."

Aku menggeleng cepat "Aku tahu kau lelah, istirahatlah."

Seketika dia tersenyum, itu tandanya dia setuju. Aku lantas membalas senyumnya dan segera keluar. Berlari cepat dan masuk ke dalam kamarnya.

"Apa yang kau lakukan hah?."

"Maaf, aku menjatuhkan benda ini."

Vas bunga, itu kesayangan ibuku, ah biarlah dia juga pulang 2 tahun yang akan datang.

"Gwaenchanda, tetaplah disini."

Aku lantas berjalan ringan menuju pintu kamar ini, dan membukanya.

"Bagus sekali."

Yoo-Yoongi?

"Ini-aku akan menjelaskan semuanya."

"Semua yang aku lihat sudah memperjelas semuanya, Ny. Seungwan."

Amarahnya mulai muncul, dia hendak masuk ke dalam kamar Chani, namun aku mencegahnya.

"Tolong dengar aku, aku membawa Chani ke rumahku karena -tidak mungkin aku mengatakan kejadian yang sebenarnya."

"Apa?."

"Sudah larut malam, dan ketika dia hendak pulang mobilnya mogok, jadi aku memutuskan dia untuk tidur di rumah ini."

Dia tersenyum tipis, itu membuat aku sedikit tenang dan memutuskan membalas senyumannya.

"Lalu, setelah itu kau melakukan hal aneh berdua."

"Apa?! Uh.. tidak mungkin, tidak sama sekali."

Dia tak menggubris perkataanku, dan tanpa berpikir lagi dia langsung masuk kedalam kamar Chani.

Posisiku disini sungguh khawatir, aku begitu cemas.

"Ah aigoo, bagaimana ini, ah Chani-ya, selamatkan Chani, ya! Eotteokhae!."

"Chani! Jika kau bukan pengecut keluarlah."

Dia membuka lemari untuk memastikan apa Chani ada disana, jelas tidak tempat persembunyian Chani bukan disana.

Tiba-tiba dia menendang dan memukul lemari itu. Dia frustasi tidak menemukan keberadaan Chani.

"Hey! Jika kau terus mencarinya disana, kau tidak akan menemukannya!."

Begitu kesal aku padanya, ketika aku sedang asik mengumpat dalam diam tentangnya, dia berjalan keras ke arahku, menatap tajam mataku.

Dia meraih bahuku dan ia hentak dengan kasar ke pintu kamar. Tangan kirinya yang melintang kearah atas dan tangan kanannya menahan bahu kiriku.

"Katakan dimana dia."

"Aku tidak akan mengatakan padamu kalau dia bersembunyi di bawah kasur."

Bodoh.

"Dibawah kasur?."

"Ya! Eh? Bagaimana kau tahu?."

Dia mengalihkan pandangannya dengan tatapan nanarnya, menatap kearah bawah kasur. Aku'kan tidak memberitahunya, tapi mengapa dia tahu? Hmm-

Aku 'kan hanya bilang aku tidak akan memberitahunya kalau Chani bersembunyi di bawah kasur. Apa? Bodoh, bodoh sekali! Omoo.

"Aku yakin, kau bukanlah seorang pengecut Tn.Chani."

Aku pasrah menutup kasar wajahku dengan tanganku ini, bagaimana aku bisa bodoh seperti ini? Menyebalkan, bodoh sekali.

Aku lihat Yoongi mulai menengok kearah bawah kasur.

"Kau berbohong padaku? Dia tidak ada disini!."

Perlahan perasaanku takut, khawatir. Aku baru ingat, ada pintu kecil yang menembus ruang bawah tanah rumahku ini dan itu ruang dimana aku dan Chanyeol terbawa ke dunia Mannequine.

"Aku tidak berbohong." Suaraku kacau, kekhawatiranku tak bisa ku bendung lagi.

Tiba-tiba ponsel Yoongi berdering.

"Aku harus pulang."

Dia keluar melewatiku, sementara aku harus bagaimana? Air mataku hampir turun. Bagaimana aku bisa lupa bahwa ada pintu di bawah kasur? Aku bodoh sekali, sangat bodoh, benar-benar bodoh! Kini aku berhasil menangis, aku tak bisa berbuat apa-apa, selain menangis seperti ini. Yatuhan, tolong Chani dan Chanyeol, mereka tak bersalah.

"Kenapa kau menangis?."

Suara seseorang. Ya itu suara manusia. Aku menghapus air mataku yang terjatuh di pipiku, dan ku tatap seseorang yang berdiri sempurna masih menggunakan maskernya.

"Chani?!."

Aku berlari menghampirinya, menyentuh wajah bermaskernya, tangannya dan lehernya memastikan dia baik-baik saja. Dan dengan spontan aku memeluknya.

"Kau baik-baik saja, terimakasih ya tuhan."

"Kau ini kenapa?."

Rasa khawatir yang berlebih tak dapat hilang hingga kini, aku terus memeluknya dan menangis di bahunya.

"Hey!." Dia memegang bahuku lalu ia biarkan aku menatap matanya.

"Ada apa?." Kini suaranya yang parau.

"Aku takut, terjadi hal yang aneh."

"Hal apa?." Ucapnya sambil menghapus air mataku yang terus-menerus mengalir.

"Hsst, hssst, jangan menangis, aku baik-baik saja."

Perkataannya membuat aku semakin jatuh dalam rasa khawatirku, aku kembali memeluknya dan menangis jauh lebih keras.

Dia mengelus rambutku, berusaha menenangkan keadaanku ini.

"Jangan menangis, aku baik-baik saja, Seungwan. Dan aku yakin, Chanyeol temanmu juga baik-baik saja."

***

Mannequine - WenYeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang