Chapter 7 (One Blood)

3.3K 122 0
                                    

"Wandah aku akan kembali ke paris untuk beberapa hari. Bisakah kau terus memantau pergerakan Lucia?" Tanya Evan sambil memegang hpnya di tangan sebelah kiri dan membuka koper menggunaka tangan sebelah kanan.

"Tentu Evan. Apapun untuk kau dan mendiang Nadien. Nanti akan aku kabari secepatnya saat ada pergerakan mencurigakan dari mereka." Jawaban Wandah membuat hatinya tenang saat akan meninggalkan New York.

"Aku percayakan semua padamu Wandah. Terimakasih banyak"

"Tidak masalah Evan. Ohh ya bagaimana perkembangan putraku di paris? Apakah ia menyusahkanmu dan Dave?"

"Tidak banyak. Dia hanya sering membolos di kampus. Jangan khawatirkan Asgar saat bersamaku Wandah."

"Anak itu benar benar!"

"Hahaha serahkan saja padaku Wanda. Aku akan membantu mendidik anakmu di paris. Sampai jumpa."

"Terimakasih karena sudah mau mendidiknya di sana Evan. Ya sampai jumpa lagi."

-*-*-*-*-

Malam yang di tunggu tunggu oleh Dave pun datang. Malam di mana ia bisa memiliki Quinziiy atau tidak.

Tuhan aku mohon berpihaklah padaku malam ini. Hanya malam ini saja karena aku tau aku hamba yang banyak dosa. Tapi ku mohon bantu aku kali ini saja. Doa yang di panjatkan oleh Dave saat sudah berada di atas motor besarnya.

Asgar datang sambil membawakan Dave sebotol air minum, kali ini dia datang menggunakan topi hitamnya. "Hey bro, tumben make topi gar?" Tanya Dave sambil meraih botol air minum itu.

"Ngak, firasat aja kalau hari ini bakal turun salju" jawab Asgar sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Ohh okey. Doain yaa, kalau terkabul bakal aku traktir makan burger sampai geger." Kata Dave sambil tertawa ringan di hadapan Asgar.

Dia tidak merespond candaan Dave dengan senyuman, Asgar hanya diam saja saat Dave mengatakan itu. Dia meraih kembali botol air minum dave lalu menepuk pundak Dave pelan. "Semoga lancar sobat" Asgar beranjak pergi dari sisi kiri motor Dave.

"Kenapa dia?" Tanya Dave sambil melirik punggu belakang Asgar yang semakin menjauh.

Orang yang di tunggu tunggu pun datang, tak lama setelah Asgar meninggalka Dave di arena balapan Quinziiy pun datang menggunakan motor besarnya itu lengkap dengan jaket kulit seperti biasanya. "Udah siap penakut?" Tanya Quinziiy sambil memakai helmnya.

"Tolong jangan bertanya pada pemenang okey?" Jawab Dave yang juga sedang memasang helmnya.

Seperti biasa wanita pembawa bendera berjalan ke tengah arena balap untuk memberikan aba aba saat lombanya di mulai.

Gadis itu melirik kearah Dave dan mengedipkan sedikit matanya pada Dave. Walaupun merespond dengan memakai helm Dave tetap membalas kedipan mata itu dengan niat untuk memanaskan Quinziiy tapi alhasil Quinziiy sama sekali tidak merasakan apapun.

Dave melirik kearah Quinziiy. Wanita ini benar benar. Dia lain dari semua gadis yang pernah ku temui. Bantin Dave.

Bendera berwarna kuning itu di hempaskan ke atas, Dave dan Quinziiy yang melihatnya langsung dengan cepat melaju meninggalkan garis start, seperti pembalap pada umumnya Dave dan Quinziiy saling melambung dan menikung.

Dave merasakan sesuatu yang tidak beres dengan motor yang ia bawa, saat ingin berhenti untuk memeriksa ternyata rem motor Dave blong. Ia panik dan terus saja melanjutkan pertandingan ini demi mendapatkan Quinziiy. Dia terus berhati hati dengan jalan yang ia lewati sampai tiba saatnya seorang wanita tua hendak menyebrang dari trotoar kanan ke trotoar kiri. Itu membuat Dave linglung, apa yang harus ku lakukan? Aku akan mati.

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang