Chapter 15 (Bit Of Attention)

2.2K 63 0
                                    

Aku menelfon Asgar dan memberitahukan kalau malam ini aku akan kembali menginap di apartemennya. Setelah perdebatan tentang perjodohan kemarin aku belum menjawab satu pun panggilan dari Papa. Dia terus saja menelfon seperti orang gila yang memaksaku untuk datang ke mansion

"Hey Dave saat sampai di apart ku tolong kau bereskan beberapa botol vodka di atas meja okey?" Kata Asgar saat di telfon

Aku membuka password pintunya dan benar saja begitu banyak botol minuman keras di atas mejanya. "Anak ini kenapa." Gumamku pelan saat memasuki kamar apartnya. Aku melangkah masuk dan mulai mengumpulkan botol botol bekas itu.

Saat sedang merapikan botol botol itu pandanganku teralihkan oleh sebuah bingkai besar yang tertutupi kain berwana abu abu. Aku berdiri dan beranjak mendekati bingkai foto itu, terdapat sebuah catatan di sana.

Jangan membukanya sembarangan tanpa meminta izin. Termasuk kau Davereel.

"Wah bahkan ada namaku juga, kau memang pelit Asgar." Kataku sambil menjijit membacanya.

Rasa penasaran terus saja membisik di kepalaku, rasa yang terus saja mendorongku untuk melihat foto apa yang terdapat dari balik tirai itu. Tanganku terasa geli ingin membuka kain itu dan segera saja tanganku bergegas membukanya sedikit demi sedikit.

Kreek

"Sudah ku bilang untuk tidak membukanya bukan? Daverell." Suara itu memalingkan pandanganku ke arah belakang dan mendapati Asgar yang tengah berdiri memperhatikan ku dengan keadaan tercyduk.

"Ahh kau sudah pulang rupanya jagoan. Hahaha, jujur aku hanya penasaran dengan bingkai besar itu." Muka lugu dan tidak tau apa apa itu aku munculkan saat Asgar mendapatiku.

Dia mengerutkan keningnya dan menatapku dengan tajam. Dia berjalan mendekat dengan wajah devil nya ke arahku.

Tuhan selamatkan aku dari manusia laknat ini. Batinku bergumam sambil tetap memandang ke arahnya.

"Ini barang berharga bagiku. Jadi mohon hormati sekalipun kau adalah sahabatku Dave." Asgar mengatakannya dengan tatapan gusarnya

"Yaa ma-maaf. Aku kira ini hanya pajangan biasa." Kataku dengan muka kaku. Sementara Asgar dengan muka dan sentuhan yang lebut terus menatap dan memegang bingkai besar yang terpampang di sana.

Asgar melirik kearahku, tersenyum dan berjalan mendekat. Dia memukul pundak ku dengan pelan. "Tidur lah, aku tau kamu hari ini banyak masalah kan?"

Aku terheran heran dengan jawaban Asgar barusan. Bagaimana dia tau hari ini begitu banyak masalah yang aku hadapi?

Dia tau dari mana? Apakah aku sekarang sepopuler ini? Semua masalahku menjadi tranding topic? Ohh god. Gumamku dengan pelan.

-*-*-*-*-

Quinziiy memainkan ponselnya di atas meja makan apartemen nya. Dia membula gallery dan melihat satu persatu foto yang berada di sana. Sesekali dia memeriksa messenger nya berharap ada sebuah pesan yang singga ke ponselnya malam ini dan berdoa saja semoga itu dari Dave. "Ahh dia bahkan tidak menghubungiku." Gumam Quinziiy pelan.

Dia mematikan ponselnya dan berjalan menuju kamar tidurnya. Suasana kamar apart yang sepi membuat Quinziiy tetap menanti sebuah pesan atau telfon dari Dave, tapi hasilnya nihil dan ponselnya tetap diam. Hanya di ramaikan oleh grup grup chat angkatan.

"Mungkin sudah tidur." Gumam Quinziiy pelan sambil tetap melihat kearah layar ponsel yang ia pegang. Perlahan dia menarik selimut dan merebakan tubuhnya di atas kasur. Mematikan lampu tidur nya dan kembali menarik selimut. Harinya begitu penuh dengan masalah yang bersangkutan bersama Dave. Dia menaru ponselnya di atas nakas dan segera menutup kedua matanya.

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang