Chapter 16 (She Was Born)

2.2K 61 2
                                    

"Aku sudah membelikan sebuah mobil untuk Quinziiy, kalian bisa mengambilnya. Parkir di area parkiran apartemennya."

"Baik tuan."

"Pastikan dia untuk tidak mengendarai motornya itu lagi."

"Sesuai permintaan anda tuan."

-*-*-*-*-

Aku sampai di apartemen Quinziiy, dengan merapikan rambutku yang sedikit acak acakan karena tadi belum sempat menyisir rambut. Aku menarik nafas panjang karena berfikir ocehan Quinziiy yang akan  aku hadapi.

Ocehan 1: kenapa kamu ngak ucapin selamat ulang tahun. Kamu lupa?
Ocehan 2: kamu ngak ngehargai aku sama sekali. Kamu bahkan ngak ucapin selamat ulangtahun ke aku!
Ocehan 3: emang aku ini siapa kamu sih? Kamu lupa hari ini ulang tahun aku?!

Itulah ketiga ocehan yang terus berngiang ngiang di fikirkan Dave selama di perjalanan menuju apartemen Quinziiy. "Ya tuhan, bantulah aku menghadapi dia."

Dengan memencet bell beberapa kali akhirnya Quinziiy membuka pintu. Dengan senyuman dan rasa takut yang tercampur aduk Dave memaksa melebarkan senyumannya.

Quinziiy menatap Dave dengan datar, terus menatapnya tanpa mempersilahkan dia untuk masuk. "Morning be-beby." Salam Dave dengan nada terbata bata.

Quinziiy spontan saja langsung melompat dan memeluk Dave erat, pelukannya membuat Dave terheran heran. "Ayo masuk." Pinta Quinziiy.

Sampai masuk dalam apartemen pun Quinziiy tak melepaskan pelukannya dan masih terus menempel pada Dave. "Makasi Dave, aku suka hadiahnya." Quinziiy mencium pipi Dave lembut.

Dave terkejut mendengar perkataan Quinziiy. Sedangkan baru tadi dia ingat tentang hari ulang tahunnya, bagaimana dengan cepat dia bisa membelikan Quinziiy sebuah hadiah. "Aku tidak memberikan mu hadiah sayang. Makanya aku langsung bergegas ke sini ingin meminta maaf."

Dave menurunkan Quinziiy, heran dengan ucapan Dave, dia pun pergi ke dalam kamar dan mengambil buket bunga itu lalu menunjukannya ke Dave. "Ini dari kamu kan Dave?" Tanya Quinziiy sambil menyodorkan sebuket bunga itu ke depan mata Dave.

"Ngak sayang. Itu bukan dari aku." Ucap ku sambil melihat menatap bunga mawar itu. Aku dan Quinziiy bertanya tanya. "Apa itu bunga nyasar?" Tanyaku dengan nada candaan.

"Tapi ini serius ada di dalam kamar apartemenku tadi pagi. Kan yang tau password aku cuma kamu Dave."

"Beby berarti kamar kamu mulai ngak aman."

"Jangan nakutin aku."

"Crazy fans beby. Hati hati."

"Ngak lucu."

"Hahaha ngak ngak. Masa orang ulang tahun ngambek? Senyum dong"

"Ngak."

"Kalau ngak nanti aku cium loh."

"Ngak."

"1"

"Diam"

"2"

"Iya iya aku senyum."

"Gitu dong. Kan makin malah pengen aku cium kalau kamu senyum gini."

"Tapi jujur aku kepikiran tentang mawar ini Dave."

Aku bisa melihat raut wajah Quinziiy yang memang sedang khawatir, mukanya seakan takut dengan keadaan di apartemennya. Aku memeluknya dan mengelus ngelus kepalanya dengan pelan. "Jangan takut Quinziiy, aku di sini. Selalu di samping kamu dan selalu jagain kamu." Dia membalas pelukan ku dan semakin mempererat pelukannya seakan memang sekarang dia sedang ketakutan.

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang