Chapter 22 ( Let me )

1.3K 66 6
                                    


Paris, Prancis

Lima bulan sudah aku menikahi Neivel. Perbuatan menjijikan itu membuahkan hasil dalam sekali percobaan, aku bersyukur karena tidak perlu lagi harus meniduri wanita sialan itu. Tapi selama beberapa bulan ini pikiranku hanya tertuju pada satu orang wanita. Yaa aku merindukan Quinziiy, aku sudah tidak pernah lagi mendengar kabar dari dirinya.

"Bagaimana keadaannya? Apakah setelah malam itu Quinziiy benar benar hamil? Kalau saja betul aku tidak tau lagi harus bagaimana." Batinku sambil meneguk sebuah cangkir teh di dalam ruang kantor ku yang baru.

Yaa sekarang aku tengah sibuk mengerjakan beberapa pekerjaan papa di perusahaanya. Dia memberikan aku tanggung jawab itu agar dapat membiayai Neivel dan calon bayi kami.

Tok... tok.. tok..

"Masuk." Suaraku menyuruh agar siapapun yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam ruangan.

"Selamat pagi pak, ini ada titipan dari seseorang bernama Andrew yang harus saya kasikan ke bapak. Permisi pak." Dia sekertaris pribadiku. Namanya Coline Estes.

"Terimakasih Coline." Jawabku sambil membuka sebuah kotak hitam berpita kuning di atasnya.

Rasa penasaran menyelimutiku, aku segera membuka isi kotak tersebut setelah Coline meninggalkan ruangan. Saat aku liat isinya ternyata ada sebuah hiasan gantungan di sana, berbentuk hati yang terpisah dan di dalamnya bertuliskan huruf W dan L.

Aku menariknya keluar dari kotak dan ternyata ada sebuah robekan kertas kecil di sana.

"Ini adalah tanda Lionel. Jangan pergi terlalu jauh."

Sontak saja aku kaget. Ada namaku di sana, benak ku bertanya tanya siapa orang ini? Andrew? Aku tidak memiliki seseorang bernama Andrew. Aku mengangkat telfon dan segera menghubungi Coline kembali untuk datang ke kantor ku.

"Permisi, saya pak?"

"Ah Coline, siapa Andrew ini?"

"Dia memberitahu saya kalau dia adalah salah satu teman baik bapak. Setelah memberikan itu dia langsung bergegas pergi pak. Maafkan saya karena kurangnya informasi yang saya tanyakan pada pria itu."

"Tidak apa apa Coline. Terimakasih atas informasi singkatnya."

"Baik pak. Saya permisi."

"Hmm kira kira siapa pria dengan nama Andrew ini? Apa urusannya denganku."

-*-*-*-*-

New York, Amerika Serikat

Keadaanku masih sama, masih tetap merindukan dia seperti biasanya. Bayangannya masih saja bolak balik di depan mataku, terkadang seperti memeluk ku dengan erat dan mengusap kepalaku dengan lembut.

"Dyani? Bisakah kau membantuku untuk keluar dari rumah ini? Aku hanya akan ke paris untuk menengoknya dan pulang setelah mengetahui keadaannya. Aku tidak bisa seperti ini, janin ini yang memintaku, dia juga sangat merindukan Dave." Dyani yang selalu saja singga di kamarku untuk bercerita selepas mengantar susu tercengang mendengar permintaanku barusan.

"Apa zii? Itu terlalu berbahaya untukmu. Apa lagi untuk seorang wanita yang hamil sepertimu." Jawab Dyani sambil mengelus punggungku niat memberi sebuah saran penting.

"Tapi aku sangat sangat merindukan dia Dyani. Aku benar benar akan mati seperti ini? Tanpa melihat dia lagi? Sebenarnya bagaimana dunia ini memperlakukan ku? Aku hanya ingin berjumpa dengan nya dan memberi tahu kalau dia akan menjadi seorang ayah."

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang