0 + 2 = 2 | awal

8.3K 830 27
                                    

Beribu sumpah serapah gue panjatkan dalam hati. Ini pertemuan pertama kita, dan dia udah semenyebalkan ini, oh hell.

"Guanlin." tegur bang jisung dengan nada penuh penekanan. Yang ditegur hanya melengos lalu mendecih.

"Ah gue gapapa, nanti gue bisa pergi sekolah sendiri," ucap gue dengan tenang. Padahal didalam hati gue lagi sibuk menyusun skenario untuk mencakar wajah lempeng milik guanlin. Shit.

Bang seongwoo angkat bicara. "Gak bisa gitu, chiyorie. Kita gak enak sama om suho kalau ngebiarin lu sendirian gitu aja, lagi pula lu masih baru kan disini?"

Setuju dengan ucapan bang seongwoo, beberapa calon saudara tiri gue mengangguk menyetujui ucapan nya.

Cowok dengan gaya Swag berbicara, duh siapa ya namanya, gue lupa.

"Yaudah itu dibahas nanti, pasti capek kan setelah terbang jauh kesini, istirahat aja dulu."

"Benar kata daniel. Jinyoung, anterin chiyorie kekamarnya." perintah bang jisung kepada cowok berwajah mungil. Yang diperintahkan menurut saja dan mengambil koper milik gue, saat gue mau berjalan, langkah kaki gue terhenti karena ucapan seseorang.

"Segala diantarin, ribet."

Gue menggigit pipi bagian dalam gue dengan gemas. Hei boy,  kamu ganteng tapi kenapa bangsat hah?!

"Jihoon!"

"maaf, dek. Dia belum dijinakin, hehe." bang sungwoon tertawa canggung seraya bangkit dan mengusap rambut gue.

Ughh rasanya canggung.

Namun gue menghargai usahanya, gue tersenyum paksa lalu mengangguk. Gue berjalan mengikuti bang jinyoung menuju tangga, namun karena ukuran koper gue yang besar bang jinyoung agak kesusahan membawanya ke atas.

Gue meringis merasa sungkan. "Biar gue a---

"Look? Belum apa-apa dia udah merepotkan begitu." guanlin memotong ucapan gue dengan suara lantang nya. Ok, kesabaran gue udah ambyar, dia emang udah mengibarkan bendera perang ke gue.

Nyet!

Semua orang disitu langsung siaga saat gue mendelik nyalang kepada guanlin.

"Lu gak suka sama gue? Hahaha fvck! Me too! Gue juga gak suka sama lu! I'm done, gue pergi aja, maaf karena menganggu waktu kalian semua." gue merebut koper gue, dan tanpa menunggu respon mereka, gue berjalan cepat dengan koper yang tertarik dengan kencang hingga menimbulkan suara yang agak berisik.

Gue keluar dari rumah ini. Sambutan mereka sungguh wow, papa kenapa gak bilang kalau calon saudara gue ada yang senyebelin itu? Oh god.

Secepat kilat gue memberhentikan taksi dan meminta supir untuk mengantarkan gue ke stasiun kereta terdekat.

Jemari gue menari diatas keyboard handphone milik gue untuk menghubungi seseorang yang kebetulan merupakan teman dekat gue. Saat ini cuma dia yang terpikirkan oleh gue.

-

"Lu berdua tolol ya?! Kalau emang gak suka ya jangan terus terang di tunjukin!" marah minhyun kepada dua orang adiknya yang sejak tadi diam tanpa memperdulikannya.

Bagi guanlin dan jihoon, ucapan minhyun hanyalah angin lalu.

Seongwoo mengacak surai hitamnya kasar. "Kita bisa mati kalau mama tau masalah ini. Gila aja baru ketemu udah gelud."

Jisung menghela nafas, tadinya ia sudah berlari bersama woojin untuk mengejar chiyorie, namun entah jurus apa yang dipakai chiyorie sampai dia bisa menghilang secepat itu.

"Mampus... Kita tinggal nunggu waktu eksekusi dari mama," ucap sungwoon dengan nada putus asa.

"Lu juga sih lin. Sebelumnya kan udah kita bahas, harusnya lu bisa mengkontrol mulut lu!" omel daehwi.

Merasa tidak terima guanlin membalas ucapan daehwi. "Kenapa jadi salahin gue? Salahin aja itu si cewek manja. Gila aja gue harus tinggal satu rumah sama perempuan, risih gue!"

"Udah diem, bangsat! Pusing gue!" lerai jisung dengan emosi.

"Pecahkan? Udah gue bilang punya adek baru lagi itu ribet, terlebih lagi dia perempuan," samber jihoon yang makin memanaskan suasana.

"Udah jangan main salah-salahan! Pikirin chiyorie gimana! Mau gimana juga dia itu baru pertama kali kan dateng ke negara ini?!" kesal Daniel yang sejak tadi terdiam menyimak.

Dengan wajah temboknya, guanlin melengos pergi mengabaikan saudaranya yang lain. Jihoon pun sama, ia mengikuti langkah guanlin.

"Setan! Lama-lama gue bisa kena vertigo!" gerutu seungwoo.

Jisung mengusap wajahnya kasar. "Terus sekarang kita harus apa?" tanyanya.

"apa kita kasih tau om suho aja?" saran woojin yang langsung dihadiahi delikan tajam.

"Gila aja lu!"

"Kasih saran yang normal aja ya, jing. Kita bisa langsung dikebiri sama mama kalau lu ngadu!"

"Itu plan terburuk yang gue denger, fak."

Woojin berdecih kesal saat dirinya dipojokan, saat ingin mengomel, suara pesan masuk mengalihkan fokus mereka kepada jisung yang kini sedang menatap handphonenya.

"Siapa?" tanya jinyoung waswas.

Jisung memberi isyarat untuk diam, sementara dirinya membaca pesan tersebut dengan hati-hati.

Om suho
Jisung, chiyorie bilang kalau dia ingin menginap dirumah temannya, jadi kemungkinan hari ini dia tidak kerumah. Maaf kalau kalian sudah mempersiapkan diri tapi chiyorie malah tidak datang.

Jisung membaca pesan tersebut dengan suara lantang agar para saudaranya dapat mendengar isinya dengan jelas. Setelah selesai, raut wajah tidak enak melekat diwajah mereka.

"Ah gue gak tau harus gimana..."

"Dia bohong ke papanya?"

"Jelas dia menolong kita."

Tbc

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang