6 + 4 = 64 | Anu

3.8K 502 39
                                    

Di balik punggung Kak Taeyong gue bergerak gelisah. Tangan gue meremas kemeja bagian belakang milik Kakak gue dengan erat saking takutnya dengan sosok wanita yang sudah berumur itu.

Kenapa sih Ayah bisa punya orang tua yang serem kaya begini? Dari balik punggung Kak Taeyong gue dapat merasakan tatapan tajam dari Nenek Park.

"Menjijikan," Nenek Park berdecih sinis.

Gue mengcengkeram kemeja Kak Taeyong semakin erat mendengar cacian dari Nenek Park. Kehadiran Nenek kejam ini membuat suasana kafe yany ramai seketika menjadi hening. Kini gue dan Kak Taeyong manjadi pusat perhatian dari seluruh pengunjung.

"Pulang. Tinggakan perempuan rendahan itu dan segera minta maaf dengan keluarga Choi," perintah Nenek Park dengan nada dingin.

Mantap, gue dibilang perempuan rendahan.

Gue melirik tangan Kak Taeyong yang terkepal erat menahan marah. Ah perkataan Nenek Park memang menyebalkan sih, jelas aja Kakak gue marah.

"Kak..." bisik gue pelan sembari mengusap punggung Kak Taeyong pelan untuk membantu meredakan amarahnya.

Tapi ternyata itu gak mempan.

"Mau sampai kapan Nenek jadiin aku boneka? Butuh berapa banyak uang lagi agar Nenek puas?" Tanya Kak Taeyong dingin.

Ahh sial. Kondisinya semakin memanas.

Melalui celah diantara lengan Kak Taeyong gue mengintip untuk melihat ekspresi apa yang sedang di tampilkan oleh Nenek.

Wajah Nenek yang tetap terlihat ayu di usianya yang sudah senja terlihat sangat tidak bersahabat. Wajahnya mengeras menahan amarah saat mendapat keberanian Kak Taeyong barusan.

"Apa yang kamu bicarakan, anak sial! Cepat patuhi ucapan saya! Pulang dan segera berlutut memohon ampun kepada keluarga Choi!"

Badan Kak Taeyong menegang menahan amarah yang semakin membuncah. Perkataan Nenek Park jahat banget, jelas aja Kakak gue ini marah. Gue juga marah sih, tapi yang gue lakuin cuma bisa diam.

"Hei kamu perempuan rendahan! Cepat menjauh dari cucu saya! Dasar perempuan gak tau diri!" Murka Nenek Park.

Babi.

Kok lama-lama gue emosi juga ya.  

"Jaga ucapan, Nenek!"

"Berani kamu bentak saya? Cucu kurang ajar!"

Plak!

AKKHHH KAKAK?! KAKAK GUE DIGAMPAR SAMA NENEK LAMPIR!

"Nii-chan! Daijoubu?!" Gue bergerak panik saat wajah Kak Taeyong ditampar dengan keras.

Gue bersyukur mengenakan topi hari ini, wajah gue jadi gak begitu terlihat oleh mata rabun Nenek sial itu.

"Gapapa, tenang ya," bisik Kak Taeyong halus, dia kembali menarik gue kebelakang badannya.

Sekilas gue dapat melihat wajah Nenek Park yang kian menggeras, seluruh amarah terkumpul diwajah yang sudah banyak kerutannya itu.

"Bawa pulang cucu saya, dan urus perempuan murahan itu," perintah nenek kepada orang suruhan yang sejak tadi diam.

Seketika gue menelan ludah gugup, sial kondisinya jadi semakin genting.

"Bisa bela diri?" Kak Taeyong bertanya dengan panik. 

Gue sedikit mendongak, menatap dia lalu menganggu mantap, "Taekwondo, sabuk hitam strip 5."

Kak Taeyong terkejut sesaat, lalu ekspresinya kembali berubah menjadi sedikit lega walaupun masih ada rasa panik didalam dirinya.

"Good. Kakak akan halangin seluruh bodyguard Nenek, setelah itu lu lari sekencang yang lu bisa? Ngerti?" Bisik Kak Taeyong serius.

Dua orang bodyguard suruhan Nenek maju dan menarik lengan gue hingga gue tertarik mejauh dari Kak Taeyong.

Suasana kafe jadi semakin ricuh, gue menatap Kak Taeyong yang sedang menatap gue juga, Kakak gue itu memberikan kode agar gue cepat berlari.

"Ah sial!" Gue berteriak kesal.

Duk.

Duakh!

"Banci lo Jaenudin! Nahan cewe aja harus berdua! Lee taeyong! Jangan harap aku mau ngebiarin Kakak terjun gitu aja ke neraka yang dibuat nenek sialan itu! Akhh persetan!" Gue berteriak kencang setelah berhasil menghempas cengkeraman dari 2 orang bodyguard itu.

"Perempuan kurang ajar!" murka Nenek Park begitu gue selesai berteriak.

"Jangan bertingkah bego! Pergi!" Balas Kak Taeyong panik, dia sedang menahan 3 orang bodyguard yang ingin mendekati gue.

"In your dream!" sinis gue, seorang Kim Chiyorie gak akan kabur dari masalah, thanks to Om Tao dan Om kris yang dulu selalu rutin ngajarin dirinya bela diri.

Gue bergerak maju menyerang salah satu bodyguard yang sedang ditahan Kak Taeyong. Karena gue perempuan dengan stamina terbatas, gue memilih menyerang dengan cepat area intim milik para orang suruhan Nenek itu.

Om Kris bilang itu salah satu letak posisi yang menyakitkan bagi cowo.

"Ne kuso obaa-san! Abis ini langsung ke rumah sakit ya." Gue maju mendorong sosok wanita tua itu dengan tenaga yang lumayan kencang. 

"Perempuan brengsek!" Maki Nenek Park kasar.

Kak Taeyong sedang menjatuhkan body guard Nenek yang terakhir. Semuanya kini sudah terkapar di atas lantai, secepat mungkin gue meraih tangan Kak Taeyong dan membawanya sejauh mungkin dari Kafe tersebut.

Damn!

Dari belakang gue dapat mendengar teriakan murka dari Nenek yang menyuruh bawahannya untuk mengejar kita.

Ah sial, kenapa parkiran mobilnya jauh banget sih!

"Kenapa nekat banget sih?! Udah Kakak bilang kabur kan?! Kenapa malah ikut-ikutan?!" Marah Kak Taeyong disaat kita masih berlari.

"Berisik! Kakak bawa mobil gak?!"

"Ngga! Terus sekarang kita mau kemana?! Orang itu gak akan ngelepasin Kakak gitu aja! Hah astaga, kamu juga pasti udah di incar sama orang itu!"

Gue melotot kesal, dia pikir gue bakalan tega ya ngebiarin kakak gue susah? Yakali gue ninggalin dia sendiri sama Nenek sihir itu.

Ah itu mobil gue.

Gue segera membuka kunci sebuah Mini Cooper berwarna merah milik gue. Gue mendorong kakak gue masuk ke kursi pengemudi dan gue segera masuk ke mobil.

"Cepetan kak!"

"Kita mau kemana dulu?'

"Kemana aja dulu! Yang penting jauh dari orang itu!"

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang