1 + 7 = 17 | hah

6K 645 31
                                    

Capek, hiks. Kenapa rumah ini luas banget sih, gue harus jalan sekitar setengah Km dari halaman depan ke dalam rumah, terus dari teras sampai ruang keluarga pun harus jalan sekitar 50 meter, ditambah gue harus naik tangga sampai lantai 3.

Fix, gue akan minta sama papa untuk dibuatkan lift.

Baru sampai dilantai dua, gue melihat guanlin yang baru aja membuka pintu kamarnya, kebetulan kamarnya terletak pas didepan tangga. 

Gue tersenyum, berniat ingin menyapanya.

"Guan--

Brak! 

Badan gue berubah kaku, guanlin membanting pintunya tepat setelah gue mau menyapa dia. Hell! Apa yang salah sama gue?! Kenapa dia sensitif begitu?

Ini menyebalkan, tanpa berpikir dua kali, gue menendang pintu kamar guanlin lalu berteriak.

"Mou ii yo! Guanlin no baka!"

Hiss, semoga besok gue masih hidup.

Meanwhile guanlin yang ada didalam kamar :

"What? Kenapa gue dikatain bego?!"

-

Tepat pukul jam 6 pagi.

Mematut diri didepan cermin, gue menatap pantulan diri gue yang dibalut seragam baru, Rok kotak-kotak bewarna coklat muda dipadukan dengan kemeja lengan pendek khas musim panas, jemari gue sibuk merapihkan pita yang melingkar dikerah kemeja, pita ini bewarna senada dengan rok yang gue pakai.

Kenapa gue udah rapih di jam sepagi ini? Simpel aja, gue mau menghindari guanlin. Setelah dipikir-pikir gue menyesal ngomel-ngomel sama dia kemarin (: semoga dia gak mengerti sama apa yang gue ucapkan.

Gue memutuskan pergi sekolah dengan sepatu roda, kebetulan jarak sekolah lumayan dekat dan trek jalan disini bagus dan halus, cocok untuk pengguna sepatu roda. 

Setelah selesai memakai pita, gue memakai tas ransel lalu mengambil sepatu roda disudut kamar. gue membuka pintu kamar dan turun kelantai dasar dengan langkah hati-hati, terutama dilantai 2, gue harus ekstra hati-hati agar penghuni disana gak bangun.

Gue mendesah lega saat mencapai dilantai dasar dan kondisi rumah masih sangat amat sepi.

"Yosh, aman!"

"Aman?"

Seluruh bulu ditengkuk gue meremang saat ada yang berbisik ditelinga gue, kedua pundak gue kaku dirangkul si pemilik suara tadi. Tolong, jantung gue sempat mau berhenti dan turun ke perut.

"Morning, sayang," sapanya di iringi senyuman seraya melepaskan rangkulannya, tanpa aba-aba ia memberikan ciuman singkat dipipi gue.

"...bang sungwoon, gue hampir mau jantungan!" protes gue setelah sadar dari rasa tekejut.

"Salah sendiri lo gemesin, ngapain coba mengendap-endap dirumah sendiri?"

Wow, jadi bang sungwoon melihat gue bagaikan maling dirumah sendiri.

It's okay, kamu udah basah, kenapa gak sekalian nyebur aja?

tertawa canggung, tangan gue mendekap sepatu roda gue erat-erat. "Hehe, gue berangkat sekolah dulu, ya abang. Jaa ne!"

"Heh? Gak bareng guanlin aja, dek? Dia baru selesai mandi sih, gue panggil---

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang