3 + 5 = 35 | baikan deh

5.3K 589 22
                                    

"Tadaima..." gumam gue pelan saat memasuki rumah. Mau dulu atau sekarang tetap sama, setiap masuk rumah gak ada yang pernah balas salam gue. Toh gue cuma berbisik pelan, jelas gak ada yang dengar.

Lagian udah semalem ini, abang-abang gue  mana mungkin masih bangun. Ini udah jam 11 malem, karena macet gue jadi pulang selarut ini.

Gue berjalan masuk, kadang gue kesal, kenapa coba rumah harus seluas ini? Jarak pintu masuk keruang keluarga tuh jauh banget, belum lagi harus naik ke lantai 3, ah pegel kaki gue.  Anyway, gue tadi cuma hunting kuliner sama Bang Yoongi, gue gak segila itu buat minta ini itu sama dia. Tadinya gue mau minta buat tinggal dirumahnya lagi, cuma gue rasa itu gak benar.

Gue harus nyelesain masalah gue sendiri kan? Gak mungkin gue kabur terus. Cukup kemarin aja gue jadi pengecut. Tangan gue mengantung dikenop pintu ruang Keluarga, agak ragu buat membuka pintu.

Ah yaudahlah, gue membuka pintu dengan raut agak cemas, tapi seketika gue membulatkan mata terkejut. Dan yang membuat gue terkejut juga ikut kaget, mereka membuat ekspresi konyol dan heboh.

"Adek?! Huaa abang kira kamu gak bakalan pulang!"

Badan gue diguncang dengan keras oleh Bang Jisung, rasanya jantung gue berhenti sebentar karena kaget.

"Kenapa gak ngabarin kalau mau main? Kita khawatir dek!" Omel Mas Minhyun dengan raut wajah kesal sekaligus khawatir.

"Kita hampir aja ngirim interpol ke rumah si pucet itu, dek!" Kata Bang Woojin.

"Abang hampir gila waktu mikir kamu pergi lagi, dek. Abang pikir kamu gak akan pulang lagi..." bisik Bang Daniel sembari mendekat, dia mendorong Bang Jisung lalu memeluk gue erat.

"Untungnya lo pulang..."

Gue menepuk punggung Bang Daniel pelan, meminta dia melepaskan pelukannya. Gue merasa sesak dikelilingin banyak orang gini, tapi gue merasa sedikit lega waktu mereka masih peduli sama gue.

"Sesak..." gerutu gue pelan, gue kembali menepuk punggung Bang Daniel yang masoh setia memeluk gue. "Aku udah pulang, jadi lepasi, ya?" Pinta gue pelan-pelan.

"AKHIRNYA! MAAFIN KITA YA DEK!"

Bukannya tenang, mereka malah makin liar, mereka mengelilingi gue sembari memeluk gue erat-erat. Oke, gue butuh tabung oksigen sekarang.

"Apasih?! Lepasin dong, kan udah dibilang sesak!" Teriak gue memprotes tindakan absurd abang-abang gue.

"Sekali lagi kita minta maaf, ya?" Mas Minhyun meminta maaf mewakili semuanya. Pelukan mereka semua juga udah mulai mengendur, gue bisa sedikit bernafas lega.

"Ah gue gak ikut-ikutan ya, gue gak punya dosa sama Chiyorie," kata Bang Jisung memecah suasana.

"Yee si anjing!" Sambat Seongwoo dengan ahklakless nya. Kesel sih, tapi emang benar, dari awal Bang Jisung jadi pihak netral atau bahkan bisa dibilang dia memihak gue (?)

"Lo mau gue pukul?" Bang Jisung mengangkat tangannya, bersiap memukul Bang Seongwoo

Pelan-pelan bibir gue melengkung membentuk senyuman, pipi gue panas. Gue menunduk memperhatikan ujung sepatu gue sendiri, "Maaf ya, gue udah bersikap childish, maaf udah ngerepotin kalian semua," bisik gue pelan, namun cukup buat didengar sama mereka semua yang ada disana.

Hening, gue jadi semakin canggung. Saat mengangkat kepala, gue melihat mereka semua menatap gue dengan tatapan penuh rasa bersalah.

"Harusnya gue yang minta maaf," ucap Guanlin.

"Abang juga, dek..." kata Bang Daniel lengkap dengan nada menyesal.

Bang jihoon mendekat, dia menangkup kedua pipi gue lalu tanpa disangka dia menggosokan ujung hidungnya ke hidung gue.

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang