2 + 7 = 27 | hm

5.9K 699 67
                                    

Capek jadi manusia, mau jadi ubur-ubur aja. Enak kali ya kalau jadi ubur-ubur, hidup santuy berenang dilaut.

Gue baru aja pulang dari medan perang (sekolah), tapi dengan manisnya para abang-abang ganteng gue ngeluh laper dan minta dimasakin sesuatu.

Padahal bisa delivery makanan, tapi mereka gak mau.

Great! Dengan perasaan setengah jengkel, gue membalik Ebi Furai yang mulai berubah warna menjadi coklat keemasan.

Mau gak mau, gue kerahkan seluruh chakra gue buat memasak. Dengan menggunakan sumpit, gue mengangkat Ebi Furai yang udah matang satu per satu, lalu gue letakan diatas piring saji yang udah gue lapisi tissu untuk menyerap minyaknya.

Karena gue terlalu fokus, gue gak sadar kalau ada yang datang. Gue baru sadar saat dia berbisik tepat ditelinga gue.

"Masaknya belum selesai, Rie?"

"Aaakkh! Kaget, ih!" Gue berbalik, mendapati bang Namjoon yang sedang tersenyum dengan kedua lesung pipi khasnya. Sial, mau marah tapi dia manis banget.

"Belum selesai?" Ulang bang Namjoon, kini dia mengulas senyum tipis.

Menghela nafas sabar, gue menggeleng lalu berbalik menghadap kompor untuk mengangkat masakan gue yang saat ini warnanya hampir berubah menjadi coklat tua.

"Abang sih ngangetin, jadi gosong, kan," gerutu gue pelan.

Tawa bang Namjoon mengalun memenuhi indra pendengaran gue, dia dengan mudah meletakan dagunya diatas kepala gue karena tingginya yang jauh lebih tinggi dari tinggi gue sendiri.

Gue pasrah dijadiin tumpuan oleh bang Namjoon.

"Mau dibantuin?" Bang Namjoon menawarkan.

Sontak, gue berbalik dan menatapnya horror. Gue mendorong bang Namjoon menjauh hingga sampai diperbatas pintu dapur dengan ruang makan.

"No! Andwee! Dame! Gaboleh! Mending abang tunggu diruang tamu bareng yang lain!"

"Yah Rie, padahal niat gue baik loh."

Gue gak lebay, tolong di ingat kalau bang Namjoon itu sepupuan sama sepupunya Spongebob yang punya tangan penghancur itu, Stanly SquarePants. Dapur bang Yoongi bisa jadi kapal pecah kalau bang Namjoon yang bantuin masak.

Gue berbalik dan kembali masak lagi, sekarang gue mamasukan Ekado kedalam minyak panas. Gue cuma bisa masak makanan jepang, mungkin nanti gue bisa minta bang Jin untuk ajarin gue masak makanan khas negara ini.

Baru juga gue merasa tenang, eh gangguan datang lagi. Rambut yang gue cempol tinggi tiba-tiba jatuh terurai karena ulah tangan jail seseorang.

"PLEASE DONG DIEM! MAU GUE PUKUL PAKE BASKOM?!"

"Wow kalem, Rie... hehehe."

Sekerang bang Jimin yang menganggu gue. Menggeram pelan, gue menatapnya sengit.

"Tadi minta dimasakin, giliran gue masak malah digangguin terus, lama-lama lo yang gue masak, bang!" Omel gue dalan satu tarikan nafas. Kekehan bang Jimin berubah menjadi tawa yang terdengar menyebalkan ditelinga gue.

"Ayo aja terus!" Kesal gue karena tawa bang Jimin yang belum juga berhenti. Gue membalik Ekado biar gak gosong,  berusaha mengabaikan bang Jimin.

"Iya maaf, maaf. Kedepan gih, ada tamu buat lo," kata bang Jimin setelah selesai tertawa.

"Sebentar, ini tanggung banget," balas gue tanpa menoleh.

Bang Jimin berdecak pelan, dia mengambil alih sumpit yang gue genggam, lalu dia mendorong punggung gue pelan.

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang